F BUKAN MITOS! INILAH JAWABAN SECARA LOGIS MENGAPA Presiden Selalu Orang Jawa??? ~ PEGAWAI JALANAN

Kamis, 25 Februari 2021

BUKAN MITOS! INILAH JAWABAN SECARA LOGIS MENGAPA Presiden Selalu Orang Jawa???



Sejak awal kemerdekaan Indonesia tahun 1945, Pemimpin Indonesia adalah orang jawa atau setidaknya memiliki garis keturunan orang Jawa. Mulai dari Soekarno yang berasal dari Blitar, Soeharto dari Bantul, Abdurrahman Wahid dari Jombang, Megawati Soekarnoputri kelahiran Yogyakarta, Susilo Bambang Yudhoyono dari Pacitan, dan Joko Widodo asal Surakarta. Satu perkecualian adalah saat BJ Habibie menjadi presdien menggantikan Soeharto yang mundur dari jabatannya pada 1998. Hingga saat ini, pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan itu menjadi satu-satunya presiden Indonesia yang bukan beretnis Jawa. Walaupun demikian, B.J. Habibie yang lahir di Pare-Pare ternyata ibunya masihlah keturunan orang Jawa.

Tentu menjadi sebuah pertanyaan pada sebagian masyarakat, baik dari suku Jawa maupun suku-suku lain yang ada di Indonesia. Indonesia  adalah bangsa yang besar dengar bermacam-macam suku dan budaya, dari Sabang hingga Merauke. Jika meruntut dari keadaan sebelum kemerdekaan ketika masih menjadi nusantara,  Indonesia memiliki kerajaan-kerajaan besar seperti Majapahit, Sriwijaya, Singosari, Mataram, Samudra Pasai, hingga Tidore. Walaupun memang di dominasi kerajaan besar dari Jawa, tetapi kerajaan lain juga tidak dapat dianggap remeh. Hal ini tentu menjadi pertimbangan bahwa pemimpin Indonesia bisa saja dari daerah lain. Setiap daerah memiliki potensi untuk menduduki jabatan Presiden karena Negara kita adalah Negara demokrasi yang memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Persepsi yang mengatakan bahwa presiden harus orang Jawa tidaklah selamanya benar, bahkan adapula yang menyangkutpautkan dengan mitos yang ada. Mitos mengenai kepemimpinan biasanya banyak dipercayai orang-orang Jawa seperti Ramalan Jayabaya tentang perkembangan kepemimpinan Indonesia. Selain mitos tersebut, adapula mitos tentang keterkaitannya dengan trah sunan Giri (Dinasti Giri Kedaton) mengenai pemimpin.

Dalam mitosnya,  ketika Ki Ageng Giring yang berkedudukan di Gunung Kidul, suatu ketika pernah mendapatkan bisikan gaib saat Ki Ageng sedang memanjat pohon untuk menyadap getah. Di tempat itu ada sebatang pohon kelapa, dekat dengan pohon yang dipanjat Ki Ageng. Pohon kelapa tadi selamanya belum pernah berbuah, namun akhirnya berbuah. "Pada saat itu buahnya hanya satu dan masih muda (degan). Ki Ageng sedang memasang tabung bambu di atas pohon kelapa, kemudian mendengar suara. Ki Ageng Giring, ketahuilah, siapa yang minum air degan itu habis seketika, kelak seanak keturunannya akan menjadi Raja Agung di tanah Jawa," demikian bunyi bisikan gaib itu. Maka telah dipetiklah kelapa muda itu dan dibawa turun.

Namun karena ada klausul 'harus habis seketika', sedangkan Ki Ageng Giring pada saat itu belum haus-haus amat, maka dia memilih untuk meminum air kelapa itu pada siang harinya. Ki Ageng Giring memutuskan untuk pergi dulu ke hutan, dan kemudian meminum air kelapa itu sekali tenggak. Pada saat Ki Ageng Giring pergi ke hutan demi mendapatkan rasa haus yang teramat sangat, sahabatnya, Ki Ageng Pemanahan tiba di kediaman Ki Ageng Giring. Ki Ageng Pemanahan yang sangat haus setelah berjalan jauh lantas menenggak air kepala 'gaib' , yang rencananya akan diminum oleh Ki Ageng Giring.

Ki Ageng Giring ketika kembali dari hutan hanya bisa meratapi ketika mendapati air degan 'gaib' yang dia petik sudah tidak ada di tempatnya. Dan kemudian Ki Ageng Pemanahan yang ada di situ mengakui dia yang meminum air kelapa muda tersebut. Ki Ageng Giring setelah mendengar perkataan Ki Ageng Pamenahan merasa seakan hancur hatinya, sedih dan sangat kecewa. Lama ia terdiam. Sebagai seorang yang memiliki kelebihan, maka ia pun mengetahui akan takdir, bahwa sudah takdir Tuhan, Ki Ageng Pamenahan akan menurunkan raja yang menguasai tanah Jawa.

Melalui penyelusuran lebih mendalam, diperoleh informasi yang mengagetkan bahwa ke - 6 Presiden Republik Indonesia, ternyata berasal dari anak keturunan Sunan Giri.

1.   Soekarno Merupakan putra dari Raden Soekemi Sosrodiharjo. Raden Soekemi, berdasarkan buku " Ayah Bunda Ir.Soekarno ", merupakan keturunan Sultan Hamengkubuwono II.

2.   Soeharto, Istrinya bernama Siti Hartinah yang merupakan keturunan dari KGPAA Mangkunegara I. Selain itu juga, berdasarkan buku " Jejak Perlawanan Bengawan Pejuang '', Sumitro Djojohadikusumo menulis bahwa Soeharto pernah mengatakan memiliki kekerabatan dengan keluarga Keraton, yang diduga merupakan keturunan dari Sultan Hamengkubuwono II.

3.   BJ Habibie, Ibunya bernama RA Tuti Marini Puspowardojo binti Rr. Goemoek binti Raden Ngabehi Tjitrowardoyo, yang berasal dari keluarga priyayi di Purworejo, yang diduga kuat merupakan keturunan dari pendiri kerajaan Mataram Islam, Panembahan Senapati.

4.   KH Abdurrahaman Wahid ( Gus Dur ), Terhitung sebagai keturunan ke -8 dari Ki Ageng Muhamad Besari.

5.   Megawati Soekarnoputri, Merupakan putri dari presiden pertama Soekarno, termasuk dalam keturunan Sultan Hamengkubuwowno II.

6.   Susilo Bambang Yudhoyono, Merupakan putra dari Raden Soekotjo, beliau adalah keturunan dari Nyai Ageng Ibnu Umar binti Ki Ageng Muhammad Besari.

Padahal tanpa berpatokan pada mitos, kita dapat menebak alasan kenapa selalu orang jawa yang menjadi Presiden. Kita dapat melihat dari jumlah penduduk Indonesia, hampir setengah dari jumlah penduduk di Indonesia merupakan penduduk di pulau Jawa. artinya, pemilih terbesar dalam pemilu, pulau jawa masih pemegang pemilih terbesar, selain itu suku Jawa juga tersebar di banyak Provinsi di Indonesia. Rakyat Indonesia juga terbiasa untuk mengutamakan suku-suku mereka, hal ini semakin memperbesar peluang orang-orang Jawa untuk menjadi Presiden. Walaupun akan ada kemungkinan suatu saat  suku tidak terlalu dipermasalahkan, mungkin suatu saat yang dicari adalah orang-orang yang memiliki jiwa kepemimpinan tinggi tidak perduli dari suku apa.

Selain itu, di Negara Demokrasi seperti Indonesia yang menggunakan Partai Politik sebagai batu loncatan untuk memperoleh suara terbanyak. Partai Politik  yang mayoritas berasal dari pulau Jawa juga dapat dijadikan persepsi mengapa Presiden berasal dari Jawa. Partai Politik tentu memiliki pengaruh kuat untuk memperoleh suara dalam pemilihannya. Apalagi Partai-partai yang telah lama berpolitik di Indonesia mulai dari awal-awal kemerdekaan. Kaum orang tua yang telah lama menjadi pemilih suatu partau tertentu biasanya membuat kaum muda untuk mengikuti pilihan para orangtua. Orangtua biasa keukeuh dengan partai politik yang telah lama dipilihnya, walaupun begitu biasanya kaum yang muda memilih bukan lagi pada partai tetapi melihat siapa calon yang memang pantas untuk mereka pilih. Partai Politik biasanya memilih calon Presiden dari orang-orang yang memiliki pengaruh besar pada masyarakat sehingga dapat meraih suara maksimal agar dapat menang dalam pemilihan.

Selain pada suku dan Parpol, banyak juga yang menentukan pada agama yang dianut calon tersebut. Tentunya setelah Parpol mengusung jagoan yang akan maju ke RI 1 sebagai pesaing dalam perebutan calon Presiden. Agama juga jadi pengaruh besar dalam memperoleh suara, maka dalam setiap parpol biasanya mengusung agama mayoritas dan minoritas. Hal ini bertujuan mengambil simpati dari setiap agama. Namun patokan dasarnya adalah orang yang memang berasal dari pulau Jawa sehingga dapat memperoleh suara yang banyak dari daerah yang padat penduduk tersebut. Semoga suatu saat akan ada pemimpin dari luar pulau Jawa agar tidak adanya kecemburuan sosial dalam masyarakat Indonesia dari daerah lain. Tentunya yang terpenting adalah kemampuan dalam kepemimpinannya dan bukan lagi hanya karena suku tertentu.


Penulis             : Riskryto

Penyunting       : Argha Sena

Referensi        : detik.com, kompas.com, kompasiana.com, qoura.com

                         

0 komentar:

Posting Komentar