F AMERIKA SERANG IRAQ BOLEH!!! RUSIA SERANG UKRAINA SALAH!!! ~ PEGAWAI JALANAN

Senin, 28 Februari 2022

AMERIKA SERANG IRAQ BOLEH!!! RUSIA SERANG UKRAINA SALAH!!!

Dunia sedang bergejolak di tengah memanasnya perseteruan antara Rusia dan Ukraina. Rusia mulai melakukan serangan militer pada 24 februari 2022 serta memerintahkan Ukraina untuk menarik senjata dan pasukannya dari perbatasan. Bahkan Vladimir Putin mengatakan dengan tegas kepada negara lainnya bahwa Siapa pun yang mencoba menghalangi, apalagi menciptakan ancaman bagi negara Rusia dan rakyatnya, maka Rusia akan segera membalasnya dan mengarah pada konsekuensi yang tak pernah dihadapi dalam sejarah. Presiden Rusia pun dengan tegas siap menanggung apapun resikonya. Lantas apakah yang membuat kedua negara ini berseteru hingga menggunakanan kekuatan militer untuk masalah tersebut?

Hubungan Ukraina dan Rusia sebagai negara maupun suku bangsa memiliki masa lalu yang panjang, rumit, dan kadang diwarnai konflik. Dua negara ini berasal dari kerajaan Kievan Rus. Wilayah itu membentang di bagian-bagian yang kini disebut, Rusia, Ukraina, dan Belarus pada abad ke-9 hingga abad ke-13. Penduduk Rusia dan Ukraina utamanya adalah penduduk Eastern Slaves, keturunan emigrant Slavic dari lembah Danube dan Elbe selama awal abad pertengahan. Mereka terpisah berabad-abad lalu, menjadi tiga kelompok. Kelompok terbesar adalah Great Russian (Rusia Besar), yang menempati wilayah pedalaman utara, dan timur Rusia. Pusat sejarah mereka adalah Moscow di sungai Moscow, ibukota kerajaannya Muscovy.  Little Russian atau Rusia kecil (Rutherians, Ukrainians) menempati wilayah selatan dan barat daya Rusia. Pusat sejarah mereka adalah kota suci Kiev di Dnieper. Dan White Russian mendiami wilayah barat, di wilayah-wilayah yang pernah dikuasai Lithuania.

Tiga bangsa Rusia ini berbicara Bahasa Slavic tetapi dengan dialek yang berbeda. Perbedaan dialek ini cukup untuk mencegah seorang Muscovite bisa memahami seorang Ukrainian dan mencegah keduanya untuk bisa berkomunikasi dengan White Russian. Untuk kesusasteraan dan tujuan resmi, dialek Moscow digunakan dimana-mana. Tiga bangsa Rusia ini juga Bersatu dalam aliansi umum dengan gereja ortodoks. Gereja ortodoks adalah cikal bakal dari gereja Yunani abad pertengahan, yang melahirkan banyak doktrin dan ritual. Hingga Revolusi Rusia pada 1917, Tsar tetap menjadi kepala gereja, dan memiliki wewenang membuat dan membatalkan semua penunjukkan untuk jabatan eklesiastikal. Pecahnya Rusia sejak perang dunia membuat Sebagian besar bangsa-bangsa diperbatasan membentuk negara independent.

Dalam perjalanannya, Rusia dan Ukraina memang sudah terlibat konflik pada tahun 1917 saat terjadinya Revolusi Februari dan Revolusi Bolshevik. Setelah Revolusi Februari, terbentuk hubungan antara Pemerintahan Sementara Rusia dengan Republik Rakyat Ukraina. Perwakilan dari Pemerintah Rusia adalah Petro Stebnytsky dan perwakilan dari Pemerintah Ukraina adalah Dmitriy Odinets. Revolusi Bolshevik atau Revolusi Oktober adalah buntut dari Revolusi Februari di awal tahun. Revolusi Februari telah menggulingkan pemerintahan otokrasi Tsar, menghasilkan pemerintahan sementara. Pemerintahan sementara telah mengambil alih kekuasaan setelah diproklamirkan oleh Adipati Mikhail, adik Tsar Nikolai II, yang menolak untuk mengambil alih kekuasaan setelah Tsar lengser. Selama waktu ini, pekerja perkotaan mulai mengorganisir ke dalam dewan (soviet) di mana kaum revolusioner mengkritik pemerintah sementara dan tindakannya.

Pemerintahan sementara tetap sangat tidak populer, terutama karena terus berperang dalam Perang Dunia I, dan tetap memerintah dengan tangan besi sepanjang musim panas (termasuk membunuh ratusan pengunjuk rasa di Hari-hari Juli). Setelah agresi militer Soviet di awal tahun 1918, Ukraina menyatakan kemerdekaan secara penuh dari Rusia. Dua perjanjian Brest-Litovsk yang ditandatangani Ukraina, Rusia, dan Blok Sentral meredakan konflik militer di antara mereka dan perundingan damai kemudian dimulai pada tahun yang sama. Dalam perjanjian tersebut, Blok Sentral, yang mencakup pemerintah Austria-Hongaria, Bulgaria, Jerman dan Turki, secara resmi mengakui kemerdekaan Ukraina dari Rusia. Traktat Brest-Litovsk  yang ditandatangani pada 3 Maret 1918 antara pemerintahan baru Bolshevik Rusia Soviet dan Kekuatan Sentral (Jerman, Austria-Hongaria, Bulgaria, dan Kekaisaran Utsmaniyah), yang mengakhiri keterlibatan Rusia dalam Perang Dunia I.

Setelah Perang Dunia I berakhir, Ukraina mengalami perang saudara dengan Rusia. Ukraina ikut serta dalam hampir seluruh kubu berdasarkan keyakinan politik mereka. Pada tahun 1919, selama Perang Saudara Rusia, Uni Soviet mendapatkan kembali wilayah Ukraina, dan Ukraina menjadi salah satu republik asli dari Uni Republik Sosialis Soviet (USSR).
Di tahun 1922, Ukraina dan Rusia merupakan negara pendiri dari Uni Republik Sosialis Soviet, dan juga merupakan pihak yang menandatangani perjanjian pembubaran Uni Soviet di bulan Desember 1991. Pada tahun 1932-1933, Ukraina mengalami Holodomor yang merupakan bencana kelaparan terencana yang menyebabkan terbunuhnya 7,5 juta rakyat Ukraina. Ini menjadi pangkal konflik Rusia-Ukraina. Sejarawan di Kiev, menggambarkan peristiwa itu sebagai genosida yang diatur pemimpin Uni Soviet, Joseph Stalin. Ketika itu, ia disebut menghukum warga Kiev karena menentang kolektivisasi paksa lahan pertanian. Pada tanggal 13 Januari 2010, Pengadilan Kiev memutuskan Stalin, Kaganovich, Molotov, Kosior, Chubar, dan fungsionaris Partai Komunis Uni Soviet lainnya bersalah atas pembantaian terhadap warga Ukraina selama Holodomor.

Setelah pembubaran Uni Soviet, Ukraina mewarisi hampir 5.000 senjata nuklir atau sekitar sepertiga dari seluruh senjata nuklir yang dimiliki oleh Soviet dan terbesar ketiga di dunia pada saat itu. Walaupun Ukraina memiliki kendali fisik dari senjata, tetapi Ukraina tidak memiliki kendali operasional, karena senjata tersebut hanya dapat dioperasikan melalui sistem komando dan kendali dari Rusia. Pada tahun 1992, Ukraina setuju untuk menghancurkan lebih dari 3.000 senjata nuklir taktis. Setelah penandatanganan dari Memorandum Budapest tentang Jaminan Keamanan antara AS, Britania Raya, dan Rusia, serta perjanjian serupa dengan Prancis dan China, Ukraina setuju untuk menghancurkan sisa senjata nuklirnya, dan bergabung dengan Perjanjian Nonproliferasi Nuklir (NPT).

Selain itu, beberapa sengketa terjadi di antara dua negara. Salah satu permasalahan yang melatarbelakangi sengketa tersebut adalah masalah Krimea yang telah  Ukraina kuasai sejak tahun 1954. Hal ini diselesaikan dalam kesepakatan yang memperbolehkan Krimea menjadi bagian dari Ukraina, tetapi diberikan status Republik Otonomi. Hubungan Rusia dan Ukraina kembali memanas pada 2013 yang disebabkan oleh kesepakatan politik dan perdagangan penting dengan Uni Eropa. Demi hubungan yang lebih dekat dengan Moskow, Presiden Ukraina yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych, menolak perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa. Penolakan tersebut memicu protes massa hingga Viktor Yanukovych digulingkan dari jabatannya pada 2014. Penggulingan tersebut direspon Rusia dengan menganeksasi wilayah Krimea.

Rusia melakukan aneksasi terhadap Krimea, sebuah semenanjung otonom di Ukraina selatan dengan loyalitas Rusia yang kuat. Aneksasi ini dilakukan dengan dalih membela kepentingan warga negara yang berbahasa Rusia. Dalam waktu beberapa hari, Rusia selesai Menganeksasi Krimea. Aneksasi di Semenanjung Krimea ini mendorong pecahnya pemberontakan separatis pro-Rusia di wilayah Donetsk dan Luhansk, tempat pendeklarasian kemerdekaan dari Ukraina. Pemberontakan ini memicu pertempuran sengit berbulan-bulan. Tercatat, lebih dari 14.000 orang tewas akibat konflik tersebut.

Pada 2015, Rusia dan Ukraina melakukan perjanjian damai untuk mengakhiri pertempuran skala besar dengan ditengahi oleh Prancis dan Jerman. Namun, upaya tersebut gagal mencapai penyelesaian politik. Gencatan senjata berulang kali dilanggar. Konflik Rusia vs Ukraina juga disebabkan oleh keinginan Ukraina untuk bergabung dengan North Atlantic Treaty Organization (NATO). Hal tersebut memicu ketegangan Rusia yang melarang Ukraina untuk bergabung dengan NATO. NATO sendiri didirikan pada tahun 1949 dan telah berkembang ke 30 negara, termasuk bekas-bekas republik Soviet, yakni Lituania, Estonia dan Latvia.

Namun apakah karena hanya masalah tersebut Rusia sampai berani menantang negara-negara lain yang mendukung Ukraina untuk bergabung dengan NATO. Padahal pada Pada tahun 1994, Rusia menandatangani perjanjian untuk menghormati kemerdekaan dan kedaulatan Ukraina yang merdeka. Tapi, tahun lalu Presiden Putin menulis sebuah artikel panjang yang menggambarkan Rusia dan Ukraina sebagai "satu negara", dan sekarang dia mengklaim Ukraina modern sepenuhnya diciptakan oleh komunis Rusia. Dia melihat runtuhnya Uni Soviet pada bulan Desember 1991 sebagai "disintegrasi sejarah Rusia".

Jika kita melihat dari sejarah masalalu, Ketika perang dunia 1 dan perang dunia 2, Rusia diserang negara barat dari Ukraina. Bahkan Napoleon yang saat itu berkuasa menyerang Rusia melalui Ukraina, demikian juga sebaliknya, Ketika Rusia menyerang negara barat juga melalui Ukraina. Dari kesimpulan ini kita mengetahui bahwa Ukraina adalah pintu masuk antara negara barat dan Rusia. Maka dari itu Ukraina adalah negara kunci yang harus dipegang Rusia untuk menghadang kekuatan negara barat. Rusia merasa terancam jika sampai Ukraina bergabung dengan NATO dan menempatkan persenjataannya di Ukraina.

Presiden Putin juga berpendapat bahwa jika Ukraina bergabung dengan NATO, aliansi itu mungkin mencoba untuk merebut kembali Krimea. Ukraina adalah kunci penting Rusia, Ketika perang dingin saat negara Amerika dan negara sekutu menyimpan rudal-rudal nuklir di Turki, Rusia menyimpan rudal-rudal tersebut di Ukraina sebagai pertahanan. Seperti yang kita ketahui setelah pembubaran Unisoviet Ukraina mewarisi rudal-rudal tersebut. Jika bukan karena Ukraina, maka Rusia telah lama dihancurkan oleh negara-negara barat. Dengan masalah tersebut Rusia berani mengambil Tindakan untuk menghentikan Ukraina untuk bergabung dengan NATO dengan mengerahkan pasukan militernya.

Saat ini Pasukan Rusia telah melancarkan serangan militer ke Ukraina, atas perintah Presiden Vladimir Putin. Tank dan tentara telah dikerahkan ke Ukraina di titik-titik di sepanjang perbatasan timur, selatan, dan utara, dan ledakan terdengar di seluruh negeri. Dalam hal jumlah pasukan dan senjata, perhitungan secara matematika menunjukkan posisi Ukraina yang cukup suram. Perkiraan sebagian besar pakar militer menyebutkan jumlah pasukan Rusia di dekat perbatasan Rusia dengan Ukraina lebih dari 100.000.

Rusia juga telah memindahkan beberapa pasukan ke Belarus, yang terletak di utara Ukraina, untuk melakukan latihan militer. Rusia memiliki sekitar 280.000 personel tentara dan total angkatan bersenjata gabungannya mencapai sekitar 900.000. Jumlah tank yang mencapai 2.840 melebihi jumlah yang dimiliki oleh Ukraina dengan perbandingan tiga banding satu, menurut Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) yang berbasis di London.

Perdana Menteri Ukraina mengatakan sebuah dekrit yang baru-baru ini ditandatangani oleh Presiden Zelenskiyy, yang berpusat pada meningkatkan kapasitas pertahanan negara, meningkatkan daya tarik dinas militer dan transisi bertahap menuju tentara professional, akan membawa jumlah angkatan bersenjata Ukraina menjadi 361.000 personel. Meskipun Ukraina melipatgandakan anggaran pertahanannya secara nyata dari 2010 hingga 2020, total pengeluaran pertahanannya pada 2020 hanya berjumlah $4,3 miliar, atau sepersepuluh dari Rusia. Analis militer mengatakan pertahanan anti-pesawat dan anti-rudal Ukraina lemah, membuatnya sangat rentan terhadap serangan Rusia pada infrastruktur kritisnya. Mereka mengatakan Rusia juga akan berusaha menggunakan keunggulannya dalam peperangan elektronik untuk melumpuhkan komando dan kendali musuhnya dan memutuskan komunikasi dengan unit-unit di lapangan.


Rusia yang telah mengambil Tindakan militer tentu telah mengantisipasi kemungkinan terburuknya. Sanksi-sanksi kepada Rusia telah banyak dikeluarkan untuk menghentikkan Rusia dengan membekukan aset-aset yang dimiliki oleh Rusia. Namun akankah Rusia gentar dengan sanksi-sanksi dari negara-negara barat tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa Rusia adalah pemasok utama minyak bumi dan gas alam. Amerika dan negara sekutu sengaja untuk memancing kemarahan Rusia dan mengambil keuntungan dengan cara membekukan semua asset Putin dinegara barat dan melarang Putin untuk berkunjung kesana. Selain sanksi tersebut masih banyak sanksi yang dilakukan negara-negara barat untuk melukai Rusia dan memperlemah perekonomiannya. Mereka saat ini takut, sehingga mereka berusaha untuk menghancurkan Rusia dengan cara-cara lumayan licik. Rusia siap menghadapinya karena jika Ukraina bergabung dengan NATO maka Ukraina akan jadi medan pertempuran yang akan merugikan negara Ukraina sendiri. Putin yang menganggap Ukraina sebagai satu kesatuan dengan Rusia tentu tidak menginginkan hal buruk terjadi pada Ukraina. 

Negara-negara barat dan sekutunya beramai-ramai melakukan protes dan kecaman terhadap serangan Rusia tersebut, akan tetatpi mereka bungkam saat Amerika dan sekutunya menyerang Iraq, Afghanistan, Libya, dan lain sebagainya. Warga Israel juga turut berdemonstrasi mengutuk serangan Rusia ini, tapi dia lupa bahwa negara nya sendiri telah membunuh ribuan warga Palestina. Ibarat kata semut disebarang lautan tampak jelas, sedang gajah dipelupuk mata tidak kelihatan. 

Semoga kedamaian segara terwujud, karena peperangan pasti akan menimbulkan banyak korban manusia yang tidak bersalah. Kita tidak membenarkan serangan militer terhadap negara lain yang berdaulat, hanya saja kita bisa melihat perbedaan yang sangat mencolok antara Barat dan Timur. Jika barat yang menginvasi negara lain sepertinya itu lumrah dan diperbolehkan, Tapi ketika Rusia yang melakukannya itu baru dianggap suatu kesalahan. Politik dunia memang kejam sekejam minyak goreng yang langka ditanah penghasil minyak sawit terbesar didunia.

Sumber Referensi:                                                        

                             detik.com

                             guru gembul Channel

                             id.wikipedia.org

                            tribunnews.com

                           Hutton Webster PHD, Sejarah Dunia Lengkap

0 komentar:

Posting Komentar