F GAMBARAN KEJAMNYA PEMBANTAIAN ORANG-ORANG YAHUDI OLEH NAZI ~ PEGAWAI JALANAN

Minggu, 20 Februari 2022

GAMBARAN KEJAMNYA PEMBANTAIAN ORANG-ORANG YAHUDI OLEH NAZI

 


 Holocaust merupakan penganiayaan dan pembantaian sistematis terhadap enam juta orang Yahudi Eropa oleh rezim Nazi Jerman dan sekutu serta para kaki tangannya. United States Holocaust Memorial Museum menetapkan periode 1933–1945 sebagai rentang tahun kejadian Holocaust.  Semua bermula ketika Adolf Hitler menjadi orang yang berkuasa di Jerman. Adolf Hitler dikenal sangat anti-Yahudi, sehingga pasukan Nazi pimpinan Adolf Hitler dikenal sebagai pembantai kaum Yahudi. 

Adolf Hitler menjadi salah satu orang yang percaya pada keyakinan bahwa bangsa Arya umumnya orang Jerman adalah orang-orang pilihan. Selain itu, Hitler juga menaruh kebencian pada orang Yahudi sebagai musuh rasial, perusak kemurnian ras Arya. Untuk itu, pemusnahan secara massal bangsa Yahudi dilakukan oleh Nazi, termasuk dengan menebar propaganda untuk memusuhi bangsa Yahudi itu sendiri. 

Alasan lain Hitler sangat membenci Yahudi disebabkan oleh kematian janggal sang ibu di tangan seorang dokter Yahudi. Dan orang Yahudi menurut hitler hanya membuat rakyat Jerman sengsara. Dari pengalaman dan anggapan buruk tersebut, sikap anti Yahudi Hitler pun akhirnya terpupuk dengan sempurna.

Ketika Nazi berkuasa pada tahun 1933, mereka mulai melucuti properti, kebebasan, dan hak-hak orang Yahudi. Secara tidak langsung pemimpin tertinggi Partai Nazi itu langsung membuat kebijakan untuk menyingkirkan kaum Yahudi. Di seluruh wilayah yang dikuasai dan dijadikan sekutu oleh Jerman, penganiayaan terhadap kaum Yahudi terjadi dalam berbagai bentuk: 

1.     Diskriminasi hukum dalam bentuk undang-undang antisemitisme : Ini termasuk Undang-Undang Ras Nuremberg dan banyak undang-undang diskriminatif lainnya.

2.     Berbagai bentuk identifikasi dan pengucilan publik : Ini termasuk propaganda antisemit, boikot bisnis milik orang Yahudi, penghinaan publik, dan penandaan wajib (seperti lencana bintang Yahudi yang dikenakan sebagai ban lengan atau pada pakaian). 

3.     Kekerasan terorganisasi : Contoh yang paling menonjol adalah “Malam Kristal” (Kristallnacht). Ada juga insiden dan pogrom terpisah lainnya (kerusuhan dengan kekerasan). 

4.     Pemindahan fisik : Para pelaku menggunakan emigrasi paksa, permukiman kembali, pengusiran, deportasi, dan ghettoisasi untuk secara fisik menggusur individu dan komunitas Yahudi. 

5.     Penahanan :  Jerman mulai melakukan penangkapan dan penyiksaan terhadap orang-orang Yahudi. Para kaki tangan Hitler mulai mengirim orang-orang Yahudi dari Jerman dan Austria ke Polandia, mereka mengurung orang Yahudi di tempat isolasi bernama ghetto yang sempit dan tidak nyamankamp konsentrasi, dan kamp kerja paksa, sehingga banyak yang meninggal karena kelaparan, penyakit, dan kondisi tidak manusiawi lainnya. 

6.     Pencurian dan penjarahan yang meluas : Penyitaan properti, harta benda pribadi, dan barang berharga milik orang Yahudi merupakan bagian penting dari Holocaust. 

7.     Kerja paksa : Orang Yahudi harus melakukan kerja paksa untuk mendukung upaya perang Kubu Poros atau untuk memperkaya organisasi Nazi, militer, dan/atau bisnis swasta. 

Banyak orang Yahudi yang tewas akibat kebijakan ini. Kemudian Nazi mulai bereksperimen dengan gas beracun untuk keperluan pembantaian massal. pada akhir 1939 melalui pembantaian pasien cacat mental ("eutanasia"). Sebagai penghalusan istilah oleh Nazi, "eutanasia" mengacu kepada pembantaian secara sistematis terhadap orang Jerman yang menurut Nazi “tidak layak hidup” karena cacat mental atau fisik. Enam instalasi gas didirikan sebagai bagian dari Program Eutanasia: Bernburg, Brandenburg, Grafeneck, Hadamar, Hartheim, dan Sonnenstein. Pusat-pusat pembantaian ini menggunakan gas karbon monoksida murni yang diproduksi secara kimiawi.

Terdapat pendapat yang mengatakan sebelum tahun 1941, pembantaian massal sistematis terhadap semua orang Yahudi bukanlah kebijakan Nazi. Pada tahun 1941, para pemimpin Nazi kemudian memutuskan untuk melaksanakan pembantaian massal terhadap orang-orang Yahudi Eropa. Nazi memulai kampanye pemusnahan dengan sungguh-sungguh. Mereka menyebut rencana ini sebagai “Solusi Akhir untuk Persoalan Yahudi.” 

Orang-orang Yahudi semakin berada di ujung tanduk ketika Jerman menyerang Uni Soviet. Pada 22 Juni 1941, operasi besar bersandi Barbarossa melibatkan jutaan tentara dan ribuan alutsista. Serangan itu bukan sekadar operasi militer pada umumnya, tetapi juga dimaksudkan sebagai perang kehancuran atau Vernichtungskrieg. Ketika pertempuran berlangsung, angkatan bersenjata Jerman atau Wehrmacht tidak hanya diwajibkan menyerang dan menguasai sektor-sektor strategis musuh, tetapi juga menghabisi penduduk Soviet dan Yahudi tanpa pandang bulu untuk mencapai kehancuran total.

Sejarawan Jerman Jürgen Förster dalam artikel “The Relation Between Operation Barbarossa As an Ideological War of Extemination and The Final Solution” yang terhimpun dalam buku The Final Solution (1994, hlm 85-103) menyebutkan, Operasi Barbarossa adalah serangan pertama yang menggabungkan strategi militer dan politik rasial.

Jika sukses menyerang Soviet, maka Hitler dikatakan “killing two birds with one stone”—berhasil mendapatkan dua kesuksesan dalam sekali bertindak: berhasil meraih Lebensraum dan sukses mewujudkan cita-cita etnosentrisme. Tidak lama sejak serangan 22 Juni 1941, pasukan Jerman berhasil menguasai beberapa wilayah strategis. Meski demikian, Hitler belum puas karena militernya belum melakukan tindakan serius terhadap orang Yahudi dan komunis. Baginya, mereka tidak berguna dan hanya mengganggu Jerman. Apalagi menurutnya wanita dan anak-anak Yahudi sama sekali tidak bisa dimanfaatkan.

Salah seorang pejabat tinggi Nazi, Herman Wilhelm Göring, langsung bertindak cepat dengan menulis surat khusus kepada dua orang pemimpin Schutzstaffel (SS) atau organisasi keamanan Nazi, Reinhard Heydrich dan Heinrich Himmler. Dalam surat yang ditulis pada 31 Juli 1941, Göring meminta kedua rekannya itu untuk segera mengembangkan draf akhir penyelesaian permasalahan Yahudi.

Menurut sejarawan Christopher R. Browning dalam “The Euphoria of Victory and the Final Solution” (1994), perintah ini menjadi pintu gerbang atas dimulainya babak baru dalam tindakan pengamanan dan pembersihan rasial secara sistematis terhadap bangsa Yahudi di seluruh daerah yang dikuasai Jerman. Kalimat “Die Endlösung der Judenfrage” (solusi akhir untuk pertanyaan Yahudi) yang tercantum dalam surat tersebut sekaligus menandai berakhirnya nasib orang Yahudi Eropa. Artinya, bayang-bayang kematian mereka sudah di depan mata.

Setelah invasi Jerman ke Uni Soviet pada Juni 1941 dan penembakan massal terhadap warga sipil oleh Einsatzgruppe (unit pembunuh keliling), Nazi bereksperimen dengan gerbong gas untuk pembantaian massal. Gerbong-gerbong gas merupakan truk kedap udara di mana silinder pembuangan dari knalpotnya diarahkan ke bagian dalam kompartemen. Penggunaan gerbong gas dimulai setelah para anggota Einsatzgruppe mengeluhkan kelelahan fisik setelah berperang dan beban mental yang ditanggung akibat menembaki wanita dan anak-anak dalam jumlah besar. Pembantaian menggunakan gas juga terbukti lebih hemat biaya. Einsatzgruppen (unit pembunuh keliling) menggunakan kamar gas keliling ini untuk membantai ratusan ribu orang, di mana sebagian besar di antaranya adalah orang-orang Yahudi, Roma (Gipsi), dan para penyandang cacat mental.

Pada Agustus 1941, Tidak sedikit dari orang Yahudi yang kabur ke pedalaman Soviet untuk menghindari pasukan Nazi. Sebagian lagi bernasib lebih nahas. Banyak wanita dan anak-anak Yahudi ditembak. Bulan-bulan berikutnya target pembasmian semakin meluas, kaum Gipsi mulai ikut diburu. Mereka mati ditembak, bahkan sebagian dikubur hidup-hidup. Pasukan Jerman juga melakukan penyiksaan terlebih dahulu sebelum korbannya tewas.

Pada tahun 1941, SS (Schutzstaffel) menyimpulkan bahwa mendeportasi warga Yahudi ke pusat-pusat pembantaian (untuk dibantai di kamar gas) merupakan cara paling efisien untuk mencapai "Solusi Pamungkas". Pada tahun itu juga, Nazi membuka kamp Chelmno di Polandia. Warga Yahudi dari wilayah Lodz, Polandia dan Roma dibantai di sana di dalam gerbong-gerbong gas keliling.

Pada tahun 1942, pembantaian massal sistematis di kamar-kamar gas permanen (dengan menggunakan gas karbon monoksida yang dihasilkan oleh mesin diesel) dimulai di BelzecSobibor, dan Treblinka, yang kesemuanya berlokasi di Polandia. Saat "diturunkan" dari kendaraan pengangkut ternak, para korban diberi tahu bahwa mereka harus disucihamakan di "ruang mandi." Penjaga Nazi dan Ukraina kadang-kadang meneriaki dan memukuli korban, yang diperintahkan untuk masuk ke "ruang mandi" dengan tangan terangkat ke atas agar kamar gas dapat diisi orang sebanyak mungkin. Semakin sesak kamar gas, semakin cepat pula korban kehabisan napas.

Nazi terus mencari cara pembantaian yang lebih efisien. Di kamp Auschwitz di Polandia, mereka melakukan eksperimen dengan Zyklon B (sebelumnya digunakan untuk memberantas serangga) dengan membantai 600 tahanan perang Uni Soviet dan 250 tahanan yang sakit melalui penggunaan bahan kimia ini pada September 1941. Butiran-butiran Zyklon B berubah menjadi gas yang mematikan saat terkena udara. Eksperimen ini terbukti sebagai metode tercepat untuk pembantaian menggunakan kamar gas dan dipilih sebagai cara pembantaian massal di Auschwitz. Pada puncak deportasi, jumlah orang Yahudi yang setiap harinya dibantai dengan gas di Auschwitz bisa mencapai 6.000 orang.

Selain itu, Kamp konsentrasi seperti Stutthof, Mauthausen, Sachsenhausen, dan Ravensbrück, meskipun tidak dirancang secara khusus sebagai pusat pembantaian, juga dilengkapi dengan kamar-kamar gas. Kamar-kamar gas tersebut berukuran relatif kecil, yang dibangun untuk membantai para tahanan yang menurut Nazi "tidak layak" bekerja. Sebagian besar dari kamp tersebut menggunakan Zyklon B sebagai bahan pembunuh di dalam kamar gasnya.

Para petinggi Jerman bersepakat untuk membawa orang-orang Yahudi di seluruh Eropa ke kamp kosentrasi di Polandia untuk dibunuh atau dipekerjakan paksa. Keputusan ini tidak lepas dari kondisi Jerman dalam peperangan yang sedikit terdesak. Mereka membutuhkan banyak orang untuk memproduksi senjata, melakukan pengaspalan jalan, membersihkan ranjau darat, dan lain-lain.

Dalam prakteknya, keputusan ini juga menyeret kaum Gipsi, homoseksual, disabilitas, penentang rezim, dan tentara Soviet. Mereka, khususnya orang-orang Yahudi, pada akhirnya dibantai secara massal. Solusi akhir atas Yahudi benar-benar dilaksanakan secara total dan matang. Tercatat hampir dua per tiga bangsa Yahudi Eropa atau sekitar enam juta orang tewas di tangan Nazi Jerman dalam kurun waktu 1933-1945.

Nazi berupaya untuk menghapus bukti kejahatan mereka, Nazi memerintahkan puluhan ribu tahanan yang tersisa untuk berbaris ke barat ke kamp konsentrasi lainnya, seperti Bergen-Belsen, Dachau dan Sachsenhausen. Mereka yang terlalu sakit kemudian berjalan tertinggal, siapa pun yang tertinggal di barisan itu sendiri dibunuh.

Pada tanggal 27 Januari 1945, pasukan Soviet hanya menemukan beberapa ribu yang selamat ketika mereka memasuki kamp, bersama dengan ratusan ribu pakaian dan beberapa ton rambut manusia. Pasukan Soviet harus meyakinkan beberapa orang yang selamat bahwa Nazi benar-benar pergi.

Itulah sejarah pembantaian orang-orang yahudi yang dilakukan oleh Nazi Jerman. Mereka dibunuh dengan cara ditembak, dikubur hidup-hidup bahkan dibunuh menggunakan gas beracun. Kejadian yang berlangsung ketika Adolf Hitler berkuasa di Jerman, Ia membunuh setidaknya enam juta orang Yahudi. Pembunuhan yang dilakukan secara sistematis dan matang. Setelah Holocaust, dunia berjuang untuk menerima realitas yang mengerikan tentang genosida, untuk mengingat para korban, dan untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku. Upaya-upaya penting ini masih tetap berlangsung.

 

Sumber Referensi   : bbc.com

  encyclopedia.ushmm.org

  kompas.com

  suara.com

  tirto.id

0 komentar:

Posting Komentar