F BOROBUDUR BUKAN CANDI BUDHA!!! NUSANTARA ADALAH BANGSA YANG MELAHIRKAN LANDASAN HINDU BUDHA!!! ~ PEGAWAI JALANAN

Rabu, 20 April 2022

BOROBUDUR BUKAN CANDI BUDHA!!! NUSANTARA ADALAH BANGSA YANG MELAHIRKAN LANDASAN HINDU BUDHA!!!

 


Terdapat beberapa teori yang berusaha mengupas misteri tentang candi Borobudur. Diantaranya mengatakan bahwa candi Borobudur dibangun pada masa dinasti Sailendra dengan berbagai bukti ilmiahnya. Terdapat pula teori dari KH. Fahmi Basya yang mengatakan bahwa candi Borobudur dibangun pada masa nabi Sulaiman didukung dengan berbagai bukti-bukti yang dikemukakannya. Kedua teori tersebut tentu masih harus dibuktikan. Seperti yang kita ketahui, bahwa selama berabad-abad candi  Borobudur terkubur di bawah lapisan tanah dan debu vulkanik yang kemudian ditumbuhi pohon dan semak belukar hingga menyerupai bukit. Candi Borobudur kembali ditemukan pada tahun 1814 ketika Indonesia tengah dijajah Inggris.

Penemu candi tersebut adalah Sir Thomas Stanford Raffles ketika mengunjungi Semarang. Dia mendapat laporan temuan batu-batu berukir di bukit sekitar desa Bumisegoro, Karesidenan Magelang. Raffles kemudian mengutus asistennya, Cornelius untuk melakukan penelitian. Cornelius akhirnya melakukan penelitian pada 1814. Raffles kemudian Menamakan bangunan megah ini dengan nama BOREBUDUR berasal dari kata Bore dan Budur. Dalam tata bahasa Inggris untuk menyebut desa terdekat dengan candi itu yaitu desa Bore (Boro), dan “Budur” bahasa jawa diartikan “Purba”, arti Budur/Bidur bahasa jawa juga berarti “Bisul”. Walaupun pada faktanya tidak terdapat desa dengan nama Bore disekitar candi.

Jika kita menelusuri di internet tentang kapan candi Borobudur dibangun, maka kita akan menemukan jawaban bahwa candi Borobudur dibangun pada tahun 750 M. Johannes Gijsbertus Casparis ,seorang Filolog Belanda menulis dalam disertasinya pada tahun 1954 memperkirakan pembangunan nya sekitar tahun 824 M. namun ini hanyalah sebuah “Perkiraan” bukan hasil kesimpulan berdasar penelitian ilmiah akademis. Kitab-kitab yang dikatakan mendasari desain rancang bangunan ini adalah “Shilpa Shastra” & “Vastu Sastra dari india. Namun Faktanya, semua kitab-kitab itu baru ada pada abad 5 M, dan Bangunan megah ini telah ada sebelumnya.

Jika kita melihat dari peninggalan prasasti-prasasti yang ada, Agama Buddha pertama kali masuk ke Nusantara Indonesia sekitar pada abad ke-5 Masehi. Karena Nusantara pada abad 4 -7 M tidak tercatat adanya misionaris india yang datang ke Nusantara, maka Diduga pertama kali agama Budha dibawa oleh pengelana dari China bernama Fa Hien. Namun orang-orang Tiongkok dari Fa-Hien 399-414 M sampai I-Tshing 671 – 695 M, Datang ke Indonesia adalah untuk “Belajar” dan bukan membawa “Buddhism” dari negaranya.

Kumpulan tulisan Fa Hien yang dikenal dengan judul "A Record of Buddhist Kingdoms" atau "Catatan Negara-negara Buddhis",Menulis bahwa di Jawa saat itu kepercayaan yang berkembang adalah Hindu, Budha, dan kepercayaan animis (kepercayaan asli). Dalam Catatannya tersebut, secara tidak langsung mematahkan teori yang mengatakan bahwa agama budha dibawa olehnya. Dan mematahkan teori yang mengatakan bahwa budha masuk ke Indonesia pada abad ke 5 M. berdasarkan pada buku "Perjalanan Biksu Tiongkok Fa-Hien di thn 399-414 M, terjemahan dari Corean Recension teks bahasa Mandarin oleh James Legge memiliki arti sebagai berikut:

Dengan pergi menumpang kapal dagang besar Fa-Hian tiba dan berada dan tinggal di sini selama 2 tahun,ia menulis salinan buku-buku suci (sutra) ia juga melihat dari jarak sepuluh langkah, terlihat patung dengan corak emasnya ditampilkan dengan jelas dan cerah (arca kayu lapis emas).

Di antara orang-orang yang telah datang kesini mengatakan bahwa Seribu Pelajar telah mengambil sumpah (wisuda)di sini semuanya "meninggalkan bayangan" (Equinox di Muara Takus,Bukan di Srilangka atau Palembang). Mengikuti sungai Po-Nai (adalah sungai Pana'i,kampar) di tempat "di mana para pelajar pernah tinggal di situ dan melakukan gerakan "berjalan berputar" mengelilingi "Tope"/Stupa juga 4 guru duduk di 4 sudut, di tempat ini "Menara" telah didirikan (situs muaratakus).

Dari sini terus pergi ke timur hampir lima puluh yojana kami tiba di kerajaan "Tamralipti" (yang dimaksud Fa-Hien ini adalah Langka Puri/Sijangkang/Katangka/Kota angka). Ini di mulut laut, ada 24 sangharamas di sini,semuanya memiliki imam tetap dan hukum "Dhamma" dihormati, ini area barat situs di bukit katangka sekarang. pergi ke barat 300 langkah,menemukan tempat tinggal di antara bebatuan,bernama goa "Pippala",di mana para pelajar secara teratur duduk bermeditasi… di sebelah barat jalan,kami menemukan taman Bambu Karanda,di mana sangharama lama masih ada....

Lokasi yang di maksud Fa-Hien 399-414 M adalah di Svarnadvipa yang juga di kunjungi I-Tshing 671 - 695 M, tepat nya di area kota suci yang land marknya "Muara Takus" goa "Pippala" adalah Lobang Koliong/Lobang Hitam di sebut masyarakat setempat dan taman Bambu Karanda adalah Koto bambu kuning/Koto Soghiok,sangharama lama ini adalah "Perguruan dewa dewi/"Nanlanda" masyarakat menyebut nya.

Sedangkan Buku terjemahan bahasa Inggris dari catatan perjalanan Xuanzang/ Hieun – Tsang 602 – 664 M oleh Samuel Beal tahun 1884 memiliki arti sebagai berikut.

Di sebelah timur ada saṅghārāma dan di tengah-tengah hutan āmra adalah tembok fondasi tua,ini adalah tempat Bodhisattva Asa Asga menyusun śāstra yang disebut Hin-yang-shing-kiau.(Fondasi tua adalah sisa reruntuhan Universitas Dharmapala,arah Timur situs). Sebelah barat daya kota 8 atau 9 li adalah sebuah batu yang berdiam di Nāga Tathāgata meninggalkan bayangannya di sini,ini adalah tradisi,tidak ada sisa bayangan yang terlihat (Equinox).

Di sisi kota adalah saṅghārāma tua, yang ada dinding pondasinya saja, di sinilah Dharmapāla Bodhisattva membantah argumen para bidat (ajaran sesat), di sampingnya ada stupa yang dibangun oleh rāja, sekitar 200 kaki tingginya,ada stupa,para murid yang menderita penyakit,dengan berdoa di sini kebanyakan disembuhkan,di dekat ini ada bekas tanda di mana Tathāgata berjalan ke sana kemari (Pradaksina/Prasawiya/Tawaf dilokasi situs muaratakus). 24 "Sangharamas" yang di lihat Fa-Hien adalah berada di Bagian Barat sudut Timur "Kota Suci", atau "Muotakui" adalah sebutan terdahulu area ini sebelum di sebut "Muara Takus".

Sangharama/universitas pusat pembelajaran "Dharmic"di Svarnadvipa bernama "Dharma Phala", sangharama cabang di india "Nalanda" cabang di java Vhwănā Çhaķâ Phalā kini bernama Borobudur, Laku atau cara kontemplasi "Topo" ini tampil pada stupa atas nya. Vhawana Sakha Phala,"Borobudur" ber palsafah ajaran asli Nusantara,Rincian prosesi kontemplasi spiritual Topo yaitu : Toponing Jasad,Toponing Hawa Nafsu,Toponing Budi, Toponing Suksmao, Toponing Cahyo, dan Toponing Gesang.

Tiga tahapan Borobudur adalah Gambaran yg menjelaskan "BHAWANA TRAYA" ,BHAWANA berarti "Jagad" atau alam kehidupan,"Bhawanatraya" adalah tiga alam kehidupan yang ada di dalam semesta ini, bukan kamadatu, rupadatu, dan arupadatu istilah india. Pada relief dasar yg saat ini tdk di expose terdapat tulisan " SVARGGA, ini bukan istilah arab , Kata arab adalah "Jannah", di india "Nibana", Dan "Nibana" bukan "Svargga", Ajaran asli Nusantara maju terdahulu "Dharma" terekam pada budaya asli Nusantara.

3 alam kehidupan tercermin dlm 3 Tahapan Borobudur yaitu, Bhawana Langgeng (alam kekal), Bhawana Driyo (alam lahiriah), dan Bhawana Triya (alam rohaniyah). Dalam sunda wiwitan di sebut dengan Buwana Niskala, Buwana alam tengah dan Buwana nyungcung,Sasaka Domas. Budaya Batak, Parmalim membagi tiga besar pola alam "Banua" atau "Buana" yaitu, Banua Ginjang (Alam sorgawi), Banua Tonga (Alam dimensi kita), dan Banua toru (Alam maut). Budaya suku "Asmat" mengenal tiga konsep dunia yaitu, Ow Capinmi (Alam sekarang), Dampu ow Capinmi (Alam persinggahan), dan Safar (Surga).

“Moksartham jagahita ya ca iti dharma” Artinya “Dharma" bertujuan untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani, Ini lah palsafah dasar utama leluhur Indonesia terdahulu "Dharma/Dhamma".

Di Svarnadvipa Nusantara pada masa yang lebih tua lagi,jauh sebelum zaman Veda 6.500 SM telah ada ajaran yang di anut yaitu “Dharma” ajaran asli Nusantara kaum Saka nenek moyang kita, disinilah sumber awal ajaran “Dharmic Original”. Çhri Janaýasã pada 6 Masehi, adalah Putra Nusantara pelopor “Dharmic Original” Landmark di “Muotakui” yang kini disebut Candi “Muara Takus”.

Para ahli dari Barat memandang Hinduisme adalah peleburan atau sintesis dari berbagai tradisi dan kebudayaan di India, dengan pangkal yang beragam dan tanpa tokoh pendiri tumbuh berdampingan dengan Buddhism hingga abad ke-8. Terdapat teori yang mengatakan bahwa Pangkal dari “Hinduisme” adalah “Brahmanisme” ajaran Weda Kuno atau berbasis “Vedic” yang di bawa kaum Saka/Cakya/Çaka/Aryān artinya pemahaman ini di bawa oleh pendatang, kemudian tumbuh menjadi agama oleh bangsa asli India bernama “Dravida”. Asal-usul Agama di lndia dimulai masuknya Bangsa Arya/Cakya/Saka yang membawa perubahan yang sangat besar dalam tata kehidupan masyarakat India sejak 3.102 SM sampai 1.300 SM. Dapat kita katakan bahwa orang-orang nusantara bukanlah orang -orang yang membawa agama hindu budha ke India. Tetapi orang-orang nusantara adalah orang-orang yang mendasari lahirnya Hindu, Buddha, dan Jaina di India.

Maka dari itu, Arya bukanlah penghuni pertama India. Ini Karena peradaban Harappa “Dravida” telah ada jauh sebelum kedatangan bangsa Arya. Ini membuktikan bahwa bangsa Arya atau budaya Veda bukanlah sumber tunggal awal peradaban di India, melainkan berasal dari tempat lain. Bangsa “Arya” kemudian melakukan integrasi kebudayaan dengan Bangsa asli india “Dravida” dan selanjutnya integrasi ini melahirkan 3 agama india. Bangsa Arya setelahnya mulai menulis kitab-kitab suci Weda, Kitab suci ini dituliskan dalam 4 bagian seperti Reg Weda, Sama Weda, Yayur Weda, dan Atharwa Weda. pendatang inilah orang-orang yang berasal dari Nusantara, nenek moyang leluhur kita kaum Saka/Cakya/Çaka/Aryān, Literasi kata ini terekam sempurna di Borobudur, dengan kata “Maheçãkhya”.

Seperti yang pernah kita bahas sebelumnya, hal ini disebabkan karena China dan India bukanlah orang-orang yang terbiasa dengan lautan. Maka dalam kalimat Mahabharata Udyoga Parva :108 dapat di tafsirkan bahkan di simpulkan bahwa “Timur” ini awal mula “Ajaran” sebelum di bukukan menjadi kitab bernama “Veda” , lokasi yang di tunjuk sebagai “Timur”, disinilah Sang Pencipta alam semesta pertama kali menyanyikan “Veda”. Artinya literasi kata “Timur”,pada kutipan di atas adalah, Asia Tenggara Nusantara Indonesia, di sinilah ajaran “Dharmic Original” berawal,berasal dan di pelajari jauh sebelum adanya ajaran yang terlahir di India.

Jadi pangkal dari “Hinduisme” adalah “Brahmanisme” ajaran Weda Kuno atau berbasis “Vedic” yang di bawa kaum Saka/Cakya/Çaka/Aryān. Literasi teks kata Çãkyã tertera di relief dasar Borobudur, kini tidak dapat dilihat karena ditutup. Çaka adalah kaum leluhur Nusantara, tertulis pada relief dasar Vhwãnã Çakã Phãlã/Borobudur dengan teks literasi kata Māhéçãkyã , Bangsa Çãkyã/Şàkyà/Schytia/Saka,Aryān yang Agung, Kaum “Çaka”sudah ada lebih dahulu jauh dari 78 M dari saat menaklukan Raja “Salivahana” india, Angka tahun 78 M ini yang di salah tafsirkan untuk menghitung awal tahun Saka di prasasti.

Berbagai praktik budaya baru seperti ritual pengorbanan yang semuanya membentuk dasar budaya “Hindu/Veda” awal, dasarnya adalah Ajaran leluhur kita “Dharmic” adalah Dharma/Dhamma/Dhamo terekam pada literasi kata Kųsãlädhãrmãbæjănā di figura dasar relief Borobudur. Jadi dapat dikatakan benar jika Hindu Buddha berasal dari India. tetapi tidak benar jika kita mengatakan situs-situs di Indonesia berdasar Hindu Buddha dari india.

Ajaran asli Nusantara "Dharmic" di masa terdahulu di pelajari di svarnadvipa tergambar lengkap di Borobudur, tersimpan sempurna pada budaya Bali. di situs-situs Borobudurlah “Ajaran” yang mendasari lahirnya Hindu, Buddha dan Jaina yang dibawa oleh kaum “Çaka/Saka/Çakyā/Aryā. Kaum tersebut adalah leluhur kita yang keluar membawa ajaran dari Indonesia. Jadi situs-situs di Nusantara tidak pada ajaran yang terlahir di India Buddha/Hindu. Tapi ajaran yang tergambar di situs-situs Nusantaralah yang mendasari lahir dan tumbuhnya Buddha, Jaina dan Hindu di india.

Sumber Referensi :     anekafakta.com

brainly.co.id

kompas.com

penjuru.id

sarana-hindubali.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar