F WAYANG PRODUK ASLI NUSANTARA!!! ALAT DAKWAH YANG DIHARAMKAN SEBAGIAN GOLONGAN!!! ~ PEGAWAI JALANAN

Senin, 27 Juni 2022

WAYANG PRODUK ASLI NUSANTARA!!! ALAT DAKWAH YANG DIHARAMKAN SEBAGIAN GOLONGAN!!!

 

Wayang kulit adalah salah satu budaya seni tradisional Indonesia, pada masa lampau, terutama di Jawa. wayang juga ikut berperan penting terhadap perkembangan agama Islam di negeri ini. Penyebaran agama islam yang dilakukan oleh para Walisongo melalui wayang terbukti efektif. Sunan Kalijaga menginspirasi para walisongo untuk memadukan antara kesenian dan ajaran agama islam.

Sunan Kalijaga yang memiliki nama asli Raden Said dilahirkan pada tahun 1450 Masehi. Ia adalah salah satu anggota wali songo yang menyebarkan siar Islam di wilayah Jawa Tengah. Pada saat itu, masyarakat Jawa Tengah masih kental dengan budaya Jawa seperti gamelan dan wayang. Sunan Kalijaga mengawali dakwahnya di Desa Kalijaga, Cirebon. Ia mengislamkan penduduk sekitar termasuk Indramayu dan Pamanukan. Model dakwah yang dilakukan Sunan Kalijaga dengan pendekatan lewat kesenian dan kearifan lokal.

Sunan Kalijaga terlebih dahulu mempelajari watak dan budaya penduduk sekitar. Kalau mereka adalah tatanan masyarakat yang mudah lari jika dipaksa untuk mengikuti sesuatu yang baru bagi mereka. Hal inilah yang dimanfaatkan Sunan Kalijaga sebagai strategi dakwahnya, memasukkan unsur ajaran agama Islam dalam seni pewayangan. Dia pun mulai mempelajari karakteristik masyarakat di sana serta turut mendalami ilmu mendalang hingga kesusatraan.

Wayang adalah jenis seni pertunjukan yang mengisahkan seorang tokoh atau kerajaan dalam dunia perwayangan. wayang berasal dari kata Ma Hyang yang berarti menuju kepada roh spiritual, dewa atau Tuhan Yang Maha Esa. Wayang juga berasal dari kata Wad an Hyang, artinya "leluhur", tapi ada juga yang berpendapat wayang artinya "bayangan".

menurut R. Gunawan Djajakusumah dalam bukunya Pengenalan Wayang Golek Purwa di Jawa Barat mengatakan Wayang adalah kebudayaan asli Indonesia (khususnya di Pulau Jawa). Adapun yang berpendapat bahwa wayang berasal dari negeri India mungkin melihat dari asal ceritanya yaitu mengambil dari cerita Ramayana dan Mahabrata. Tetapi selanjutnya cerita-cerita itu diubah dan direkayasa disesuaikan dengan kebudayaan di Jawa.

Wayang kulit merupakan produk budaya yang dihasilkan jauh sebelum agama Islam masuk di Indonesia yang keberadaannya masih dipertahankan. Namun dalam kelangsungannya wayang kulit ini mengalami perubahan drastis baik menyangkut bentuk maupun pemaknaannya.
Wayang kulit purwa yang telah menemukan bentuknya pada masa Hindu di Jawa, di masa Islam ini mengalami perubahan di segala bidang dari tampilan wujud maupun fungsi disesuaikan dengan ajaran-ajaran dan aturan dalam agama Islam.

Ada sejumlah perbedaan wayang asli dari budaya Jawa dengan wayang hasil sentuhan Sunan Kalijaga. Sebelumnya, wayang masih berupa gambar di atas kertas dengan wujud manusia. Satu lukisan wayang menggambarkan isi satu adegan. Mengingat wayang berbentuk manusia dan diharamkan oleh Sunan Giri, Sunan Kalijaga pun sedikit mengubah tampilan wayang yang telah ada. Berkat hasil rombakan dari Sunan Kalijaga, wayang dibuat di atas kulit kambing hingga disebut dengan wayang kulit.

Gambar yang ditampilkannya juga cenderung mirip karikatur tidak nyata, bukan berwujud manusia. Kemudian, satu lukisan wayang milik Sunan Kalijaga sudah menjelaskan isi satu wayang. Dengan demikian wayang kulit purwa sudah dapat diterima dalam agama Islam, karena tidak lagi menggambarkan manusia atau binatang secara realistis. Contohnya, orang yang menghadap ke depan diukir dengan letak bahu di depan dan di belakang. Tangan wayang kulit dibuat panjang hingga menyentuh kakinya. Meski menghadap ke depan, matanya dibuat tampak utuh. Hasilnya, wujud wayang kulit purwa sudah berbeda jauh dengan gambaran manusia, walau wayang kulit memiliki mata, hidung, dan mulut orang.

Dalam pertunjukan wayang, kehadiran Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong selalu dinanti-nanti para penonton. Keempatnya merupakan karakter khas dalam wayang Jawa ( Punakawan ). Pendekatan ajaran islam dalam kesenian wayang juga tampak dari nama-nama tokoh punakawan. Barang kali tak banyak orang yang tahu kalau nama-nama tokoh pewayangan, seperti Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong sebenarnya berasal dari bahasa Arab.

Ada yang menyebutkan, Semar berasal dari kata Sammir yang artinya "siap sedia". Namun, ada pula yang meyakini bahwa kata Semar berasal dari kata Ismar. tokoh semar selalu tampil sebagai pengokoh (paku) terhadap semua kebenaran yang ada, ia selalu tampil sebagai penasihat. Gareng berasal dari kata Khair yang bermakna kebaikan atau kebagusan. Petruk berasal dari kata Fatruk yang berarti meninggalkan. Ada yang berpendapat kata petruk diadaptasi dari kata Fatruk kata pangkal dari sebuah wejangan (petuah) tasawuf, " Fat-ruk kulla maa siwallaahi" (tinggalkan semua apapun yang selain Allah). Sedangkan Tokoh Bagong diyakini berasal dari kata Bagho yang artinya kejelekan. pendapat lain menyebutkan Bagong berasal dari kata Baghaa yang berarti berontak, Yakni berontak terhadap kebatilan dan keangkaramurkaan. Jika Punakawan ini disusun secara berurutan Semar, Gareng, Petruk, Bagong secara harfiah bermkna " Berangkatkan menuju kebaikan, maka kamu akan meninggalkan kejelekan". 

Pada awal kemunculannya, kesenian wayang kayu lahir dan berkembang di wilayah pesisir utara pulau Jawa. pada awal abad ke-17 dimana kerajaan Islam tertua di pulau jawa tumbuh disana, dengan menggunakan bahasa sunda dalam dialognya. Menurut legenda yang berkembang, sunan kudus menggunakan  bentuk wayang golek awal ini untuk menyebarkan islam dimasyarakat. Wayang golek tersebut lalu diubah menjadi wayang kulit oleh Sunan Kalijaga karena tidak sesuai dengan syariat islam. Mengingat cerita itu sarat dengan unsur Hindu-Budha, maka Sunan Kalijaga pun berusaha memasukkan unsur-unsur islam dalam pewayangan. Ajaran-ajaran dan jiwa keislaman itu dimasukan sedikit demi sedikit. Bahkan lakon atau kisah dalam pewayangan tetap mengambil cerita Pandawa dan Kurawa yang mengandung ajaran kebaikan dan keburukan.

Kondisi inilah yang mendorong para walisongo merombak bentuk wayang kulit dan memasukkan unsur baru berupa ajaran islam dengan membuat "Pakem Pewayangan baru" yang bernafaskan Islam, seperti cerita Jimat Kalimasodo, atau dengan cara menyelipkan ajaran islam dalam pakem pewayangan yang asli. Dengan demikian masyarakat yang menonton wayang dapat menerima langsung ajaran islam dengan sukarela dan mudah.

Akhir-akhir ini wayang sempat diperbincangkan antara pro dan kontra tentang kesenian wayang tersebut. Jika kita melihat histori kesenian wayang, wayang adalah salah satu media dakwah penyebaran agama islam terutama di tanah jawa. Maka wayang adalah salah satu kesenian yang memiliki sejarah sendiri bagi kita. Saat ini tugas kita adalah untuk tetap melestarikan kesenian wayang yang menjadi kesenian masyarakat jawa agar tidak hilang. Saat ini kesenian wayang cukup sulit untuk ditemukan karena rendahnya minat pemuda kita untuk belajar kesenian tradisional. Tanpa kita sadari wayang bisa saja musnah jika tidak ada lagi yang melestarikan kesenian wayang tersebut.

Itulah kesenian wayang yang berasal dari Indonesia. Banyaknya peranan wayang dalam sejarah bangsa Indonesia terutama pada penyebaran agama seperti hindu, buddha dan juga islam. Semoga kita dapat terus melestarikan kesenian nenek moyang kita. Sehingga anak cucu tetap bisa menyaksikan wayang sebagai peninggalan nenek moyang kita pada masa lampau.

Sumber Referensi       : academia.edu

  detik.com

  id.wikipedia.org

                                      kompas.com

  merdeka.com

  republika.co.id

 

0 komentar:

Posting Komentar