F PERISTIWA 3 DAERAH!!! REVOLUSI BERDARAH YANG DIDUGA DIDALANGI PKI!!! ~ PEGAWAI JALANAN

Kamis, 28 Juli 2022

PERISTIWA 3 DAERAH!!! REVOLUSI BERDARAH YANG DIDUGA DIDALANGI PKI!!!

 


Pasti banyak dari kita yang tidak mengetahui peristiwa tiga daerah, terutama orang-orang yang berada di luar pulau jawa. Peristiwa tiga daerah adalah peristiwa revolusi di dalam revolusi dengan PKI sebagai dalang utama. Peristiwa ini berawal setelah dua bulan proklamasi kemerdekaan Indonesia dan ketika hilangnya pemerintahan jepang. Peristiwa ini terjadi di Kabupaten Brebes, Tegal, Pemalang, Keresidenan Pekalongan, Jawa Tengah.

Menurut salah satu literasi, Pemberontakan ini dipelopori oleh Partosuktino yang menghasut Sakyani. Sakyani alias kutil dijuluki Robbespierre Tiga Daerah, Ia adalah Orang yang yang memimpin peristiwa revolusi di tiga daerah tersebut. Saat kutil berkuasa, semua elite birokrat, pangreh praja (residen, bupati, wedana, dan camat), dan sebagian besar kepala desa diganti dengan orang-orang pilihannya. Para elite sebelumnya diculik dan dibunuh dengan cara disembelih. Lokasi yag digunakan untuk melakukan penyembelihan salah satunya di jembatan Talang, Tegal.

sakyani adalah orang yang sejak lahir ia dipenuhi bintil-bintil kecil berwarna hitam yang memenuhi seluruh wajahnya. Ia selalu dihina oleh teman-temannya sehingga ia dijuluki dengan nama kutil karena wajahnya yang memang penuh dengan kutil. Walaupun setelah dewasa bintil-bintilnya hilang, ia tetap dijuluki kutil oleh orang-orang. Karena keadaannya itu, dia menjadi anak yang nakal dan tidak patuh terhadap orang tuanya. Didikan ayahnya yang keras membuat jiwanya terus memberontak, didikan keras ini bagaikan mengasah kebencian dalam dirinya. Moral dan agama yang diajarkan padanya di tolak mentah-mentah olehnya padahal ayahnya adalah seorang yang alim. Ia lebih memilih bergaul dengan orang-orang di Pelabuhan yang memiliki tabiat buruk.

Dia semakin tumbuh menjadi anak yang liar, hal ini disebabkan pergaulannya di Pelabuhan yang membuatnya belajar kemaksiatan dan kejahatan. Pemandangan yang sering ia lihat di Pelabuhan adalah para nelayan  yang suka berjudi, madat, dan madon (bermain perempuan). Yang menjadi temannya Ketika di Pelabuhan adalah para perompak dan bandit. Karena pergaulannya yang buruk, ia sering berkelahi dengan temannya di sekolah yang menghinanya. Ia kemudian memilih untuk berhenti sekolah saat kelas dua.

Ia kemudian menjadi kuat dipelabuhan, dia diajari bertarung oleh para bandit agar bisa ditakuti dan dapat mempengaruhi orang lain dengan kekuatan.  Karena sering berada di Pelabuhan, dia banyak bertemu orang-orang yang datang dari penjuru negeri. Ia pun mulai mengenal ideologi komunisme, Ideologi yang mengatakan sama rasa dan sama rata. Ideologi ini membuatnya merasa bahwa komunisme adalah ideologi yang menjawab keresahannya atas ketidakadilan dunia terhadapnya yang selalu dihina karena wajahnya.

Oleh para komunis dia dididik agar ia berani memberontak terhadap ketidakadilan dunia. Setelah banyak menerima ideologi komunis, Ia kemudian menjadi aktivis PKI dan membuat Sarekat Rakyat tegal. Dia melakukan propaganda dengan menghasut para petani, buruh, dan nelayan di Tegal untuk memberontak. Dia memimpin pasukan untuk menghancurkan bangunan pemerintahan Belanda, dan membunuh para pribumi yang menentang cita-cita pendirian negara komunis pada tahun 1926. Dari peristiwa ini dia mulai melakukan penyembelihan terhadap orang-orang yang menentangnya. Namun pemberontakan ini gagal dan akhirnya dia di tangkap dan dipenjara di Digul.

Saat di penjara, Ia berhasil kabur dari penjara dengan cara membunuh orang Belanda yang menjaga penjara dan mencuri perahu untuk Kembali ke Tegal. Ia berhasil lolos dengan beberapa orang temannya, tetapi karena tidak adanya makanan Ketika berlayar, ia membunuh teman-temannya agar dapat bertahan hidup. Setelah sampai di Tegal, ia menyamar sebagai tukang cukur dan menikahi seorang gadis yang mau menerima kekurangannya. Ia kemudian mencalonkan diri menjadi lurah pada tahun 1937, tetapi ia kalah suara yang membuat darahnya mendidih. Ia kemudian berpura-pura menjadi guru ngaji agar tidak dicurigai orang Belanda. Ia secara diam-diam mulai menjalin kontak dengan orang-orang komunis yang masih tersisa setelah pemberontakan tahun 1926.

Saat jepang kalah oleh sekutu, Indonesia kemudian memproklamasikan kemerdekaannya. Pada saat proklamasi kemerdekaan  di Jakarta ini, ia mulai bergerak untuk mebangkitkan Kembali Gerakan komunis. Ia berusaha mendirikan negara sendiri dengan membunuh siapapun yang dianggapnya sebagai musuh. Banyak orang yang takut kepadanya, sehingga dia mendirikan komplotan bandit dengan nama lenggaong kutil. Kedekatannya dengan seorang kiai yang dikatakan memiliki kekuatan istimewa, membuatnya semakin ditakuti karena dianggap memiliki ilmu kebal. Pada bulan oktober1945, Tan Malaka menginstruksikan Gerakan Antiswapraja kepada seluruh pimpinan PKI. Ia yang merasa sebagai pimpinan PKI di Tegal,  mulai melaksanakan Gerakan antimonarki di Brebes, Tegal dan Pekalongan.

Dalam proses penggantian Pangreh Praja, ia menyiksa dan membantai siapa saja yang menentangnya. Dia menyembelih seluruh bangsawan dan pejabat yang menentang komunisme di Tegal. Ia juga menghidupkan sebuah organisasi yang Bernama Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) yang berada di bawah PKI. Anggota dari AMRI adalah para pedagang, penjual makanan, petani miskin, tukang besi, dan penjual jamu. Markas mereka berada di Ujungrusi dan Talang. Seluruh pemuda AMRI memakai selempang janur kuning pemberian kiai Makdum sebagai lambang perlawanan, pemberi kekebalan, serta penangkal roh jahat.

Langkah awalnya adalah mengganti pejabat-pejabat lama dan orang-orang golongan Pangreh Praja dengan orang pilihannya. Pemerintahan, perusahaan-perusahaan, dan Gudang-gudang  berhasil dikuasai. Orang-orang yang tidak menerima keputusannya akan langsung disembelih. Dengan Gerakan yang massif, ia berusaha mendirikan negara komunis sendiri di tiga daerah yaitu Tegal, Brebes, dan Pekalongan dengan memproklamirkan berdirinya negara Talang di tiga daerah itu. Slogannya saat itu adalah pemerintahan rakyat untuk menghancurkan pemerintahan republic Indonesia.

Pemikirannya disambut gembira oleh rakyat yang menganggapnya sebagai orang yang mengubah nasib mereka menjadi lebih baik. Dan siapapun yang menentangnya akan langsung disembelih oleh para anggotanya. Ia juga membuat kegiatan bawah tanah yang tertutup tanpa diketahui oleh banyak orang dengan melakukan penyusupan.

Ia kemudian menangkap seorang bupati tua, bupati itu ditelanjangi dan diseret ke dalam penjara. Pejabat pemerintahan lain dan para polisi diculik dan dibantai di jembatan Talang, Tegal. Ia juga melakukan penyembelihan kepada etnis cina di Brebes, dan memperkosa perempuannya. Ttidak ada satu orang pun yang menentangnya, golongan bawah dan kalangan agama mengikutinya karena takut dibunuh. Ia sengaja menggunakan pengaruh islam dan ulama sebagai kekuatan politiknya dengan memasang tokoh islam dan bandit sebagai bupati ataupun kepala desa. Mereka yang menjadi petinggi itu, harus tetap tunduk kepadanya.  

Ia sering melakukan pembunuhan dengan berdiri di atas podium dan membawa orang yang sudah ditangkap. Ia menyebutkan nama orang tersebut dan meminta persetujuan untuk menyembelihnya. Para massa tentu setuju dan tidak berani menolak perkataannya untuk membunuh orang yang ditangkap itu.

Sakyani dan anak buahnya juga mengepung rumah Raden Mas Harjowiyono, lurah desa Cerih. Sakyani mengancam rumah membakar rumah Raden Mas Harjowiyono bila dia tidak keluar. Raden mas Harjowiyono pun keluar Bersama istrinya dengan pakaian resmi. Sakyani dan anggotanya lalu melucuti dan menelanjangi keduanya dan mengganti pakaiannya dengan goni. Suami istri ini lalu di arak dengan diiringi gamelan dan diperlakukan seperti ayam. Mereka dipaksa meminum air mentah dalam tempurung  kelapa dan makan dedak. Sakyani dan anggotanya tertawa, pasangan itu kemudian ditahan di kecamatan.

Sakyani dan anggotanya juga melakukan Razia pada setiap kereta api jurusan Purwokerto dan Tegal. Para penumpang yang menggunakan blangkon akan dirampok atau dibunuh. Setiap lurah dan camat yang menentang, akan dicopot, diseret, dan dicincang  di jalan raya sebagai tontonan untuk menakuti para rakyat.

Opziehter Bengkel Kereta Api Tegal tak luput menjadi korban Sakyani dan anggotanya. Ia disiksa di tiang listrik dan dipukuli secara beramai-ramai. Ia baru dilepaskan setelah mengatakan mau mengikuti Sakyani dan anggotanya. Polisi juga menjadi korban kekejaman Sakyani, bahkan polisi yang memiliki ilmu kebal dikubur hidup-hidup dalam sebuah lubang.

Rumah-rumah penduduk pun diteror dan digedor, kemudian para penghuninya disuruh untuk keluar. Mereka diharuskan mengikuti Gerakan PKI, siapapun yang menentang pasti akan langsung disembelih. Akhirnya para penduduk ikut turun ke jalan, kecuali mereka yang sudah tua dan sedang sakit. Beribu-ribu massa membanjiri jalan besar Talang, mereka disuruh memblokade jalan jurusan Selatan Slawi. Lalu lintas Tegal-Purwokerto menjadi tertutup, dan tidak ada kendaraan yang berani melewati jalan itu.

Gerakan rakyat tiga daerah ini mulai bergerak menyerbu kantor-kantor kecamatan, Kawedanan, dan menyerbu kantor polisi di Kejambon. Para pejabat pun melarikan diri, sedangkan pejabat yang tertangkap  akan dibunuh. Pernah ada orang yang menentang Sakyani dengan menolak Gerakan Rakyat tersebut. Para anggota Sakyani menangkapnya, kemudian orang itu diseret dan dipukul kepalanya menggunakan besi. Kepalanya pecah dan meninggal seketika di Markas Pemuda Ujungrusi.

Seorang Camat Adiwerna yang Bernama R.M. Suparto, berani berbicara di depan umum dan menghujat Sakyani. Tanpa komando, Anggota Sakyani dengan segera menyembelih Suparto. Kepala Suparto yang masih berlumuran darah kemudian dibawa ke depan Sakyani. Tapi tanpa sengaja salah satu anggotanya menginjak kepala Suparto. Saat kaki diangkat dari kepala itu, kepala itu kemudian pecah. Para anggotanya kemudian menangkap anak sulung Camat Adiwerna yang bernama Slamet. Slamet kemudian diikat dan dijatuhkannya di atas batu besar berulangkali hingga tewas.

Sakyani mulai membunuh orang-orang dari golongan agama sejak  tanggal 27 November 1945. Kiai yang memiliki pengaruh besar di Talang ditangkap karena menentang dan mempengaruhi santrinya untuk melawan Sakyani. Kiai ini di bawa ke selatan, lalu dimasukkan ke dalam bangunan tua yang tidak digunakan lalu disembelih. Seluruh orang cina di Tegal diminta untuk menyerahkan harta benda atau apapun yang diminta oleh Sakyani. Karena ketakutan, banyak orang-orang cina yang kabur dari Tegal dengan meninggalkan harta bendanya.

Bupati Tegal saat itu, Soenaryo, juga menjadi salah satu target gerakan Sakyani atau Kutil. Akan tetapi, sebelum aksi Kutil untuk menculik dan membunuh Bupati Tegal tercapai, Soenaryo diselamatkan oleh Mansyur dari Pemuda API (Angkatan Pemuda Indonesia). Penyelamatan Soenaryo berdampak pada Kardinah yang saat itu ada di lingkungan kabupaten Tegal. Ini menjadi peristiwa gelap bagi Kardinah, Kardinah sendiri adalah adik R.A. Kartini yang menjadi ibu angkat Soenaryo. Kardinah menjadi sasaran kemarahan rakyat, pakaian Kardinah dilepas dan diganti goni lalu diarak keliling kota dan diancam untuk dibunuh. Akan tetapi, ketika sampai di depan Rumah Sakit Kardinah, Kardinah pura-pura sakit dan dirawat. Pada malam harinya ada usaha penyelamatan oleh orang-orang dekatnya sehingga Kardinah selamat dari amukan orang-orang Sakyani/Kutil dan tidak sempat dibawa ke Adiwerna.

Untuk menutupi Gerakan PKI, Sakyani mengangkat kiai untuk menjadi bupati. Beberapa Bupati seperti Brebes, Tegal, pemalang, dan residen Pekalongan dan beberapa tempat lain adalah kiai yang diangkat oleh Sakyani. Hal ini membuat orang-orang meyakini bahwa ini adalah Gerakan aliran-aliran Islam, Sosialis, dan Komunis, padahal sepenuhnya ini adalah Gerakan Komunis.

Saat menyerang kota Pekalongan, Sakyani berhasil ditangkap dan hampir duhukum mati. Namun saat Agresi militer Belanda, suasana di Tegal menjadi kacau, Sakyani berhasil melarikan diri saat kekacauan terjadi. Ia melarikan diri ke Jakarta dan Kembali bekerja menjadi tukang cukur. Pada tahun 1949, ada orang Slawi di Jakarta yang mengenali wajahnya. Ia kemudian Kembali ditangkap dan mencoba melakukan Grasi kepada Soekarno pada 1 agustus 1950 tetapi ditolak. Pada tanggal 5 mei 1951, Sakyani di eksekusi di Pantai Pekalongan.

Itulah Peristiwa tiga daerah yang pernah terjadi di Indonesia dimana PKI sebagai dalang pemberontakkan. Walaupun banyak Ulama yang diangkat menjadi petinggi, tetapi mereka dikendalikan oleh Sakyani yang merupakan pimpinan PKI di Tegal. Dengan ditangkapnya Sakyani (Kutil) dan para tokoh lainnya, gerakan ini dapat mulai dinetralisir. Golongan Islam beserta para ulama juga memberi andil dalam berakhirnya Peristiwa Tiga Daerah. Golongan Islam merasa bahwa gerakan ini mulai menuai penyimpangan dengan tindakan ekstrem-radikal yang dilakukan oleh golongan kiri.

Sumber Referensi : 

Anton Lucas, Peristiwa Tiga Daerah

kumparan.com

nasional.kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar