Ideologi komunis mulai masuk ke Indonesia tahun 1914 yang di bawa
oleh Hendricus Joshepus Franciscus Marie Sneevliet atau Henk
Sneevliet. Pria kelahiran Rotterdam, Belanda adalah seorang komunis Belanda
yang aktif. Pada tahun 1911 dia menjadi ketua serikat buruh di Belanda.
Sneevliet adalah seorang pemimpin yang radikal dengan ideologi komunisnya.
Ketika terjadi pemogokan pelaut internasional pada tahun 1911, beberapa serikat
buruh yang radikal ikut serta, tetapi mayoritas serikat buruh tidak sependapat
dengannya. Dia memutuskan untuk
meninggalkan Belanda dan berlayar ke Hindia Belanda (Indonesia) pada bulan
Februari tahun 1913. Dia bekerja sebagai staff editor Soerabaiaasch
Handelsblad lalu pindah ke Semarang pada mei 1913 untuk menggantikan D.M.G.
Koch sebagai sekretaris Semarang Handelsvereeniging
(Takashi Shiraishi, Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1927 : 1997).
Pada tanggal 9 mei 1914, Sneevliet bersama J.A. Brendsteder, H.W.
Dekker dan Piet Bersama mengadakan perkumpulan di Marine Gebouw, Surabaya.
Sneevliet dan kawan-kawan mendirikan perkumpulan sosialis demokrat Hindia
Belanda dengan nama Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV). ISDV
merupakan sebuah organisasi yang radikal. Sneevliet dan kawan-kawan melakukan
propaganda untuk menyebarkan ideologi marxisme/komunis dengan menerbitkan surat
kabar pertamanya pada tanggal 10 Oktober 1915. ISDV inilah yang menjadi awal
mula ideologi komunis di Indonesia. Awalnya ISDV hanyalah klub debat kaum
sosialis Belanda yang kecil. Karena pada awal pendirian organisasi ini hanya
berjumlah 85 orang saja. Sneevliet yang berusaha mengembangkan ideologi
komunisnya mencari cara agar dapat mempengaruhi bumiputra dengan cara memprotes
hukuman terhadap Mas Marko Kartodikromo dan peraturan pers Hindia.(tirto.id)
Awal pertemuan antara Sneevliet dan semaoen terjadi pada tahun 1915.
Semaoen adalah seorang pemuda belasan tahun yang namanya cukup terkenal di
Semarang. Pertemuan pertama mereka di
Surabaya ketika melakukan pembelaan terhadap Mas Marko Kartodikromo. Dari
pertemuan mereka, Semaoen belajar banyak dari Sneevliet, dimana dia bukan hanya
belajar membaca, tetapi juga belajar menulis dan berbicara dalam bahasa
belanda. Sneevliet yang memiliki kesempatan untuk menanamkan ideologi komunis
juga tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dimana seorang yang besar namanya
tentu memiliki pengaruh yang cukup besar pula. Maka dari itu Sneevliet
mengajarkan ideologi komunis kepada Semaoen.
Karena perkembangan ISDV tidak terlalu banyak, maka ISDV menjalin
hubungan dengan Insulinde. Insulinde merupakan organisasi kelas menengah yang
berisi kaum sosialis. Hubungan ini tidak berlangsung lama karena perbedaan
pemikiran. ISDV berpendapat bahwa perjuangan melawan penjajah Belanda harus di
dukung kaum sosialis karena sama-sama berjuang melawan sistem kapitalis. Pimpinan
Insulinde yang merupakan organisasi kaum sosialis tentu menolak pemikiran
tersebut. Pada tahun 1916, di dalam organisasi ISDV mengalami perpecahan,
aliran reformis meninggalkan ISDV dan mendirikan Partai Sosial Demokrat
Indonesia (ISDP). Setelah kedua organisasi tersebut tidak lagi bersekutu, Sneevliet
berhasil masuk ke dalam organisasi Sarekat Islam (SI). Tak berselang lama,
Sneevliet menjadi orang yang berpengaruh di dalam SI. pada tahun 1916 Sneevliet
mengangkat Semaoen dan Darsono menjadi Pemimpin ISDV. Semaoen yang merangkap
jabatan di ISDV dan SI, berhasil mengembangkan keanggotaan SI Semarang yang
semula 1.700an orang menjadi 20.000. keberadaan Sneevliet di dalam SI tidak
semua orang dapat menerimanya. Salah satunya adalah Abdoel Moeis. Abdoel Moeis adalah orang yang gigih
menentang komunisme. Bahkan dalam
tulisannya yang di muat di dalam surat kabar Neratja (1917), ia menulis bahwa
ia (Sneevliet) berbahaya bagi kami dan tanah air. Abdoel Moeis juga meminta
bantuan kepada pemerintah Batavia untuk menyingkirkan Sneevliet.
Ketika terjadi revolusi Bolshevik di Rusia pada tahun 1917, ISDV
telah sepenuhnya mulai pada Ideologi komunis. Hal ini disebabkan oleh
kemenangan Bolshevik dalam mendirikan Negara komunis. Pada tahun ini ISDV
memprovokatori angkatan laut Belanda yang berjumlah 3.000 serdadu untuk ikut
dalam demonstrasi menerapkan Negara Komunis. Bentrokan pun tidak dapat di
hindari, Namun pemerintah Belanda dapat meredamnya dengan menjanjikan perubahan
yang luas. Setelah bentrokan ini reda, pemerintah mengambil tindakan terhadap
organisasi ISDV. Pemerintah belanda berhasil menangkap Semaoen dan Darsono,
sedangkan Sneevliet di usir dari Hindia Belanda (Indonesia) pada bulan desember
1918. ISDV seakan tak berdaya setelah kejadian tersebut. Sneevliet memang telah
pergi dari Hindia Belanda (Indonesia), namun ideologi komunis telah melekat di
dalam ingatan Semaoen dan juga Darsono.
Setelah keterpurukan ISDV, pada tanggal 23 mei 1920 Semaoen dan
Darsono mengganti nama organisasi tersebut menjadi Partai Komunis di Hindia
(PKH). Dalam hal ini, Semaoen masih merangkap jabatan sebagai ketua Sarekat
Islam Semarang. Abdoel Moeis yang berusaha membersihkan ideologi Komunis
mengadakan Kongres Sarekat Islam menjelang akhir 1920. Dalam kongres tersebut,
yang dibahas adalah kedisiplinan partai agar anggotanya tidak merangkap jabatan
di organisasi politik lainnya. Hal ini tentu saja membuat anggota yang tergabung dalam
organisasi PKH menolak gagasan tersebut. Hingga pada pertengahan februari 1923,
Sarekat Islam mengganti namanya menjadi Partai Sarekat Islam (PSI) serta
melakukan pemecatan kepada Semaoen dan kawan-kawan yang tidak sepakat dengan
gagasan pendisiplinan tersebut. Akibat diberlakukannya disiplin partai, jumlah
anggota SI merosot drastis. Orang-orang yang di pecat dari PSI lalu membentuk
organisasi yang bernama Sarekat Rakyat (M. Nasruddin Anshoriy Ch., Bangsa
Gagal: Mencari Identitas Kebangsaan , hal 108 : 2008). Hubungan Sarekat
Rakyat dan PKH semakin erat karena memiliki ideologi yang sama, maka pada tahun 1924 secara resmi PKH diganti namanya menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Kepemimpinan PKI kala itu telah beralih dari Alimin-Musso kepada
Aliarcham dan Sardjono. Hal ini dikarenakan pemimpin yang lebih senior tidak
bersedia memimpin PKI. Pada tahun 1924 pemerintah Hindia belanda memperketat
pengawasan dan mempersempit aktivitas para tokoh-tokoh partai. Pada akhir Desember 1924 PKI membuat keputusan untuk melakukan pemberentokan dengan cara melakukan
pemogokan. Namun rencana PKI dapat dikalahkan dengan mudah, hal ini yang
membuat PKI harus bergerak di bawah tanah karena semakin ketatnya pemerintah
Belanda mengawasi partai-partai di Indonesia. Pada tahun 1925 Darsono di usir
dari Indonesia,Aliarcham di asingkan ke Digul, sedangkan Musso, Alimin dan Tan
malaka harus menyingkir ke luar negeri. Para pemimpin PKI yang masih bebas
mulai mengadakan rapat membahas tentang keadaan PKI yang mulai terancam. Dalam
rapat inilah menjadi awal pemberontakan PKI untuk mendirikan Negara Komunis di
Indonesia. Pemberontakan ini akan dimulai pada tanggal 18 Juni 1926.(G30S-PKI.COM)
Setelah kekalahan
serta dilarangnya PKI oleh pemerintahan Belanda, PKI hanya bias bergerak di
bawah tanah. Hal ini dikarenakan banyaknya pemimpin PKI yang di buang oleh
pemerintah Belanda. Pada tahun 1935, Musso yang di asingkan pemerintah Belanda
kembali ke Indonesia. Musso kembali ke Indonesia untuk mempersiapkan
kebangkitan PKI kembali. Seperti strategi mereka dulu, Musso menggerakan kader
PKI untuk menyusup kedalam organisasi lain. Hingga pada tahun 1948,
pemberontakan PKI kembali terjadi. Hal ini dikarenakan perjanjian Renville
antara Indonesia dan Belanda yang menghasilkan kesepakatan yang sangat
merugikan Indonesia karena dipersempitnya wilayah Indonesia. Karena dampak
perjanjian itu adalah di turunkannya Amir Syarifudin dari jabatannya di kabinet
dan di gantikan kabinet Hatta. Amir Syarifuddin yang merupakan aktivis PKI
meluapkan kekecewaannya dengan cara membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR)
tanggal 28 juni 1948. FDR berencana melakukan kudeta atas pemerintah dengan
cara melakukan aksi terror, propaganda anti pemerintah, pemogokan dan melakukan
adu domba antar anggota pejabat militer. FDR dan PKI menginginkan hancurnya NKRI dan menggantinya dengan
ideologi Komunis. Pemberontakan ini terjadi di Madiun tanggal 18 September 1948. Pemberontakan ini
memperparah keadaan bangsa Indonesia di karenakan anggota militer yang sedang
menghadapi agresi militer Belanda. Rakyat Indonesia menjadi benci dengan PKI di
karenakan anggota PKI yang nekat membunuh para alim ulama dan beberapa tokoh
penting. Dalam perang melawan PKI, anggota TNI dan Polri berhasil membunuh
Musso yang mendalangi pemberontakan ini. Sedangkan Amir Syarifuddin dan
beberapa pejabat lainnya di jatuhi hukuman mati, hukuman yang pantas untuk para penghianat.(sejarahlengkap.com)
Keberadaan PKI
tidak berhenti sampai disini. Setelah vakum dari dunia politik, PKI bangkit
dengan wajah baru. Mereka mendukung kebijakan–kebijakan
Presiden Soekarno yang menentang keras kolonialisme. Tampil dengan pemimpin
baru, Dipa Nusantara Aidit memimpin dengan semangat membara hingga mendapat
simpati rakyat yang cukup besar bahkan sampai ratusan ribu. Namun PKI sempat
redup karena aksinya melakukan pemogokan. Namun di tahun 1955 PKI berhasil
menduduki urutan keempat dalam pemilu. Hal ini dikarenakan partai-partai besar
yang sibuk mencari suara di pusat, sedangkan PKI berhasil mengambil suara dari
para rakyat di daerah pelosok. PKI terus menunjukan prestasinya sehingga
mendapat kepercayaan rakyat. Pada tahun 1960 PKI merasa di atas angin karena
Presiden Soekarno membuat konsep NASAKOM (Nasionalis, Agama , Komunis),
Sehingga ideologi Komunis dapat terlembagai. PKI semakin merapat ke Soekarno
dan menyusup ke dalam pemerintahan.
Pada perkembangannya, PKI menginginkan agar para buruh dan tani di persenjatai. TNI AD merasa curiga dengan keinginan PKI yang takut akan disalahgunakan jika di setujui. Karena ketidakpuasan dengan beberapa kebijakan Soekarno, PKI merencanakan sebuah pengkhianatan. Pada tanggal 30 September 1965 dini hari, PKI di bawah pimpinan D.N Aidit dan Syam Kamaruzzaman melakukan pembunuhan berencana terhadap 7 Jendral yang menjadi Pahlawan Revolusi Indonesia. Aksi pembantaian di lubang buaya menewaskan 6 Jendral TNI AD, dan satu perwira menengah. Seorang Jenderal yang menjadi target penculikan yaitu Jenderal A.H Nasution berhasil selamat dari gerakan tersebut.
PKI yang melakukan pembantaian di beberapa daerah, membuat citra PKI menjadi semakin Buruk. A.H Nasution yang berhasil lolos dari pembantaian mulai mengatur siasat dan menggerakan Presiden Soeharto dari balik layar. Soeharto dengan memimpin TNI AD mengambil tindakan tegas dengan menghancurkan organisasi PKI karena dinilai berbahaya bagi Indonesia. Setelah perjuangan panjang dan mendapat kemenangan melawan PKI, Presiden Soeharto melakukan pembersihan PKI sampai ke akar-akarnya pada tahun 1966. Untuk mencegah munculnya kembali ideologi Komunis, pemerintah mengeluarkan tap MPRS Nomor 25 tahun 1966 tentang pembubaran PKI yang terus berlaku hingga saat ini. Selain mengeluarkan tap MPRS Nomor 25 tahun 1966, pelaku penyebaran ideologi Komunis dapat ditindak dengan dasar Undang-Undang Nomor 27 tahun 1966 tentang perubahan pasal 107 KUHP.(netralnews.com)
Itulah sejarah singkat lahir dan berkembangnya Partai Komunis Indonesia (PKI) sampai kehancurannya. Sejarah tentang penghinatan PKI dan pemberontakan PKI sekarang sudah tidak kita temui di bangku sekolah karena sudah dihapuskan. Maka dalam artikel ini kami sengaja mengingatkan kepada generasi muda bahwa sejarah ini harus dan wajib diketahui, agar kita faham kisah masa lalu kita dan menjadi pelajaran berharga dimasa-masa yang akan datang.
Penulis : Risky Arisandi
Editor : Argha Sena
Sumber :
tirto.id
G30S-PKI.COM
sejarahlengkap.com
netralnews.com
0 komentar:
Posting Komentar