F PEGAWAI JALANAN: PENGETAHUAN UMUM
Tampilkan postingan dengan label PENGETAHUAN UMUM. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PENGETAHUAN UMUM. Tampilkan semua postingan

Selasa, 01 November 2022

RAMALAN PERANG AUSTRALIA VS INDONESIA BEREBUT PULAU PASIR

 


Sosial media baru-baru inj dihebohkan dengan ramalan Nostradamus yang dikait-kaitkan dengan Indonesia. Dalam ramalannya, Nostradamus memprediksi bahwa Indonesia dan Australia akan berperang pada tahun 2037. Australia akan menyerang negara yang ada pelabuhan, jembatan, dan tugu peringatan. Ciri-ciri negara tersebut mirip sekali dengan Indonesia, karena Indonesia memiliki pelabuhan, jembatan, dan tugu peringatan. Netizen kemudian mengaitkan bahwa tempat yang di maksud adalah Surabaya, Karena di Surabaya terdapat Pelabuhan terbesar kedua di Indonesia. Selain itu, di Surabaya juga terdapat jembatan merah, Sedangkan tugu peringatan yang dimaksud adalah tugu pahlawan. Menurut Nostradamus, Indonesia dan Australia berebut supremasi di laut hindia.

Perselisihan semakin membesar hingga menjadi konflik bersenjata yang diikuti perang besar, dalam perang tersebut Indonesia dikatakan akan kalah. Perselisihan antara Indonesia dan Australia akhir-akhir ini kembali terjadi. Terutama saat Indonesia dihebohkan dengan klaim dari Australia tentang pulau Pasir atau Ashmore reef. Pulau yang berada di Samudera Hindia tersebut akankah menjadi pemicu perang yang diramalkan oleh Nostradamus yang mengatakan bahwa Indonesia dan Australia berebut supremasi d laut Hindia.

Ashmore reef terletak sekitar 120 km sisi selatan pulau rote, dan berjarak 320 km dari Australia. Klaim Australia atas pulau tersebut didasarkan pada nota kesepahaman (MoU) nelayan Indonesia dengan Australia pada tahun 1974. Atas klaim pulau tersebut, sejak tahun 2004 telah banyak nelayan NTT yang ditangkap pemerintah Australia saat memasuki kawasan itu.

Masyarakat adat di Nusa Tenggara Timur (NTT) kemudian meminta Australia agar segera hengkang dari pulau itu. Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB), Ferdi Tanoni, mengatakan telah meminta Negeri Kanguru menunjukkan bukti kepemilikan yang sah atas gugusan Pulau Pasir. Ketua YPTB di Kupang, Ferdi Tanoni, mengatakan “Mereka hanya mengklaim bahwa itu milik mereka, padahal tidak ada bukti yang bisa mereka tunjukkan bahwa itu adalah milik mereka”.

Ferdi juga telah mengajukan gugatan ke Pengadilan Australia. Hal ini disebabkan karena banyak nelayan NTT yang melaut di wilayah itu dan ditangkap otoritas Canberra. Menurutnya di pulau itu terdapat kuburan leluhur Rote termasuk artefak. Ferdi menambahkan bahwa saat ini Australia melakukan aktivitas pengeboran minyak bumi di kawasan itu. Ferdi mengatakan “Kalau Australia tidak mau keluar dari gugusan Pulau Pasir, kami terpaksa membawa kasus tentang hak masyarakat adat kami ke Pengadilan Commonwealth Australia di Canberra”. “Nelayan Indonesia mengunjungi Ashmore Reef setiap tahun di bawah Nota Kesepahaman yang ditandatangani oleh Pemerintah Australia dan Indonesia, yang memungkinkan mereka untuk memanfaatkan wilayah laut yang telah mereka akses secara tradisional selama berabad-abad.”

Persengketaan tentang Pulau Pasir atau ashmore reef antara Indonesia dan Australia telah terjadi sejak lama. Pada tahun 1974, Canberra dan Jakarta menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding) soal batas wilayah teritorial. Perjanjian kedua negara lebih menyepakati garis-garis sementara pada bagian timurnya dengan mengikuti arah garis-garis batas landas kontinen, yang letaknya tepat pada garis tengah antara kedua negara. Garis tengah ini berlanjut sampai mendekati pulau-pulau Ashmore dan Cartier, terus berbelok ke arah utara dan menyusur gugusan pulau-pulau tersebut. Dalam kesepakatan tersebut juga mengatur kegiatan nelayan tradisional Indonesia di Australian Fishing Zone (AFZ), terutama di sekitar pulau-pulau Ashmore Reef dan Cartier island. Kesepakatan ini masih terbatas pada hak nelayan Indonesia untuk berlabuh dan mengambil air tawar hanya di East dan Middle island dari gugusan Pulau Ashmore reef.

Adanya kesepakatan batas kedua negara, pada tahun 1983 pemerintah Australia menetapkan kawasan Ashmore sebagai cagar alam nasional (National Nature Reserve) berdasarkan National Park dan Wildlife Conservation Act 1975. Dengan adanya penetapan kawasan perlindungan ini, membawa implikasi pembatasan aktivitas nelayan Indonesia. Sejak tahun 1983 terjadi perubahan perlakuan terhadap nelayan tradisional yang semakin ketat di kawasan perairan tersebut.

Perlakuan pemerintah Australia terhadap nelayan tradisional, kemudian menuai protes pemerintah Indonesia sehingga pada tahun 1989 dilakukan perjanjian bilateral kedua negara. Inti perjanjian tersebut adalah nelayan Indonesia dapat berlayar dan mencari sumber daya laut dengan menggunakan metode tradisional seperti zaman dahulu. Pemerintah Australia melarang jika nelayan Indonesia menggunakan kapal yang bermotor.

Australia melalui aparatnya kemudian melakukan tindakan tegas terhadap nelayan Indonesia yang melakukan kegiatan eksploitasi sumber daya laut di AFZ, para nelayan tersebut dianggap merusak lingkungan disekitar terumbu karang. Aparat Australia menangkap nelayan, menyita hasil tangkapan, membakar kapal, dan menahan nelayan. Nelayan dianggap memasuki perairan AFZ tanpa mengindahkan peraturan pemerintah Australia, yaitu menggunakan mesin, memasuki wilayah yang dilarang, ataupun mengambil sumber daya laut yang dilarang.

Meski pemerintah Indonesia dan pemerintah Australia telah melakukan perjanjian bilateral hingga tiga kali untuk mengatasi masalah pelanggaran kedaulatan, akan tetapi masih saja terjadi pelanggaran yang dilakukan nelayan-nelayan tradisional Indonesia. Adapun bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh nelayan-nelayan tradisional Indonesia yaitu, pelanggaran terhadap wilayah operasi yang telah ditetapkan dalam MoU Box 1974 dan Agreed minutes 1989. Selain itu, terjadi pelanggaran terhadap ketentuan yang berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam hayati sesuai dengan kesepakatan, baik MoU Box 1974 maupun Agreed Minutes 1989. Salah satu jenis pelanggaran yang sering dilakukan oleh para nelayan tradisional Indonesia adalah pengambilan jenis-jenis biota laut tertentu sebagai bagian dari sumberdaya alam hayati yang dilarang, seperti pengambilan penyu dan burung beserta telurnya.

Pelanggaran terhadap penggunaan fasilitas yang digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan juga sering dilakukan. Fasilitas yang digunakan tidak sesuai dengan apa yang telah ditetapkan melalui MoU Box 1974 dan Agreed Minutes 1989, yaitu melakukan kegiatan penangkapan dengan menggunakan perahu yang digerakkan oleh mesin (motor), menggunakan alat-alat penangkapan yang tergolong modern, bahkan menangkap ikan hiu dengan menggunakan gil/net.

Pelanggaran yang dilakukan berhubungan dengan masalah lingkungan hidup juga sering dilakukan. Mereka dinilai sering lalai memadamkan api setelah memasak, membuang puntung rokok sembarangan, ataupun kegiatan lain yang menyebabkan terkontaminasinya sumber-sumber air minum. Para nelayan juga dikatakan memanfaatkan kegiatan penangkapan ikan sebagai sarana untuk mengantar dan memasukan imigran gelap ke Australia.

Pemerintah Australia mendefinisikan penangkapan illegal cenderung pada kategori pelanggaran hukum karena memasuki wilayah perairan pengawasan Australia, tanpa izin dari otoritas Australia. Berdasarkan nota kesepahaman antara Indonesia-Australia yang ditandatangani pada tahun 1974, pemerintah Australia masih mengizinkan nelayan tradisional, yaitu nelayan yang menggunakan kapal layar. Pemerintah Australia melarang setiap nelayan Indonesia yang menangkap ikan atau makluk hidup lainnya di Ashmore Reef karena area ini dijadikan cagar alam. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut, pemerintah Australia akan menghukum orang yang melanggar dengan menyita hasil yang telah diperoleh nelayan serta mewajibkan membayar denda atau mengenakan hukum penjara. Sedangkan Perahu kapal yang terbukti bersalah dapat disita dan dibakar.

Menanggapi hal ini, Pemerintah Indonesia menyatakan pulau itu memang milik Negeri Kanguru. Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI Abdul Kadir Jailani lewat akun Twitternya. "Pulau Pasir merupakan pulau yang dimiliki Australia berdasarkan warisan dari Inggris,". Pulau tersebut dimiliki inggris berdasarkan Ashmore and Cartier acceptance Act, 1933, Dan dimasukan ke dalam wilayah Administrasi Negara Bagian Australia Barat pada tahun 1942.

Australia pada masa penjajahan memang diduduki Inggris, sedangkan Indonesia lebih lama dijajah Belanda. Tidak bisa dipungkiri jika warisan kolonialisme telah lestari mempengaruhi bentuk-bentuk kedaulatan negara sampai saat ini. Dalam geografi Australia, Pulau Pasir tersebut bernama Kepulauan Ashmore dan Cartier. Sebelum Indonesia merdeka, pulau karang dan pasir kecil itu memang telah  menjadi milik Inggris. Sehingga Pulau Pasir atau Ashmore reef tidak pernah masuk ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Belanda tidak pernah mengklaim pulau tersebut karena tidak memiliki keuntungan dari segi apapun. Sedangkan inggris perlu memiliki pulau tersebut sebagai jalur pelayaran yang aman. Maka dari itu belanda dan inggris tidak bersengketa masalah pulau Ashmore reef tersebut, dan menyatakan pulau tersebut adalah milik inggris.

Pada Peta AOI (Area of Interest), yang menampilkan gambar wilayah Indonesia secara keseluruhan, terlihat ada lekukan garis batas yang menjorok ke arah dalam sisi Indonesia. Lekukan ini mirip dengan peta Australia. Lekukan itu melewati Pulau Pasir atau Australia menyebutnya sebagai Ashmore and Cartier Islands. Pada peta ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) Indonesia di situs Badan Informasi Geospasial Indonesia, terdapat gambar lekukan yang sama. Garis wilayah Indonesia menjorok ke dalam menghindari Pulau Pasir atau Kepulauan Ashmore dan Cartier. Bahkan di peta ZEE Indonesia, tidak ada nama Pulau Pasir, yang ada yakni Ashmore Reef. Di dekatnya, ada Hibernia Reef yang juga masuk wilayah Australia (meski menjorok ke Indonesia).

Garis batas ZEE Indonesia yang melewati Pulau Pasir ini berbentuk garis putus-putus, melewati Samudra Hindia hingga Laut Timor di selatan Nusa Tenggara Timur atau utara Australia. Jadi menurut peta resmi Indonesia, Pulau Pasir atau Kepulauan Ashmore dan Cartier tidak masuk wilayah Indonesia, melainkan wilayah Australia. Tidak mengherankan jika pemerintah Australia berang karena banyak nelayan yang tidak mengindahkan peraturan tersebut. Sebagai konsekuensinya, pemerintah Australia akhirnya menangkap dan menyita kapal milik nelayan yang melanggar perjanjian tersebut.

Itulah pembahasan pulau Ashmore reef yang memang merupakan milik Australia. Jika Indonesia berusaha untuk mengklaim pulau tersebut, maka Indonesia berada pada posisi sebagai penginvasi. Dan jika berperang pun maka Indonesia akan dianggap bersalah karena melanggar perjanjian yang telah dibuat oleh kedua negara. Menanggapi ramalan Nostradamus yang mengatakan bahwa Indonesia dan Australia akan berperang itu tidaklah benar. Bagaimana mungkin seseorang yang hidup pada tahun 1500an meramalkan Indonesia, sedangkan nama Indonesia digunakan pertama kali digunakan secara politik pada tahun 1920an. Terlebih lagi, buku yang ditulis oleh Nostradamus dengan judul Les Propheties telah hilang setelah Nostradamus menghilang. Buku karya Mario Reading yang berjudul Nostradamus: The Complete Prophesies for the Future bisa saja adalah perkiraan Mario Reading melihat perselisihan Indonesia dan Australia yang telah terjadi sejak lama. Jika memang benar terjadi, maka itu hanyalah sebuah kebetulan ataupun itu adalah pengamatan yang telah dilakukan oleh Mario Reading.

Sumber Referensi :

cnbcindonesia.com, 

cnnindonesia.com, 

news.detik.com, 

99.co

Rabu, 03 Agustus 2022

DUKUN PALING BRUTAL DALAM SEJARAH PERDUKUNAN DI INDONESIA!!!

 


Fenomena dukun sakti yang dapat mengobati berbagai penyakit terus ada saja di Indoensia, orang sakti yang luar biasa menunjukan kebolehannya terus menjadi perbincangan yang hangat dalam masyarakat kita. Akan tetapi parahnya ternyata banyak yang percaya dan meyakini, sampai banyak orang sakit parah yang datang untuk berobat kepada dukun tersebut. Mungkin ada keputusasaan dari keluarga pasien atau pasien itu sendiri dengan pengobatan medis, sehingga akhirnya mereka lari menuju dukun yang dikatakan sakti untuk meminta obat. Yang menjadi masalah adalah, sudahlah mereka sakit parah misalnya menderita penyakit kanker stadium akhir, dia datang berobat kepada dukun ternyata sang pasien diberikan harapan palsu, dan parahnya mereka harus membayar mahar tertentu untuk biaya pengobatan khusus tersebut.

Dalam keadaan seperti ini ternyata ada juga orang yang berusaha membongkar trik yang digunakan untuk atraksi saat pengobatan ataupun penanganan khusus tersebut. Dan kita harusnya berterimakasih terhadap pemuda tersebut yang rela terancam hidupnya membongkar dunia dukun santet atau dukun yang menipu masyarakat. Semoga makin banyak masyarakat yang tercerahkan dan menjadi semakin cerdas. Logika saja kalau memang benar sang dukun hebat bisa menyembuhkan kanker atau penyakit semacamnya yang dikatakan gangguan jin atau setan atau sejenisnya, maka dunia kedokteran modern akan tergantikan dengan kesaktian para dukun. Dan WHO pasti sudah mengundangnya untuk mengajarkan ilmunya tersebut untuk menyelamatkan masyarakat dunia dari penyakit.

Kita tidak sedang menceritakan masalah trik dukun yang sedang viral ini, tapi kita akan menceritakan sebuah kisah yang pernah menggemparkan Indonesia kala itu. Dukun yang ada sekarang ternyata masih kalah brutal dengan dukun yang satu ini, sejarah mencatatnya dengan jelas bahkan sampai dibuat film, agar kita semua teredukasi jangan sampai kita terjebak dalam kisah yang sama dan sangat mengerikan itu. Korban yang meninggal dijadikan tumbal sang dukun tidaklah tanggung-tanggung, ada 42 perempuan yang dijadikan tumbal dan dibunuh oleh sang dukun, mari kita simak kisahnya.

“Kami, majelis hakim, memutuskan bahwa saudara terdakwa dijatuhi hukuman mati!” Haogoaro Harefa, hakim ketua yang memimpin jalannya persidangan pada 24 April 1998 tersebut memutuskan perkara dengan mantap. Gemuruh tepuk tangan para hadirin pun langsung memadati ruang sidang. Sementara terdakwa yang bernama Suradji tampak tenang usai vonis dibacakan. Bahkan, beberapa kali ia tertangkap melempar senyum ke arah juru warta, seolah vonis tersebut bukan perkara serius.

“Saya minta banding,” katanya pelan, saat ditanya hakim mengenai sikapnya terhadap putusan pengadilan. Bagi warga Sumatera Utara, Suradji bukan sembarang orang. Ia, yang biasa akrab disapa Dukun AS, adalah tersangka pembunuhan berantai dengan korban tewas sebanyak 42 orang. Semua korbannya adalah perempuan. Aksi keji itu ia lakukan dalam kurun waktu 1986-1994 di Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Motif pembunuhan didasari klaim Suradji atas wangsit dari mendiang ayah yang memerintahkannya untuk membunuh 70 perempuan agar jadi sakti mandraguna. Klenik Sejak dalam Pikiran Seperti halnya Robot Gedek yang pernah bikin geger Jakarta dua dekade silam, penampilan dukun AS tak terlihat kontroversial. Ia kurus, jangkung, dan orang-orang mungkin lebih mengira ia sebagai pegawai kelurahan dibanding kriminal.

Suradji dibesarkan oleh pasangan Jogan dan Sartik. Sang ayah, yang berprofesi sebagai dukun, meninggal kala ia baru berusia tujuh bulan. Masa kecilnya hampir sama dengan anak-anak desa pada umumnya; bermain dan berlarian di ladang. Di lingkungan tempatnya bermukim, Suradji lebih dikenal dengan nama “Nasib Kelewang”—nama yang disematkan karena ketika kecil ia pernah tercebur sumur dan selamat. Menurut pengakuan ibunya, selain bermain di ladang, Suradji juga tertarik mempelajari ilmu dukun sejak umur 12 tahun lewat buku-buku peninggalan sang ayah. Hidup Suradji berubah 180 derajat saat ia memutuskan untuk berpoligami. Tak tanggung-tanggung, Suradji menikahi dua perempuan sekaligus yang semuanya masih punya pertalian saudara dengan istri pertamanya, Tumini. Suradji menikah lagi dengan alasan ingin punya anak perempuan, sesuatu yang tidak didapatkannya bersama Tumini. Pada saat bersamaan, Suradji kian getol menyelami lautan klenik. Ia mengaku bahwa dalam mimpinya, sang ayah kerap datang dan mengajarinya berbagai ilmu kesaktian. Terlepas apakah Suradji betulan sakti atau tidak, masyarakat setempat menganggap dirinya “orang pintar” alias dukun. Di rumahnya, Suradji melayani bermacam jenis jasa, mulai dari mengobati orang sakit hingga pasang susuk.

Pada suatu malam, Suradji bimbang. Pasalnya, mendiang sang ayah kembali datang di mimpinya. Dalam pertemuan itu, sang ayah berpesan: jika ia ingin ilmunya semakin sakti dan bisa memberikan “kebaikan” bagi orang-orang di sekitar, ia harus mengorbankan setidaknya 70 nyawa perempuan. Setelah lama menimbang-nimbang, Suradji akhirnya melaksanakan petuah sang ayah. Maka, diburulah sejumlah perempuan untuk ditumbalkan. Aksi brutal Dukun AS mulai terendus pada sekitar tahun 1997. Aparat Mapolsek Sunggal menemukan 42 rangka manusia di ladang tebu di Dusun Aman Damai, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara. Rata-rata korban berumur 13 sampai 27 tahun.

Dalam laporan dijelaskan bahwa penemuan tersebut berangkat dari informasi seorang pemuda lokal yang tanpa sengaja mendapati mayat tanpa busana di ladang tebu. Korban bernama Sri Kemala Dewi. Mulanya polisi mengira pelaku pembunuhan adalah suami Dewi sendiri. Sebab, menurut keterangan warga, keduanya sempat terlibat pertengkaran pada malam sebelum Dewi menghilang. Akhirnya, seorang warga bernama Andreas mengaku pernah mengantarkan Dewi ke rumah Suradji guna melakukan konsultasi. Polisi lantas menindaklanjuti keterangan Andreas. Datanglah mereka ke rumah Suradji. Saat ditanya polisi, Suradji mengaku Dewi memang mengunjungi rumahnya. Namun, terang Suradji, “Dewi pulang selepas Maghrib.” Pengusutan kasus sempat terhenti karena bukti-bukti yang ditemukan tak cukup. Tapi, polisi tak kehilangan akal. Mereka kemudian mendalami sejumlah laporan orang hilang dalam beberapa tahun terakhir.

Dari hasil pendalaman ditemukan satu benang merah: sebagian besar korban adalah pasien Suradji. Temuan tersebut mendorong polisi untuk kembali mendatangi rumah Dukun AS. Satu per satu sudut rumah disisir secara seksama. Akhirnya polisi menemukan beberapa helai pakaian perempuan dan perhiasan. Barang bukti itulah yang membuat Suradji ditangkap. Dalam proses interogasi, Suradji mengaku bahwa ia yang membunuh Dewi dan 41 perempuan lainnya demi “memperoleh ilmu sakti.” Tak cuma menghabisi nyawa, Suradji juga menyikat barang-barang berharga milik korban.

Takut, Tobat, Sebelum Akhirnya Ditembak di Tempat Kehidupan penjara turut mengubah perilaku Dukun AS. Dukun AS telah “bertobat dan membuang semua ilmu kebatinan yang dimilikinya” selama ditahan. Dukun AS diberi penjelasan dari segi agama bahwa ilmunya tersebut dapat mempersulit dirinya ketika dijemput ajal nanti. Nasihat tersebut diterima Dukun AS sehingga terpidana mati itu segera membuang ilmu kebatinan yang dimilikinya. Sejak membuang kleniknya, Dukun AS rajin mengikuti pengajian yang diselenggarakan dua kali sebulan di LP Kelas I Tanjung Gusta Medan. Kepala LP Kelas I Tanjung Gusta Medan, Ace Hendarmin, menyebut Dukun AS “sudah tobat” dan “punya aktivitas ibadah yang luar biasa”. Jika napi lain langsung keluar mushola setelah sholat, Dukun AS akan berdiam diri untuk berzikir dalam waktu yang cukup lama.

Di tengah pertobatannya itu, Dukun AS sempat merasa tertekan setelah mengetahui rencana Kejaksaan Tinggi Sumut yang akan melaksanakan eksekusi mati terhadap dirinya. Kabar tersebut membuat stres Dukun AS mengingat, ia masih mengharap diberi grasi oleh presiden sebab “sudah memperlihatkan perubahan baik dalam penjara.” Setelah divonis mati oleh Pengadilan Negeri Lubuk Pakam, Deli Serdang, kuasa hukum Dukun AS mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung tiga tahun kemudian. Upaya kasasi itu ditolak. Pada 2004, dibantu Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan, Dukun AS melayangkan grasi ke presiden. Hasilnya: grasi ditolak pada 27 Desember 2007.

Tak menyerah, beberapa minggu kemudian, tim kuasa hukum Dukun AS lagi-lagi mengajukan grasi. Upaya ini gagal membuahkan hasil. Grasi Dukun AS dikembalikan karena dianggap “belum memenuhi masa dua tahun dari grasi pertama.” Penolakan itu membuat kuasa hukum Dukun AS bertanya-tanya. Menurut mereka, ada kejanggalan sebab penolakan grasi seharusnya dikeluarkan melalui Keputusan Presiden (Keppres)—sebagaimana grasi yang pertama—bukan lewat Sekretariat Negara (Setneg). Upaya hukum yang diajukan tim Dukun AS pada akhirnya sia-sia.

Pada 10 Juli 2008, tiga peluru dari Brigadir Mobil (Brimob) Polda Sumatera Utara menembus dadanya. Dukun AS tewas di tempat. Atas permintaan keluarga, jenazahnya langsung dikebumikan keesokan harinya. Kendati sudah dieksekusi mati, penolakan terhadap Dukun AS masih kencang. Warga Desa Sei Semayang, tempat tinggal Dukun AS, tidak terima apabila Dukun AS dikuburkan di desa mereka. Salah satunya diutarakan ibu dari korban Suradji yang bernama Dewi. Dia menegaskan keluarganya takkan ikhlas melihat kuburan Dukun AS bersanding dengan makam putrinya. “Jika memang harus ditanam di desa itu, jangan dikuburkan di TPU. Kuburkan saja di depan rumahnya, jangan di perkuburan umum,” katanya. Ia pun melanjutkan “Terlalu berat penderitaan kami akibat perbuatan Dukun AS. Kami tidak terima jika dia dikuburkan di desa ini.” Dukun AS pernah mengatakan, “Sihir hitam datang dari Tuhan. Aku tidak memilikinya lagi, aku telah bertobat. Kuharap aku punya kesempatan untuk hidup.”

Dukun AS lupa, jika sebagai manusia kita pasti akan mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita semasa hidup. Jika tidak mendapatkan  balasan didunia, maka balasan di akhirat oasti menanti. Itulah kisah dukun paling brutal di Indoensia yang tercatat dalam sejarah perdukunan di negri ini, semoga kisah ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, jangan pernah mempercayai dukun dengan segala triknya. Kita harus lebih rasional dalam menyikapi berbagai hal, agar tidak mudah dibohongi, jika kita mudah ditipu jelas uang melayang bahkan nyawa juga bisa terancam.

 

Sumber : Tirto.id

 

Senin, 27 Juni 2022

KESAKTIAN EDDY TANSIL BERHASIL MENGHILANG TANPA JEJAK!!!

 


Banyak dari kita yang pasti mengetahui tentang Eddy Tansil, seorang koruptor nomor satu pada masanya. Namun setelah kabur dari LP Cipinang pada tahun 1996, Eddy Tansil hingga saat ini tidak berhasil ditangkap kembali. Eddy Tansil sudah terbukti merugikan negara sebesar 565 juta dolar Amerika atau sekirtar 1,5 triliun rupiah saat itu. Mantan Juragan becak ini bahkan disemati dengan gelar sensasional tapi memalukan yakni Koruptor Legendaris Indonesia. Dia kabur bukan ketika hendak diperiksa atau diadili, melainkan setelah berada di dalam tahanan.

Ia bukanlah seorang pejabat negara seperti koruptor pada umumnya. Namun dia telah merugikan negara, sehingga pemerintah menangkapnya karena terbukti bersalah. Dia adalah koruptor Indonesia yang berhasil melarikan diri dari penjara Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, Jakarta. Dia kabur saat tengah menjalani hukuman 20 tahun penjara karena terbukti menggelapkan uang sebesar 565 juta dolar Amerika (sekitar 1,5 triliun rupiah dengan kurs saat itu) yang didapatnya melalui kredit Bank Bapindo melalui grup perusahaan Golden Key Group.

Tidak banyak catatan soal masa-lalu Eddy Tansil. Menurut Sam Setya Utama dalam Tokoh-tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia (2008:400), Eddy Tansil lahir pada 1948 di Makassar. Pada paspornya tertulis nama Tan Eddy Tansil alias Tan Tju Fuan, kelahiran Ujungpandang, 2 Februari 1934. Tapi semua koran mengutip: Eddy Tansil, terlahir Tan Tjoe Hong, 2 Februari 1953

Pada tahun 1970 ia mempunyai perusahaan becak, lalu sesudah becak dilarang, ia menjadi agen motor Kawasaki namun tidak bisa bersaing dengan Yamaha dan Honda. Kemudian  pada tahun 1980an, Eddy terlibat usaha perakitan sepeda motor di Tambun, Bekasi. Nama usahanya adalah Tunas Bekasi Motor Company (TBMC). Perusahaan itu bergerak di bidang perakitan sepeda motor Binter dan Bajaj. Belakangan pabrik yang di Tambun dimiliki Salim Group yang saat itu memiliki BCA. Binter sendiri adalah singkatan dari Bintang Terang. (Soebronto Laras, Meretas Dunia Automotif Indonesia (2005:152)

Selain bisnis motor, Eddy Tansil juga memiliki bisnis bir. Pada Tahun 1983, dia mendirikan PT Rimba Subur Sejahtera yang memproduksi Becks Beer yang disebut Bir Kunci di Indonesia. Partnernya adalah pensiunan jenderal bernama Koesno Achzan Jein. Bir itu tidak dijual di Indonesia, produksi birnya itu dikirimkan ke Fujian, Tiongkok. Bisnis bir itu berhasil menambah pundi-pundi uang Edy Tansil. Saking kuatnya pengaruh bir miliknya itu, ia bahkan sampai disebut Bapak Bir Fujian.

Eddy Tansil kemudian membangun PT Golden Key Group (GKG), perusahaan yang bergerak di bidang petrokimia. Perusahaan itu pun mengajukan kredit ke Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo). Karena bisnisnya terlihat menjanjikan, akhirnya kredit itu disetujui. Kredit yang mulai diberikan pada tahun 1991 dengan cara ilegal itu, telah membengkak sampai Rp 1,5 triliun pada tahun 1994. Dalam memperoleh kredit ini, Eddy Tansil sempat memanfaatkan katebeletje atau surat sakti yang ditulis Sudomo. (Kees Bertens dalam buku Pengantar Etika Bisnis (2000:220).

Kasus Eddy Tansil kemudian mulai bergulir sejak awal Februari 1994. Ahmad Arnold Baramuli, anggota Komisi VII DPR-RI, mempertanyakan soal pinjaman Eddy Tansil di bank pemerintah yang macet. Baramuli menyatakan ada yang salah dalam prosedur penyaluran kredit itu. Eddy Tansil saat itu berhasil memperoleh kredit ratusan juta dolar Amerika dari Bapindo. (Benny Setiono, Tionghoa Dalam Pusaran Politik (2008:1063).

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pun akhirnya menjatuhkan vonis bersalah dan menghukum kepada Eddy Tansil dengan hukuman 20 tahun penjara, denda Rp 30 juta serta membayar uang pengganti Rp 500 miliar. Ia juga dihukum membayar kerugian negara sebesar 1,3 triliun rupiah. Eddy Tansil kemudian ditahan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang. Selama satu setengah tahun berada dalam kurungan, Eddy Tansil beberapa kali keluar dari LP Cipinang.

Setelah empat kali keluar penjara, dalam izin keluar yang kelima, pada 4 Mei 1996 Eddy Tansil berhasil kabur. Setelah beberapa waktu lamanya mendekam di LP Cipinang, ia akhirnya melarikan diri bersama keluarganya. Dikatakan, Eddy menyiapkan sebuah mobil Suzuki Carry untuk menyelundupkannya keluar dari penjara. Kaburnya Eddy Tansil juga diduga lantaran adanya kerja sama dengan para penjaga pintu LP Cipinang yang tak memeriksa mobil Carry tersebut saat keluar dari LP Cipinang.

Para penjaga pintu tak memeriksa mobil tersebut karena memercayai komandan jaga bahwa mobil tersebut aman dan tak perlu diperiksa. Dugaan ini membuat sekitar 20-an petugas penjara Cipinang diperiksa atas dasar kecurigaan telah membantu Eddy Tansil melarikan diri. Setelah kaburnya Eddy, Kepala LP Cipinang kemudian dibebastugaskan. Eddy Tansil Tansil dan keluarga kemudian berpindah-pindah negara untuk menghindari kejaran aparat penengak hukum Indonesia yang semakin kalap untuk menangkap.

Pada 1999, sebuah Lembaga swadaya masyarakat (LSM) pengawas anti-korupsi, Gempita, memberitakan bahwa Eddy Tansil tengah menjalankan bisnis pabrik air di bawah lisensi perusahaan bir Jerman, Becks Beer Company, di kota Pu Tian, China. Keputusan untuk kembali melanjutkan pencariaan koruptor nomor satu di Indonesia saat itu, didasari adanya bukti dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang menunjukkan bahwa Eddy Tansil telah melakukan transfer sejumlah uang ke Indonesia satu tahun sebelumnya. Pada akhir 2013, Kejaksaan Agung mengungkapkan bahwa keberadaan Eddy Tansil sudah terlacak di China sejak 2011 dan kemudian mengajukan permintaan ekstradisi kepada pemerintah China. Tim Pemburu Koruptor (TPK), sebuah tim gabungan dari Kejaksaan Agung, Departemen Hukum dan HAM, dan Polri telah menyatakan akan segera memburu Eddy Tansil. Namun hingga saat ini, belum ada kejelasan mengenai ekstradisi dan penangkapan yang dilakukan oleh TPK.

Itulah kisah hilangnya koruptor nomor satu di Indonesia yang hilang sampai sekarang. Kasus pelarian Eddy turut mengungkap betapa lemahnya integritas aparat pemerintah ketika berhadapan dengan koruptor. Walaupun telah 26 tahun berlalu, buronan nomor satu tersebut masih dapat menghirup udara bebas. Padahal kerugian negara senilai 565 juta dolar Amerika, jika dikonversikan saat ini bisa mencapai 8 triliun rupiah. Banyaknya aparat yang masih bisa disuap, membuat negara kita seakan kebal hukum bagi orang-orang kaya. Hukum layaknya pisau yang tajam ke bawah mencekik rakyat miskin, sedangkan yang kaya dapat dengan mudahnya bermain dengan hukum. Dari kisah kaburnya Eddy Tansil, juga menjadi citra buruk bagi aparat penegak hukum di  Indonesia.  Selain itu, lemahnya pengawasan terhadap tersangka korupsi seakan menjadi citra buruk bangsa ini.

Sumber Referensi :     bogoronline.com

makassar.tribunnews.com

nasional.kompas.com

news.detik.com

tirto.id

PABLO ESCOBAR RAJA KOKAIN KOLOMBIA!!! GEMBONG NARKOBA TERKAYA DIDUNIA!!!

Saat itu, Chili adalah salah satu produsen utama kokain yang memasok kokain ke Amerika Serikat. Namun pada tahun 1973, Augusto Pinochet menggulingkan dan mengakhiri pemerintahan sipil Presiden Salvador Allende. Pinochet yang berkuasa sebagai diktator di Chili kemudian memberangus semua produksi kokain di negaranya. Karena perintahnya, sekitar 33 lokasi ditutup dan sekitar 350 orang pengedar ditangkap. Pada waktu yang sama, permintaan pasokan kokain justru makin meningkat di Amerika Serikat. Di tengah situasi itulah Pablo Escobar mengambil kesempatan untuk menjadi pemasok kokain di Negeri Paman Sam.

Sosoknya sangat kontroversial, Selain sebagai bandar narkotik, namanya terkenal di tengah masyarakat miskin Kolombia bahkan menganggapnya sebagai pahlawan. Pablo Emilio Escobar Gaviria lahir pada 1 Desember 1949 di sebuah pedesaan bernama Rionegro. Ibunya adalah seorang guru sekolah dasar, dan ayahnya adalah seorang petani. Di masa remaja, Escobar menjadi penjual rokok ilegal, pencuri kendaraan bermotor, hingga penjual tiket lotre palsu.

Pada tahun 1970an, kota Medellin mulai menjadi tempat para sindikat kejahatan terorganisir yang menghasilkan banyak uang dari penyelundupan berbagai jenis barang termasuk narkotika. Narkotika di kota Medellin saat itu belum menjadi barang utama dan umum di Kolombia. Karena sebelum tahun 1973 Chili masih menjadi pemasok kokain, sedangkan Kolombia berperan sebagai penghubung ke Amerika Serikat. Produksi kokain baru beralih ke Medellin pada tahun 1973, setelah Jenderal Augusto Pinochet menguasai Chili. Ia mengakhiri bisnis kokain di Chili dan para penyelundup Kolombia mengambil alih produksi kokain ke Kolombia khususnya Medellin.

Melimpahnya daun koka di hutan-hutan Kolombia, membuat Kartel Medellin bisa meningkatkan produksi kokain dengan cepat. Pablo Escobar yang ikut ambil bagian, langsung melejit sejak terjun ke bisnis kokain. Escobar mulai mendistribusikan bubuk kokain sendiri, serta membangun rute penyelundupan pertama ke Amerika Serikat pada tahun 1975. Beberapa tahun kemudian, Escobar yang menguasai kartel Medellin ini telah mampu mengirimkan 70 hingga 80 ton kokain per bulan dan jumlahnya semakin berlipat ganda. Kekayaannya terus berlipat, Kartelnya bisa meraup 420 juta dollar AS per minggu atau 22 miliar dollar AS per tahunnya.

Perjanjian ekstradisi kemudian ditandatangani pada tahun 1982, bahwa setiap orang Kolombia yang terbukti melanggar hukum Amerika Serikat bisa ditangkap dan diproses secara hukum di Amerika Serikat. Melihat potensi bahaya bagi bisnisnya, Escobar mengajukan diri menjadi anggota parlemen Kolombia dan terpilih pada 14 Maret 1982. Escobar berusaha masuk ke parlemen untuk menghapus perjanjian ekstradisi. Setelah terpilih, Escobar mulai membangun fasilitas yang dibutuhkan masyarakat seperti rumah ibadah, klinik, fasilitas olahraga, dan infrastruktur di pemukiman penduduk. Pekerjaan barunya itu membuat Escobar menjadi dekat dengan masyarakat miskin yang secara langsung merasakan manfaatnya. Akan tetapi, bagi pemerintah Kolombia dan AS, Escobar tetaplah gembong kokain yang harus ditangkap.

Laporan dari Boston Globe menyebut 600 polisi meregang nyawa di tangan anak buah Escobar. Belum lagi keterlibatannya dalam pembunuhan calon presiden Luis Carlos Galan yang difavoritkan menang dalam pemilu Kolombia tahun 1990 dan serangkaian aksi lainnya. Galan adalah masalah besar bagi Escobar karena misi utamanya memberantas perdagangan narkotika. Dalam kampanye, Galan bahkan berani menjanjikan untuk mengembalikan perjanjian ekstradisi jika menjadi presiden. Namun dalam sebuah kampanye publik pada 18 Agustus 1989, ia ditembak mati. Escobar juga disebut-sebut turut mendukung gerakan kelompok gerilyawan sayap kiri Kolombia bernama M-19 saat menyerbu Mahkamah Agung sebagai jawaban atas konstitusi perjanjian ekstradisi dengan Amerika Serikat dan membunuh setengah dari seluruh hakim.

Escobar akhirnya semakin banyak melakukan pembunuhan dan penculikan terhadap para penegak hukum yang menolaknya. Pada tahun 1987 anak buah Escobar telah meledakkan sekitar 3000 mobil dengan bom, sekitar 22 ribu orang terbunuh dalam rangkaian insiden itu. Mahkamah Agung Kolombia tidak berdaya dan akhirnya mencabut perjanjian ekstradisi dengan AS.

Pablo Escobar semakin besar lewat penjualan kokain karena ia juga menyuap para jajaran pejabat, hakim, dan politisi. Ia juga turut terlibat dalam kematian ratusan orang termasuk warga sipil, polisi dan pejabat negara. Tingkat pembunuhan di Kolombia meningkat karena Escobar yang menggelontorkan uang kepada pembunuh bayaran untuk menumpas polisi. Selain dengan pemerintah, Salah satu rivalitas dengan kartel lain di dalam negeri juga kian meruncing. Baku tembak antarkartel kian kerap terjadi dan menimbulkan banyak korban jiwa. Jumlah pembunuhan tiap tahun naik dan Kolombia sempat tercatat sebagai negara dengan jumlah pembunuhan terbanyak di dunia.

Pada pertengahan tahun 1991, operasi pemerintah Kolombia terhadap Escobar semakin serius. Dengan dibantu Amerika Serikat di bawah pasukan khusus, memaksa raja kokain dunia ini menyerah dengan negosiasi. Ia akan menyerahkan diri namun di penjara yang didesainnya sendiri di dataran tinggi dekat Medellin. Penjara itu bernama La Caterdal yang  bergelimang fasilitas mewah. Dibanding penjara, La Catedral lebih cocok disebut sebagai tempat hiburan karena penuh kemewahan. Escobar menyerahkan diri adalah untuk menghindari penjara di Amerika.

Pada pertengahan 1992, pemerintah Kolombia mendapati bukti bahwa Escobar masih menjalankan bisnis kokain di balik jerujinya. Presiden langsung berencana memindahkan Escobar ke penjara umum. Presiden Gaviria memerintahkan tentara pimpinan Jenderal Gustavo Padro Ariza untuk memindahkan Escobar dari La Catedral. Sebanyak 4000 tentara dikerahkan untuk mengepung penjara pribadi Escobar tersebut pada 22 Juli 1992. Sandoval yang difungsikan sebagai negosiator justru disandera oleh pasukan pribadi Escobar yang bersenjata lengkap. Penyanderaan Sandoval yang juga Wakil Menteri Kehakiman Kolombia menyulut perintah Jenderal Ariza untuk menyerbu La Catedral. Sebanyak 250 pasukan elit, 4 helikopter, dan 7 anjing pelacak menerobos masuk dan berhasil melumpuhkan pasukan Escobar, namun Raja Kokain itu berhasil melarikan diri lewat terowongan rahasia.

Dilaporkan Los Angeles Times, kelompok ini bernama Los Pepes yang melakukan serangan ke anggota kartel Medellin dengan serangan berdarah dan membabi buta. Belasan dan bahkan lebih rekan Escobar yang meliputi pengacara dan kerabat ikut terbunuh. Dan sejumlah besar properti dari kartel Medellin dihancurkan. Setelah Escobar melarikan diri, Presiden Gaviria mengeluarkan perintah untuk menangkap Raja Kokain itu hidup atau mati. Tak ada lagi negosiasi, walaupun saat itu muncul kekhawatiran baru soal teror bom dari Escobar.

Pelarian Escobar berlangsung selama 16 bulan hingga akhirnya tempat persembunyiannya tercium kepolisian dan pasukan elit Kolombia yang dibantu Drugs Enforcement Administration (DEA), badan antinarkotika Amerika Serikat. Di bawah pimpinan Brigadir Hugo Martinez, tim tersebut mengawasi dan melacak transmisi telepon radio dan menemukannya bersembunyi di Los Olivio, sebuah kampung kelas menengah di Medellin. Baku tembak terjadi saat pasukan mengepung tempat persembunyiannya yang berisi Escobar dan pengawal pribadinya Alvaro de Jesus Agudelo.

Dalam kronologi penangkapan yang dirilis U.S Drug Enforcement Administration, kedua buronan ini berusaha melarikan diri dengan berjalan di atap rumah, di saat itulah keduanya ditembak polisi Kolombia. Dilaporkan Escobar mengalami luka tembakan di kaki dan tubuh bagian atas, dan yang paling fatal adalah tembakan di telinga. Kontroversi yang meliputi penembakan mati Escobar adalah tidak ada yang mengetahui secara pasti siapa yang melepaskan tembakan hingga tepat di telinganya atau proses itu dilakukan setelah ia terjatuh. Beberapa kerabat Escobar percaya ia mengakhiri hidupnya sendiri dengan menembakkan diri tepat di telinga karena anak istrinya di sandera. Dalam buku Kenneth Robert berjudul Zero Hour: Killing of the Cocaine King memuat keterangan dari saudara Pablito, Roberto Escobar dan Fernando Sánchez Arellano yang menyebut bahwa raja kokain pernah mengutarakan bahwa ia akan menembak dirinya sendiri melalui telinga.

Tanggal 2 Desember 1993, menjadi akhir hidup raja kokain dunia asal Rionegro yang pada pada masa hidupnya memasok 80 persen kokain dunia, dan menyelundupkan 15 ton ke Amerika Serikat. Escobar telah menjadi ikon layaknya sosok Robin Hood bagi warga Medellin terutamanya kaum miskin kota banyak yang meratapi kematiannya. Buku Virginia Vallejo berjudul Loving Pablo Hating Escobar menyebut pemakamannya dihadiri oleh 25.000 orang.

Itulah peristiwa kematian seorang gembong narkotika yang merupakan raja kokain di Kolombia. Ia berhasil menyuap banyak politisi, polisi, dan orang-orang penting di Kolombia sehingga mampu menjalankan bisnisnya. Pendapatannya dari kokain yang mencapai angka 420 juta dolar per minggu, membuat majalah Forbes memasukkan nama Pablo Escobar dalam daftar orang terkaya di dunia. bahkan ia masuk daftar orang terkaya selama 7 tahun berturut-turut. Escobar sering membagi-bagikan uang ke masyarakat miskin agar mendapat dukungan memperkuat bisnisnya. Namun karena bisnisnya adalah sebuah kejahatan, maka ia tidak bisa tenang menjalankannya. Walaupun ia banyak menyuap pejabat negara, namun jeratan hukum akan selalu membayanginya.

 

Sumber Referensi : id.wikipedia.org

internasional.kompas.com

tirto.id

voi.id


TIDAK PERNAH TERUNGKAP!!! DALANG PEMBUNUHAN MUNIR!!!

 


Delapan belas tahun hampir berlalu, namun hingga saat ini kematiannya masih menjadi misteri. Hingga kasusnya hampir kadaluarsa, namun dalang sesungguhnya dari pembunuhan berencana tersebut masih belum ditemukan. Menurut Pasal 78 Ayat (1) angka 4 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), hak penuntutan perkara dengan ancaman hukuman mati atau penjara seumur hidup akan kedaluwarsa setelah 18 tahun. Jika kasus tersebut ditutup karena kadaluarsa, maka dalang di balik meninggalnya Munir akan bebas tanpa terjerat hukum.

Munir Said Thalib adalah Pria keturunan Arab yang menjadi pejuang HAM tanpa kenal lelah melawan praktek-praktek penyalahangunaan kekuasaan. Pada tahun 1998, Munir ikut serta mendirikan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS). Kontras adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang hak asasi manusia, terutama penghilangan paksa dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya.

Munir pula yang memainkan peran penting dalam membongkar keterlibatan aparat keamanan dalam pelanggaran HAM di Aceh, Papua dan Timor Leste (dulu Timor Timur). Munir juga ikut merumuskan rekomendasi kepada pemerintah untuk membawa para pejabat tinggi yang terlibat dalam pelanggaran HAM di tiga daerah itu ke pengadilan. Selain itu, ia juga menjadi pengacara kasus Marsinah, penasihat hukum kasus hilangnya 24 aktivis di Jakarta pada tahun 1997-1998 dan banyak kasus-kasus lainnya.


Sosok Munir yang pemberani dan tangguh dalam meneriakan kebenaran, membuatnya mendapat berbagai penghargaan baik dalam maupun luar negeri. Kiprahnya sebagai aktivis HAM membuatnya ia cukup akrab dengan bahaya dan kerap mendapatkan banyak ancaman. Munir pernah mendapat teror bom yang meledak di pekarangan rumahnya. Selain itu, kantor tempatnya bekerja juga pernah diserang oleh beberapa orang tidak dikenal. Setelah menghancurkan perlengkapan kantor, segerombolan orang itu merampas dokumen secara paksa. Dokumen itu terkait dengan pelanggaran HAM yang sedang dikerjakannya. Namun perjuangannya harus terhenti, Munir dinyatakan meninggal pada 7 September 2004 di Pesawat Garuda GA-974 kursi 40-G. Ia tewas dalam penerbangannya menuju Amsterdam untuk melanjutkan studi di Universitas Ultrecht. 

Dua hari sebelum keberangkatan, Munir mendapat telepon dari pilot Garuda, Pollycarpus yang menanyakan jadwal keberangkatan Munir ke Amsterdam. Telepon itu tidak diangkat oleh Munir langsung, melainkan istrinya bernama Suciwati. Pollycarpus saat itu menanyakan jadwal keberangkatan Munir, dan ia mengatakan akan pergi bersama. Diketahui bahwa saat Pollycarpus membuat dokumen palsu tentang penugasannya, agar dapat berangkat satu pesawat dengan Munir.

Pada saat hari keberangkatan, Sekitar jam 9 malam Munir bersiap untuk terbang ke Amsterdam. Tetapi sebelum itu, Pollycarpus sempat mendatangi Munir dan bertukar tiket pesawat. Munir dan Pollycarpus bertukar tiket yang artinya mereka bertukar tempat duduk di pesawat. Pesawat Garuda GA-794 kemudian transit di Bandara Changi Singapura. Disana, Munir masuk kedalam sebuah kafe bersama Pollycarpus dan satu temannya. Di dalam kafe, Pollycarpus memberikan segelas kopi kepada Munir dan diminumnya. Beberapa menit sebelum kembali ke pesawat, Munir sempat mengirim pesan singkat kepada Suciwati bahwa perutnya terasa sakit.

Walaupun sakit, Munir terus melanjutkan perjalanan sedangkan Pollycarpus tetap di Singapura. Sebelum pesawat mengudara, Munir meminta obat maag kepada pramugari. Munir diminta menunggu karena pesawat akan tinggal landas. Kira-kira 15 menit kemudian, pramugari membangunkan Munir yang saat itu tidur. Saat itu, Munir yang ditanya soal obat maag yang diminta menjawab belum menerima. Pramugari tersebut kemudian menawari makanan dan ditolak Munir meminta teh hangat. Di dalam pesawat, sakit perutnya semakin terasa. Munir bolak-balik ke toilet yang membuat Kondisinya semakin memburuk, Munir beberapa kali  mengalami muntaber. Denyut nadi Munir juga melemah, bahkan Munir sulit untuk berbicara saat itu. Munir kemudian sempat mendapatkan sejumlah obat untuk meredakan sakit perutnya.

Munir lalu kembali ke toilet, setelah 10 menit berlalu namun Munir belum  juga keluar. Temannya lantas datang menghampiri dan menemukan Munir di dalam toilet tidak bisa berdiri. Munir Kembali ke tempat duduk, dia kemudian diberikan obat penenang yang membuatnya bisa beristirahat. saat itu Munir masih sadar, dan sempat mengacungkan jempol kepada pramugari pesawat yang minta izin untuk sholat dan menyiapkan sarapan. Ketika pramugari pesawat kembali untuk mengecek, Munir tidak lagi bernyawa dengan air liur yang keluar dari mulutnya dan Telapak tangan Munir pun membiru. Sesampainya di Amsterdam, jasad Munir kemudian diperiksa oleh Netherlands Forensik Institute (NFI).

Berdasarkan otopsi yang dilakukan otoritas Belanda, Munir dinyatakan meninggal karena diracun. Hal tersebut diketahui setelah senyawa arsenik ditemukan di dalam tubuhnya usai autopsi dilakukan, dilansir dari etan.org. Senyawa itu diketahui terdapat di dalam air seni, darah, dan jantung yang jumlahnya melebihi kandungan normal.

Kematian Munir kemudian menyeret berbagai pihak dari maskapai Garuda Indonesia. Dalam kasus ini, tiga orang sudah diadili terkait dengan pembunuhan Munir. Tetapi orang-orang yang diduga kuat sebagai pihak-pihak yang sesungguhnya bertanggung jawab atas pembunuhan Munir masih belum diproses secara hukum. Tiga orang yang diadili adalah pegawai Garuda Indonesia. Pollycarpus kemudian dinyatakan sebagai pelaku pembunuhan dengan memasukkan racun arsenik pada tubuh Munir. pada dakwaan jaksa, Pollycarpus disebut melakukan pembunuhan berencana bersama mantan dua kru Garuda Indonesia, Yeti Susmiarti dan Oedi Irianto. Sementara itu, Indra Setiawan diduga turut membantu Pollycarpus menjalankan aksinya. Meski demikian, banyak pihak masih meragukan bahwa Pollycarpus adalah aktor utamanya. Sejumlah fakta persidangan juga menyebut ada dugaan keterlibatan petinggi Badan Intelijen Negara (BIN) dalam kasus pembunuhan ini.

Pollycarpus dijatuhi hukuman penjara selama 14 tahun, namun dinyatakan tidak terbukti telah menghilangkan nyawa Munir di tingkat Mahkamah Agung. Majelis hakim tetap menyatakan Pollycarpus bersalah karena menggunakan surat dokumen palsu untuk mengklaim dirinya adalah kru tambahan Garuda Indonesia. Ia kemudian menumpang pesawat yang ditumpangi Munir ketika transit di Singapura. Ia sempat dijatuhi hukuman 20 tahun penjara. Namun dalam prosesnya, keputusan hakim selalu berubah-ubah. Setelah memohon peninjauan kembali, hukumannya menjadi 14 tahun penjara. Pada November 2014, Pollycarpus telah  bebas bersyarat dan dinyatakan bebas murni pada Agustus 2018. Pada tahun 2020, Pollycarpus dinyatakan meninggal dunia karena terpapar Covid-19.

Beredar dugaan bahwa pemerintah, melalui Badan Intelijen Negara (BIN) adalah mastermind di balik pembunuhan Munir. Komnas HAM menyebut adanya cacat-cacat dari investigasi kepolisian, penuntutan, dan persidangan Muchdi Purwoprandjono. Muchdi adalah mantan deputi kepala BIN yang bebas dari dakwaan membantu pembunuhan Munir pada 2008. Jika ditelusuri ke belakang, Muchdi pernah dicopot dari jabatannya di Kopassus atas dugaan terlibat penghilangan mahasiswa pada tahun 1996, kasus yang disuarakan dengan sangat lantang oleh Munir semasa hidup. Namun mantan Deputi V BIN Mayjen Purn Muchdi Purwoprandjono yang juga menjadi terdakwa dalam kasus ini divonis bebas dari segala dakwaan.

Pemerintah selalu berjanji akan menyelesaikan kasus Munir. Tetapi sampai saat ini, pemerintah belum mempublikasikan laporan Tim Pencari Fakta Kasus Meninggalnya Munir (TPF) sejak 2005 lalu. Hasil laporan Tim Pencari Fakta (TPF) saat ini tidak diketahui di mana dokumen terkait kasus kematian Munir berada.  Hal ini terbongkar dalam sidang sengketa informasi publik yang digugat Kontras ke Komisi Informasi Pusat (KIP).

Kontras menggugat pemerintah agar membuka dokumen hasil pemeriksaan TPF kasus pembunuhan Munir. Saat itu, KIP memutuskan agar Kementerian Sekretariat Negara membuka dokumen itu. Namun, Kementerian Sekretariat Negara bersikukuh tidak memiliki dokumen tersebut. Asisten Deputi Hubungan Masyarakat Kementerian Sekretariat Negara memastikan Kemensetneg tidak memiliki dokumen yang diminta. Hal itu juga sudah disampaikan pada persidangan di KIP, bahwa Kemensetneg tidak memiliki, menguasai, dan mengetahui keberadaan dokumen Laporan Akhir Tim Pencari Fakta Kasus Meninggalnya Munir (Laporan TPF).

Kejaksaan Agung (Kejagung) juga turut mencari keberadaan dokumen hasil investigasi TPF pembunuhan Munir. Namun Sampai saat ini, dokumen belum ditemukan dan pencarian masih terus dilakukan. Ombudsman menduga, hilangnya dokumen tersebut hingga hari ini adalah faktor kelalaian pemerintah sehingga penyelidikan dan penuntasan kasus terhambat dan tidak transparan terhadap masyarakat.

Itulah kisah kematian Munir, seorang aktivis yang selalu melawan ketidakadilan. Sejumlah misteri masih menyelimuti kematiannya, terutama motif dan dalang pembunuhan tersebut. Terlebih lagi saat dikatakan bahwa dokumen laporan TPF juga dikatakan menghilang. Hal ini membuat upaya pencarian dalang sesungguhnya menjadi semakin sulit. Jika tahun ini kasus tersebut belum terungkap, maka kasus pembunuhan Munir akan ditutup karena telah mencapai 18 tahun. Hingga saat ini kejadian seperti kasus Munir masih sering terjadi dengan penyalahgunaan kekuasaan. Jika kasus Munir dapat terungkap, maka kasus ini tidak lagi menjadi misteri. Seakan kasus ini selalu ditutupi sehingga tidak kunjung menemukan titik terang.

Karena kehidupan dan kegigihannya memperjuangkan HAM, Munir pernah mendapat penghargaan “The Rights Livelihood Award”, dari pemerintah Swedia pada tahun 2000. Semasa hidupnya, ia sering melakukan advokasi korban kekerasan dan pelanggaran HAM lewat berbagai program pencerahan. Berkat keberanian atas kerja-kerja kemanusiaanya pula, nama Munir diabadikan menjadi sebuah museum di Malang, Jawa Timur. Museum Hak Asasi Manusia Omah Munir ini memiliki misi untuk memberikan pendidikan tentang HAM bagi masyarakat, terutama generasi muda. Ini merupakan museum HAM pertama kali di Asia Tenggara.

 

Sumber Referensi : bekasi.pikiran-rakyat.com

idntimes.com

liputan6.com

nasional.kompas.com

nasional.tempo.co

tirto.id

Minggu, 26 Juni 2022

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TERBAIK DIMASANYA!!! ADA YANG KETURUNAN PKI???

 


Setiap pemimpin mempunyai kisah hidupnya masing-masing, setiap pemimpin mempunyai kekurangan dan kelebihannya masing-masing, hal tersebut sangatlah wajar karena beliau-beliau ini adalah manusia biasa. Begitu juga para presiden yang pernah memimpin Republik Indonesia negara tercinta ini, jangan hanya keburukan atau kelebihannya saja yang kita diskusikan. Satu hal yang harus kita garis bawahi jika ada kritikan atau kekurangan yang diangkat itu semata-mata hanya untuk bahan pelajaran kita sebagai generasi penerus untuk tidak mengikuti jejak yang sama, begitu pula ketika kita bercerita tentang jasa dan kebaikan mereka, maka informasi itu dapat kita jadikan motivasi dan contoh yang baik. Pada artikel kali ini kita akan membahas tentang biografi singkat dari masing-masing presiden yang pernah memimpin Indonesia, dari Presiden Soekarno sampai Presiden Joko Widodo. Agar kita tidak lagi terhasut oleh kampanye-kampanye negatif terutama saat menjelang pilpres, informasi hoax yang mengatakan calon presiden RI adalah keturunan partai terlarang dan lain sebagainya.  Bagaimanakah kilasan singkat kisah hidupnya langsung saja kita masuk kedalam materi pembahasan berikut ini.

 

1.     Soekarno

Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya Bung Karno pernah beberpa kali menikah sampai berjumlah 9 kali menikah, namun secara resmi dan tercatat disaat terakhir masa hidupnya beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika.

Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar "Ir" pada 25 Mei 1926.

Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.

Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.

Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.

Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai "Pahlawan Proklamasi". 


2.     Soeharto

Soeharto adalah presiden kedua Republik Indonesia yang lahir pada tanggal 8 Juni 1921 di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.  Bapaknya bernama Kertosudiro seorang petani yang juga sebagai pembantu lurah dalam pengairan sawah desa, sedangkan ibunya bernama Sukirah.

Soeharto masuk sekolah tatkala berusia delapan tahun, tetapi sering pindah. Semula disekolahkan di Sekolah Desa (SD) Puluhan, Godean. Lalu pindah ke SD Pedes, lantaran ibunya dan suaminya, Pak Pramono pindah rumah, ke Kemusuk Kidul. Namun, Pak Kertosudiro lantas memindahkannya ke Wuryantoro. Soeharto dititipkan di rumah adik perempuannya yang menikah dengan Prawirowihardjo, seorang mantri tani.

Sampai akhirnya terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong, Jawa Tengah pada tahun 1941. Beliau resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945. Pada tahun 1947, Soeharto menikah dengan Siti Hartinah seorang anak pegawai Mangkunegaran.

Perkawinan Letkol Soeharto dan Siti Hartinah dilangsungkan tanggal 26 Desember 1947 di Solo. Waktu itu usia Soeharto 26 tahun dan Hartinah 24 tahun. Mereka dikaruniai enam putra dan putri; Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang Adiningsih.

Jenderal Besar H.M. Soeharto telah menapaki perjalanan panjang di dalam karir militer dan politiknya. Di kemiliteran, Pak Harto memulainya dari pangkat sersan tentara KNIL, kemudian komandan PETA, komandan resimen dengan pangkat Mayor dan komandan batalyon berpangkat Letnan Kolonel.

Pada tahun 1949, dia berhasil memimpin pasukannya merebut kembali kota Yogyakarta dari tangan penjajah Belanda saat itu. Beliau juga pernah menjadi Pengawal Panglima Besar Sudirman. Selain itu juga pernah menjadi Panglima Mandala (pembebasan Irian Barat).

Tanggal 1 Oktober 1965, meletus G-30-S/PKI. Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat. Selain dikukuhkan sebagai Pangad, Jenderal Soeharto ditunjuk sebagai Pangkopkamtib oleh Presiden Soekarno. Bulan Maret 1966, Jenderal Soeharto menerima Surat Perintah 11 Maret dari Presiden Soekarno. Tugasnya, mengembalikan keamanan dan ketertiban serta mengamankan ajaran-ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno.

Karena situasi politik yang memburuk setelah meletusnya G-30-S/PKI, Sidang Istimewa MPRS, Maret 1967, menunjuk Pak Harto sebagai Pejabat Presiden, dikukuhkan selaku Presiden RI Kedua, Maret 1968. Pak Harto memerintah lebih dari tiga dasa warsa lewat enam kali Pemilu, sampai ia mengundurkan diri, 21 Mei 1998. Setelah dirawat selama 24 hari di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta Selatan, mantan presiden Soeharto akhirnya meninggal dunia pada Minggu, 27 Januari 2006). Soeharto meninggal pada pukul 13.10 siang dalam usia 87 tahun.

 

3.     BJ Habibie

Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.

Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda ini, harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung. Tak lama setelah bapaknya meninggal, Habibie pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.

Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang ITB). Beliau mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 yang kemudian mendapatkan gekar Doktor dari tempat yang sama tahun 1965. Habibie menikah tahun 1962, dan dikaruniai dua orang anak. Tahun 1967, menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung.

Langkah-langkah Habibie banyak dikagumi, penuh kontroversi, banyak pengagum namun tak sedikit pula yang tak sependapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan bergengsi Theodore van Karman Award, itu kembali dari habitat-nya Jerman, beliau selalu menjadi berita. Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum laude. Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.

Di Indonesia, Habibie 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto. Soeharto menyerahkan jabatan presiden itu kepada Habibie berdasarkan Pasal 8 UUD 1945. Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula lengser akibat refrendum Timor Timur yang memilih merdeka. Pidato Pertanggungjawabannya ditolak MPR RI. Beliau pun kembali menjadi warga negara biasa, kembali pula hijrah bermukim ke Jerman. 


4.     Abdurrahman Wahid

Abdurrahman Wahid yang akrab dipanggil Gus Dur menjabat Presiden RI ke-4 mulai 20 Oktober 1999 hingga 24 Juli 2001. Beliau lahir tanggal 4 Agustus 1940 di desa Denanyar, Jombang, Jawa Timur. Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Ayahnya adalah seorang pendiri organisasi besar Nahdlatul Ulama, yang bernama KH. Wahid Hasyim. Sedangkan Ibunya bernama Hj. Sholehah adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, K.H. Bisri Syamsuri. Dari perkawinannya dengan Sinta Nuriyah, mereka dikarunia empat orang anak, yaitu Alissa Qotrunnada Munawaroh, Zannuba Arifah Chafsoh, Annita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari .

Sejak masa kanak-kanak, Gus Dur mempunyai kegemaran membaca dan rajin memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya. Selain itu beliau juga aktif berkunjung keperpustakaan umum di Jakarta. Pada usia belasan tahun Gus Dur telah akrab dengan berbagai majalah, surat kabar, novel dan buku-buku. Di samping membaca, beliau juga hobi bermain bola, catur dan musik. Bahkan Gus Dur, pernah diminta untuk menjadi komentator sepak bola di televisi. Kegemaran lainnya, yang ikut juga melengkapi hobinya adalah menonton bioskop. Kegemarannya ini menimbulkan apresiasi yang mendalam dalam dunia film. Inilah sebabnya mengapa Gu Dur pada tahun 1986-1987 diangkat sebagai ketua juri Festival Film Indonesia.

Masa remaja Gus Dur sebagian besar dihabiskan di Yogyakarta dan Tegalrejo. Di dua tempat inilah pengembangan ilmu pengetahuan mulai meningkat. Masa berikutnya, Gus Dur tinggal di Jombang, di pesantren Tambak Beras, sampai kemudian melanjutkan studinya di Mesir. Sebelum berangkat ke Mesir, pamannya telah melamarkan seorang gadis untuknya, yaitu Sinta Nuriyah anak Haji Muh. Sakur. Perkawinannya dilaksanakan ketika Gus Dur berada di Mesir.

Sepulang dari pengembaraannya mencari ilmu, Gus Dur kembali ke Jombang dan memilih menjadi guru. Pada tahun 1971, beliau bergabung di Fakultas Ushuludin Universitas Tebu Ireng Jombang. Tiga tahun kemudian beliau menjadi sekretaris Pesantren Tebu Ireng, dan pada tahun yang sama Gus Dur mulai menjadi penulis. Beliau kembali menekuni bakatnya sebagaii penulis dan kolumnis. Lewat tulisan-tulisan tersebut gagasan pemikiran Gus Dur mulai mendapat perhatian banyak.

Pada tahun 1974 Gus Dur diminta pamannya, K.H. Yusuf Hasyim untuk membantu di Pesantren Tebu Ireng Jombang dengan menjadi sekretaris. Dari sini Gus Dur mulai sering mendapatkan undangan menjadi nara sumber pada sejumlah forum diskusi keagamaan dan kepesantrenan, baik di dalam maupun luar negeri. Selanjutnya Gus Dur terlibat dalam kegiatan LSM. Pertama di LP3ES bersama Dawam Rahardjo, Aswab Mahasin dan Adi Sasono dalam proyek pengembangan pesantren, kemudian Gus Dur mendirikan P3M yang dimotori oleh LP3ES.

Pada tahun 1979 Gus Dur pindah ke Jakarta. Mula-mula beliau merintis Pesantren Ciganjur. Sementara pada awal tahun 1980 Gus Dur dipercaya sebagai wakil katib syuriah PBNU. Di sini Gus Dur terlibat dalam diskusi dan perdebatan yang serius mengenai masalah agama, sosial dan politik dengan berbagai kalangan lintas agama, suku dan disiplin. Gus Dur semakin serius menulis dan bergelut dengan dunianya, baik di lapangan kebudayaan, politik, maupun pemikiran keislaman. Karier yang dianggap `menyimpang`-dalam kapasitasnya sebagai seorang tokoh agama sekaligus pengurus PBNU-dan mengundang cibiran adalah ketika menjadi ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada tahunn 1983. Beliau juga menjadi ketua juri dalam Festival Film Indonesia (FFI) tahun 1986, 1987.

Pada tahun 1984 Gus Dur dipilih secara aklamasi oleh sebuah tim ahl hall wa al-`aqdi yang diketuai K.H. As`ad Syamsul Arifin untuk menduduki jabatan ketua umum PBNU pada muktamar ke-27 di Situbondo. Jabatan tersebut kembali dikukuhkan pada muktamar ke-28 di pesantren Krapyak Yogyakarta (1989), dan muktamar di Cipasung Jawa Barat (1994). Jabatan ketua umum PBNU kemudian dilepas ketika Gus Dur menjabat presiden RI ke-4. Selama menjadi presiden, tidak sedikit pemikiran Gus Dur kontroversial. Seringkali pendapatnya berbeda dari pendapat banyak orang. 


5.     Megawati Soekarno Putri

Presiden Republik Indonesia ke-5, Megawati Soekarnoputri lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947. Sebelum diangkat sebagai presiden, beliau adalah Wakil Presiden RI yang ke-8 dibawah pemerintahan Abdurrahman Wahid. Megawati adalah putri sulung dari Presiden RI pertama yang juga proklamator, Soekarno dan Fatmawati. Megawati, pada awalnya menikah dengan pilot Letnan Satu Penerbang TNI AU, Surendro dan dikaruniai dua anak lelaki bernama Mohammad Prananda dan Mohammad Rizki Pratama.

Pada suatu tugas militer, tahun 1970, di kawasan Indonesia Timur, pilot Surendro bersama pesawat militernya hilang dalam tugas. Derita tiada tara, sementara anaknya masih kecil dan bayi. Namun, derita itu tidak berkepanjangan, tiga tahun kemudian Mega menikah dengan pria bernama Taufik Kiemas, asal Ogan Komiring Ulu, Palembang. Kehidupan keluarganya bertambah bahagia, dengan dikaruniai seorang putri Puan Maharani. Kehidupan masa kecil Megawati dilewatkan di Istana Negara. Sejak masa kanak-kanak, Megawati sudah lincah dan suka main bola bersama saudaranya Guntur. Sebagai anak gadis, Megawati mempunyai hobi menari dan sering ditunjukkan di hadapan tamu-tamu negara yang berkunjung ke Istana.

Wanita bernama lengkap Dyah Permata Megawati Soekarnoputri ini memulai pendidikannya, dari SD hingga SMA di Perguruan Cikini, Jakarta. Sementara, ia pernah belajar di dua Universitas, yaitu Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung (1965-1967) dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972). Kendati lahir dari keluarga politisi jempolan, Mbak Mega -- panggilan akrab para pendukungnya -- tidak terbilang piawai dalam dunia politik. Bahkan, Megawati sempat dipandang sebelah mata oleh teman dan lawan politiknya. Beliau bahkan dianggap sebagai pendatang baru dalam kancah politik, yakni baru pada tahun 1987. Saat itu Partai Demokrasi Indonesia (PDI) menempatkannya sebagai salah seorang calon legislatif dari daerah pemilihan Jawa Tengah, untuk mendongkrak suara.

Masuknya Megawati ke kancah politik, berarti beliau telah mengingkari kesepakatan keluarganya untuk tidak terjun ke dunia politik. Trauma politik keluarga itu ditabraknya. Megawati tampil menjadi primadona dalam kampanye PDI, walau tergolong tidak banyak bicara. Ternyata memang berhasil. Suara untuk PDI naik. Dan beliau pun terpilih menjadi anggota DPR/MPR. Pada tahun itu pula Megawati terpilih sebagai Ketua DPC PDI Jakarta Pusat.

Tetapi, kehadiran Mega di gedung DPR/MPR sepertinya tidak terasa. Tampaknya, Megawati tahu bahwa beliau masih di bawah tekanan. Selain memang sifatnya pendiam, belaiu pun memilih untuk tidak menonjol mengingat kondisi politik saat itu. Maka belaiu memilih lebih banyak melakukan lobi-lobi politik di luar gedung wakil rakyat tersebut. Lobi politiknya, yang silent operation, itu secara langsung atau tidak langsung, telah memunculkan terbitnya bintang Mega dalam dunia politik. Pada tahun 1993 dia terpilih menjadi Ketua Umum DPP PDI. Hal ini sangat mengagetkan pemerintah pada saat itu.

Proses naiknya Mega ini merupakan cerita menarik pula. Ketika itu, Konggres PDI di Medan berakhir tanpa menghasilkan keputusan apa-apa. Pemerintah mendukung Budi Hardjono menggantikan Soerjadi. Lantas, dilanjutkan dengan menyelenggarakan Kongres Luar Biasa di Surabaya. Pada kongres ini, nama Mega muncul dan secara telak mengungguli Budi Hardjono, kandidat yang didukung oleh pemerintah itu. Mega terpilih sebagai Ketua Umum PDI. Kemudian status Mega sebagai Ketua Umum PDI dikuatkan lagi oleh Musyawarah Nasional PDI di Jakarta.

Namun pemerintah menolak dan menganggapnya tidak sah. Karena itu, dalam perjalanan berikutnya, pemerintah mendukung kekuatan mendongkel Mega sebagai Ketua Umum PDI. Fatimah Ahmad cs, atas dukungan pemerintah, menyelenggarakan Kongres PDI di Medan pada tahun 1996, untuk menaikkan kembali Soerjadi. Tetapi Mega tidak mudah ditaklukkan. Karena Mega dengan tegas menyatakan tidak mengakui Kongres Medan. Mega teguh menyatakan dirinya sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, sebagai simbol keberadaan DPP yang sah, dikuasai oleh pihak Mega. Para pendukung Mega tidak mau surut satu langkah pun. Mereka tetap berusaha mempertahankan kantor itu.

Soerjadi yang didukung pemerintah pun memberi ancaman akan merebut secara paksa kantor DPP PDI itu. Ancaman itu kemudian menjadi kenyataan. Pagi, tanggal 27 Juli 1996 kelompok Soerjadi benar-benar merebut kantor DPP PDI dari pendukung Mega. Namun, hal itu tidak menyurutkan langkah Mega. Malah, dia makin memantap langkah mengibarkan perlawanan. Tekanan politik yang amat telanjang terhadap Mega itu, menundang empati dan simpati dari masyarakat luas.

Mega terus berjuang. PDI pun menjadi dua. Yakni, PDI pimpinan Megawati dan PDI pimpinan Soerjadi. Massa PDI lebih berpihak dan mengakui Mega. Tetapi, pemerintah mengakui Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Akibatnya, PDI pimpinan Mega tidak bisa ikut Pemilu 1997. Setelah rezim Orde Baru tumbang, PDI Mega berubah nama menjadi PDI Perjuangan. Partai politik berlambang banteng gemuk dan bermulut putih itu berhasil memenangkan Pemilu 1999 dengan meraih lebih tiga puluh persen suara. Kemenangan PDIP itu menempatkan Mega pada posisi paling patut menjadi presiden dibanding kader partai lainnya. Tetapi ternyata pada SU-MPR 1999, Mega kalah.

Tetapi, posisi kedua tersebut rupanya sebuah tahapan untuk kemudian pada waktunya memantapkan Mega pada posisi sebagai orang nomor satu di negeri ini. Sebab kurang dari dua tahun, tepatnya tanggal 23 Juli 2001 anggota MPR secara aklamasi menempatkan Megawati duduk sebagai Presiden RI ke-5 menggantikan KH Abdurrahman Wahid. Megawati menjadi presiden hingga 20 Oktober 2003. Setelah habis masa jabatannya, Megawati kembali mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan presiden langsung tahun 2004. Namun, beliau gagal untuk kembali menjadi presiden setelah kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono yang akhirnya menjadi Presiden RI ke-6.


6.     Susilo Bambang Yudhoyono

Susilo Bambang Yudhoyono adalah presiden RI ke-6. Berbeda dengan presiden sebelumnya, beliau merupakan presiden pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat dalam proses Pemilu Presiden putaran II 20 September 2004. Lulusan terbaik AKABRI (1973) yang akrab disapa SBY ini lahir di Pacitan, Jawa Timur 9 September 1949. Istrinya bernama Kristiani Herawati, merupakan putri ketiga almarhum Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo.

Pensiunan jenderal berbintang empat ini adalah anak tunggal dari pasangan R. Soekotjo dan Sitti Habibah. Darah prajurit menurun dari ayahnya yang pensiun sebagai Letnan Satu. Sementara ibunya, Sitti Habibah, putri salah seorang pendiri Ponpes Tremas. Beliau dikaruniai dua orang putra yakni Agus Harimurti Yudhoyono (mengikuti dan menyamai jejak dan prestasi SBY, lulus dari Akmil tahun 2000 dengan meraih penghargaan Bintang Adhi Makayasa) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (lulusan terbaik SMA Taruna Nusantara, Magelang yang kemudian menekuni ilmu ekonomi).

Pendidikan SR adalah pijakan masa depan paling menentukan dalam diri SBY. Ketika duduk di bangku kelas lima, beliau untuk pertamakali kenal dan akrab dengan nama Akademi Militer Nasional (AMN), Magelang, Jawa Tengah. Di kemudian hari AMN berubah nama menjadi Akabri. SBY masuk SMP Negeri Pacitan, terletak di selatan alun-alun. Ini adalah sekolah idola bagi anak-anak Kota Pacitan. Mewarisi sikap ayahnya yang berdisiplin keras, SBY berjuang untuk mewujudkan cita-cita masa kecilnya menjadi tentara dengan masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) setelah lulus SMA akhir tahun 1968. Namun, lantaran terlambat mendaftar, SBY tidak langsung masuk Akabri. Maka SBY pun sempat menjadi mahasiswa Teknik Mesin Institut 10 November Surabaya (ITS).

Namun kemudian, SBY justru memilih masuk Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) di Malang, Jawa Timur. Sewaktu belajar di PGSLP Malang itu, beliau mempersiapkan diri untuk masuk Akabri. Tahun 1970, akhirnya masuk Akabri di Magelang, Jawa Tengah, setelah lulus ujian penerimaan akhir di Bandung. SBY satu angkatan dengan Agus Wirahadikusumah, Ryamizard Ryacudu, dan Prabowo Subianto. Semasa pendidikan, SBY yang mendapat julukan Jerapah, sangat menonjol. Terbukti, belaiu meraih predikat lulusan terbaik Akabri 1973 dengan menerima penghargaan lencana Adhi Makasaya.

Pendidikan militernya dilanjutkan di Airborne and Ranger Course di Fort Benning, Georgia, AS (1976), Infantry Officer Advanced Course di Fort Benning, Georgia, AS (1982-1983) dengan meraih honor graduate, Jungle Warfare Training di Panama (1983), Anti Tank Weapon Course di Belgia dan Jerman (1984), Kursus Komandan Batalyon di Bandung (1985), Seskoad di Bandung (1988-1989) dan Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas, AS (1990-1991). Gelar MA diperoleh dari Webster University AS. Perjalanan karier militernya, dimulai dengan memangku jabatan sebagai Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (Komandan Peleton III di Kompi Senapan A, Batalyon Infantri Lintas Udara 330/Tri Dharma, Kostrad) tahun 1974-1976, membawahi langsung sekitar 30 prajurit.

Batalyon Linud 330 merupakan salah satu dari tiga batalyon di Brigade Infantri Lintas Udara 17 Kujang I/Kostrad, yang memiliki nama harum dalam berbagai operasi militer. Ketiga batalyon itu ialah Batalyon Infantri Lintas Udara 330/Tri Dharma, Batalyon Infantri Lintas Udara 328/Dirgahayu, dan Batalyon Infantri Lintas Udara 305/Tengkorak. Kefasihan berbahasa Inggris, membuatnya terpilih mengikuti pendidikan lintas udara (airborne) dan pendidikan pasukan komando (ranger) di Pusat Pendidikan Angkatan Darat Amerika Serikat, Ford Benning, Georgia, 1975. Kemudian sekembali ke tanah air, SBY memangku jabatan Komandan Peleton II Kompi A Batalyon Linud 305/Tengkorak (Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad) tahun 1976-1977. Beliau pun memimpin Pleton ini bertempur di Timor Timur.

Sepulang dari Timor Timur, SBY menjadi Komandan Peleton Mortir 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977). Setelah itu, beliau ditempatkan sebagai Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978), Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981), dan Paban Muda Sops SUAD (1981-1982). Ketika bertugas di Mabes TNI-AD, itu SBY kembali mendapat kesempatan sekolah ke Amerika Serikat. Dari tahun 1982 hingga 1983, beliau mengikuti Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983 sekaligus praktek kerja-On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983. Kemudian mengikuti Jungle Warfare School, Panama, 1983 dan Antitank Weapon Course di Belgia dan Jerman, 1984, serta Kursus Komando Batalyon, 1985. Pada saat bersamaan SBY menjabat Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985)

Lalu beliau dipercaya menjabat Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988) dan Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988), sebelum mengikuti pendidikan di Sekolah Staf dan Komando TNI-AD (Seskoad) di Bandung dan keluar sebagai lulusan terbaik Seskoad 1989. SBY pun sempat menjadi Dosen Seskoad (1989-1992), dan ditempatkan di Dinas Penerangan TNI-AD (Dispenad) dengan tugas antara lain membuat naskah pidato KSAD Jenderal Edi Sudradjat. Lalu ketika Edi Sudradjat menjabat Panglima ABRI, beliau ditarik ke Mabes ABRI untuk menjadi Koordinator Staf Pribadi (Korspri) Pangab Jenderal Edi Sudradjat (1993).

Lalu, beliau kembali bertugas di satuan tempur, diangkat menjadi Komandan Brigade Infantri Lintas Udara (Dan Brigif Linud) 17 Kujang I/Kostrad (1993-1994) bersama dengan Letkol Riyamizard Ryacudu. Kemudian menjabat Asops Kodam Jaya (1994-1995) dan Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995). Tak lama kemudian, SBY dipercaya bertugas ke Bosnia Herzegovina untuk menjadi perwira PBB (1995). Beliau menjabat sebagai Kepala Pengamat Militer PBB (Chief Military Observer United.

Nation Protection Force) yang bertugas mengawasi genjatan senjata di bekas negara Yugoslavia berdasarkan kesepakatan Dayton, AS antara Serbia, Kroasia dan Bosnia Herzegovina. Setelah kembali dari Bosnia, beliau diangkat menjadi Kepala Staf Kodam Jaya (1996). Kemudian menjabat Pangdam II/Sriwijaya (1996-1997) sekaligus Ketua Bakorstanasda dan Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998) sebelum menjabat Kepala Staf Teritorial (Kaster) ABRI (1998-1999).

Sementara, langkah karir politiknya dimulai tanggal 27 Januari 2000, saat memutuskan untuk pensiun lebih dini dari militer ketika dipercaya menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Tak lama kemudian, SBY pun terpaksa meninggalkan posisinya sebagai Mentamben karena Gus Dur memintanya menjabat Menkopolsoskam. Pada tanggal 10 Agustus 2001, Presiden Megawati mempercayai dan melantiknya menjadi Menko Polkam Kabinet Gotong-Royong. Tetapi pada 11 Maret 2004, beliau memilih mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam. Langkah pengunduran diri ini membuatnya lebih leluasa menjalankan hak politik yang akan mengantarkannya ke kursi puncak kepemimpinan nasional. Dan akhirnya, pada pemilu Presiden langsung putaran kedua 20 September 2004, SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla meraih kepercayaan mayoritas rakyat Indonesia dengan perolehan suara di attas 60 persen. Dan pada tanggal 20 Oktober 2004 beliau dilantik menjadi Presiden RI ke-6.

 

7.     Joko Widodo

Sejak lahir pada 21 Juni 1961 di Rumah Sakit Brayat Minulyo, Joko Widodo tinggal bersama keluarganya di sebuah rumah kontrakan yang berlokasi di tepi sebuah sungai di Solo. Hidup mereka sangat sederhana. Ayah Jokowi yang sehari-hari menghidupi keluarga dengan berjualan kayu terpaksa membawa istri dan anak-anaknya hidup berpindah dari satu rumah sewa menuju rumah sewa lainnya. Bahkan dengan kondisi tersebut, keluarga Joko Widodo harus rela digusur Pemerintah Kota Solo dari tempat tinggalnya di bantaran kali Pepe dan tinggal menumpang di kediaman seorang kerabat di daerah Gondang. Akan tetapi, pengalaman masa kecil tersebut tidak dirasakan Jokowi sebagai sebuah penderitaan. Ia berkata bahwa waktu-waktu sulit tersebut merupakan cara Tuhan yang sangat tepat untuk membangun karakter dirinya di masa depan.

Selepas berkuliah di Fakultas Kehutanan UGM, Jokowi muda sempat mencicipi pengalaman kerja pada sebuah perusahaan BUMN di Provinsi Aceh. Lokasinya yang berada di tengah hutan, kondisi kerja yang keras, dan rencana untuk mempunyai buah hati menuntun Jokowi dan istri untuk kembali ke kota Solo pada 1988. Ia kemudian bekerja sementara waktu pada pabrik milik pamannya, hingga akhirnya memutuskan untuk berhenti dan memulai usaha mebelnya sendiri. Usaha yang mulanya berjalan dengan kondisi sederhana lambat laun berkembang. Dari ruang lingkup regional, usaha Jokowi tumbuh melingkupi pasar nasional, hingga kemudian merambah pasar mancanegara.

Kesuksesan atas bisnis mebel dan kemapanan finansial yang diraihnya menggerakkan Jokowi untuk mulai mencurahkan energi pada ranah lain, yaitu sosial. Ia melihat banyak usaha kecil masyarakat Solo yang sesungguhnya memiliki potensi untuk maju, tetapi belum berkembang dengan baik. Dengan latar belakang masa lalunya yang sulit di bantaran sungai, ia dan beberapa rekan pengusaha menggagas terbentuknya organisasi pengusaha mebel nasional cabang Solo yang bernama Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesia atau akrab disebut Asmindo. Jokowi didaulat menjadi ketua organisasi dan memimpin berbagai kegiatan yang berhasil mengangkat daya usaha para pengusaha kecil dan menengah anggota Asmindo.

Setelah dua tahun Jokowi memimpin Asmindo, para pengurus dan anggota syarikat pengusaha tersebut mulai melontarkan ide pencalonan diri Joko Widodo pada Pemilukada Solo 2005. Pada mula ide itu muncul, Jokowi hanya menganggapinya dengan tawa dan secara halus menolaknya. Akan tetapi, aspirasi tersebut bertambah kuat dan dorongan dari dalam organisasi untuk maju mencalonkan diri sebagai Walikota Solo terus meningkat. Joko Widodo kemudian maju dalam Pemilukada bersama F.X Hadi Rudyatmo dan terpilih menjadi Walikota Solo periode 2005-2010.

Amanah yang dipercayakan masyarakat kota Solo pada Jokowi diemban dengan baik. Beberapa prestasi seperti tata lokasi PKL, efisiensi birokrasi kota, dan peremajaan pasar-pasar tradisional membuat dirinya menjadi sosok populer di kalangan masyarakat Surakarta. Pada pemilihan Wali Kota Solo periode 2010-2017, ia terpilih kembali dengan persentase perolehan suara sebanyak 90,09 persen.

Joko Widodo mulai dikenal dalam lingkup nasional setelah ia secara resmi mengganti mobil dinasnya dengan mobil Esemka, yang merupakan buah karya para pelajar SMK 2 dan SMK Warga Surakarta, pada Januari 2012. Pemberitaan mengenai hal itu meluas dan menimbulkan berbagai tanggapan. Salah satu komentar yang mendapat sorotan masyarakat ialah komentar Bibit Waluyo, yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah, yang menyebut langkah Jokowi mengganti mobil dinasnya sebagai sesuatu yang sembrono. Hal ini justru membuat simpati publik atas Jokowi bertambah besar. Namanya kemudian semakin dikenal.

Setelah terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta, popularitas Jokowi melejit berkat rekam jejaknya yang baik dan pendekatannya yang membumi dan pragmatis, seperti yang ditunjukkan melalui program "blusukan" untuk memeriksa keadaan di lapangan secara langsung. Akibatnya, Jokowi merajai survei-survei calon presiden dan menyingkirkan kandidat lainnya, sehingga muncul wacana untuk menjadikannya calon presiden. Benar saja akhirnya Jokowi berhasil menjadi presiden dua Periode sekaligus, yaitu periode tahun 2014 sampai 2019 dan 2019 sampai 2024.

 

Itulah besaran sedikit gambaran biografi singkat presiden republik Indonesia dari awal Indonesia merdeka hingga saat ini, semoga informasi ini bisa bermanfaat dan menangkal kampanye negatif yang sering terjadi saat menjelang pemilihan presiden. Semoga kisah hidup dari masa awal mereka sampai menjadi orang nomor satu di Indonesia dapat menjadikan motivasi bagi kita, bahwa segala sesuatu didunia ini tidak ada yang tidak mungkin.

 

 

Sumber Referensi :    

perpusnas.go.id

id.wikipedia.org