Jayabaya adalah tokoh yang melahirkan kitab ramalan yang hingga kini masih dianggap memiliki 'tuah' dan dipercaya masih berlaku, yakni Jangka Jayabaya. Salah satu ramalan Jayabaya yang paling kesohor adalah soal para pemimpin negeri ini. Ramalan Jayabaya menyebut bahwa pemimpin Indonesia yang berarti presiden adalah No-To-No-Go-Ro.
Banyak yang percaya dan meyakini dengan ramalan tersebut. Hal ini karena pemimpin di negeri ini sesuai dengan apa yang ditulis Jayabaya, yakni Notonogoro. Namun selain Notonogoro, Raja Kediri ini juga memiliki beberapa ramalan lainnya. Ramalan itu pun diyakini dan benar-benar terjadi.
Berikut delapan ramalan Jangka Jayabaya yang sudah terbukti terjadi di Tanah Air:
Sundaland
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Prof Arysio Santos, Ph.D dalam bukunya Atlantis The Lost Continent Finally Found disebutkan atlantis adalah negeri tropis yang berlimpah mineral dan kekayaan hayati.Namun segala kemewahan itu lenyap tersapu bencana maha besar yang memisahkan Jawa dari Sumatera, menenggelamkan lebih dari separuh wilayah nusantara. Kejadian itu diperkirakan pada 11.600 tahun yang lalu.
Apa yang diteliti oleh Arysio tersebut menurut ahli sejarah Kediri, sebenarnya sudah dijelaskan dalam Kitab Jangka Jayabaya.
Bencana tersebut masuk dalam periodesasi zaman besar kedua yang disebut dalam Jangka Jayabaya adalah Zaman Kalijaga yang memiliki arti zaman tumbuhan. Di Jawa yang saat itu masih menyatu dengan pulau-pulau lain mengalami perubahan, yakni terpecah menjadi pulau-pulau kecil.
Marak seks bebas
apa ini?
Raja Jayabaya juga banyak memberikan perlambang dan sindiran yang bisa dibuktikan hingga sekarang, contohnya fenomena seks bebas yang hingga kini masih sering terjadi di masyarakat. Kemahiran Prabu Jayabaya ini diyakini dia dapatkan dari Syaikh Syamsuddin Al-Wasil.Dalam Kitab Jangka Jayabaya pernah diungkapkan bahwa nanti akan banyak kaum laki-laki dan perempuan yang akan kehilangan rasa hormat sampai rasa malu.
Ada lagi yang menarik ungkapan dalam Jangka Jayabaya yakni wong wadon ilang kawirangane wong lanang ilang prawirane. Artinya banyak perempuan hilang rasa malunya dan banyak laki-laki hilang kehormatannya. Dengan tidak mendahului kehendak Allah, namun prediksi ini sudah terbukti.
Yang terakhir ada nukilan dari Jangka Jayabaya yakni akeh udan salah mangsa, akeh prawan tua, akeh randa nglairake anak, akeh jabang bayi lahir nggoleki bapa'e. Artinya banyak hujan turun bukan pada musimnya, banyak perawan tua yang terlambat menikah karena terlalu memilih-milih pasangan dan juga mementingkan karier. Banyak janda melahirkan anak (akibat hubungan bebas) dan banyak yang lahir mencari siapa ayahnya.
Semoga ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua agar tetap eling lan waspada yang artinya agar tetap ingat dan waspada.
Praktik korupsi di mana-mana
Koruptor
Kitab Jangka Jayabaya memprediksi akan terjadi praktik korupsi di tanah air yang dulu masih bernama Nusantara. Hal tersebut bisa dilihat dari banyaknya pejabat yang haus akan kekuasaan dan melanggar sumpah-sumpah jabatannya.Perlambang itu antara lain adalah, akeh janji ora ditetepi, akeh wong nglanggar sumpahe dewe (artinya - banyak orang melanggar janji dan sumpah jabatan yang diartikan untuk para pejabat banyak dilanggar, misalnya hakim berkhianat, pejabat yang korupsi dan lain sebagainya).
Akeh menungso mung ngutamakke duwit, lali kemenungsan, lali kebecikan lali sanak lali kadang (Banyak manusia yang hanya mengutamakan uang, lupa perikemanusiaan, lupa kebaikan dan lupa saudara.
Silakan kalian nalar sendiri, kejadian-kejadian yang diprediksi Sang Prabu Jayabaya sudah terbukti.
Munculnya pesawat terbang dan kereta api, hilangnya pasar pagi
Pesawat
Dalam Kitab Jangka Jayabaya banyak mengeluarkan sindiran untuk kehidupan di masa depan seperti sekarang. Jayabaya bisa memprediksi pasar rakyat yang biasanya ramai di pagi hari kini sudah tak bisa didengar lagi dalam radius 5 km.Beberapa sindiran tersebut antara lain, Mbesuk yen ana kereta mlaku tanpa jaran, tanah Jawa kalungan wesi, prahu mlaku ing duwur awang-awang, kali ilang kedunge pasar ilang kumandange. Iku tanda yen tekane jaman Joyoboyo wis cedak.
Kalau diterjemahkan artinya kurang lebih adalah - besok kalau sudah ada kereta berjalan tanpa kuda, tanah Jawa berkalung besi - artinya adanya kereta api, perahu berjalan di atas angkasa - artinya terciptanya pesawat terbang. Sungai hilang kedungnya artinya kehilangan sumber air dan ini sudah terbukti, termasuk pasar hilang kumandangnya, di mana zaman dahulu pasar di pagi hari seperti suara lebah karena suara pedagang dan pembeli bisa terdengar di radius 5 km.
Sekarang tidak semua orang pergi kepasar karena banyak sekali toko online, makanan online, bahkan kita sekarang sedang menghadapi virus corona dan menerapkan Social Distancing yang tentunya mewajibkan kita untuk semakin membatasi interaksi social kita.
Tren orang mencari pesugihan
Ilusterasi
Selain memprediksi munculnya teknologi pesawat terbang dan kereta api, dalam Kitab Jangka Jayabaya juga mengatakan akan maraknya fenomena orang-orang tergila-gila dengan pesugihan karena malas untuk bekerja mencari uang.Perlambang tersebut mengatakan - Akeh wong nyambut gawe apik-apik pada krasa isin, luwih utama ngapusi. Wegah nyambut gawe kepengen kepenak, ngumbar nafsu angkara murka, nggedekake duraka.
Artinya dalam bahasa Indonesia adalah, banyak orang yang bekerja baik-baik merasa malu, lebih utama menipu. Banyak yang malas bekerja tapi ingin kaya (mungkin dengan mencari pesugihan atau tumbal,red). Banyak orang mengumbar nafsu angkara murka dan memperbesar perbuatan durhaka.
Kita bisa saksikan sendiri pada zaman kita ini, apakah kejahatan semakin berkurang? atau malah semakin bertambah? bagaimana dengan pesugihan yang ada di tempat tertentu? Mungkin orang yang tinggal di Pulau Jawa lebih tahu informasi ini.
Pulau Jawa sering terjadi banjir
Pulau Jawa
Ramalan ini benar-benar terjadi parah di pulau Jawa hingga kini. Raja Jayabaya sudah memprediksi sejak dulu bahwa pulau Jawa akan banyak digenangi banjir. Zaman itu disebut olehnya Zaman Kalatirto.Zaman Kalatirto atau zaman air, di Jawa sering terjadi banjir karena Sang Hyang Raja Kano yang bertahta di Negara Purwocarito sering menata batu besar untuk membendung kali dan bengawan. Ini dihitung mulai tahun 301-400 tahun surya atau mulai tahun 310-412 tahun candra.
Bagaimana dengan prediksi kali ini? Apakah banjir sudah terjadi di Jawa? Jawabannya sudah apalagi di Jakarta langganan banjir setiap tahunnya.
No-To-No-Go-Ro
Pejuang Kemerdekaan
Salah satu ramalan Jayabaya yang paling tersohor adalah soal para pemimpin negeri ini. Ramalan Jayabaya menyebut bahwa pemimpin Indonesia yang berarti presiden adalah No-To-No-Go-Ro.Banyak yang percaya dan meyakini dengan ramalan tersebut. Hal ini karena pemimpin di negeri ini sesuai dengan apa yang ditulis Jayabaya, yakni Notonogoro. Kata No dan To adalah merujuk pada presiden pertama Republik Indonesia yaitu Sukar-No dan presiden kedua Republik Indonesia yaitu Suhar-To.
Sedangkan untuk kata setelahnya yaitu No beberapa orang yang ahli ada yang berpendapat adalah Presiden Habibie dengan menterjemahkan kata Habibi dalam bahasa arab yang artinya adalah cinta, cinta dalam bahasa jawa adalah Tres-NO jadi cocok dengan prediksi Prabu Jayabaya, yaitu Tres-No yang di maksud adalah presiden Habibi. Sedangkan sisanya Go dan Ro sampai sekarang belum ada yang cocok dengan prediksi ini.
Akan ada kulit kuning lepaskan Indonesia dari kekejaman kulit putih
Penjajahan
Dalam sebuah kisah, Sakari Ono takjub merasakan kesegaran air kelapa yang membasahi tenggorokannya. Inilah pertama kalinya anggota Batalyon 153 Angkatan Darat Kekaisaran Jepang itu merasakan air kelapa muda. Ono muda begitu terkesan dengan keramahan penduduk di Cilacap, Jawa Tengah. Walau tak banyak interaksi dan terbatas karena kendala bahasa, Ono merasa disambut baik di Pulau Jawa.Ono kemudian mengerti masyarakat begitu mempercayai ramalan Jayabaya. Akan ada orang-orang kate berkulit kuning yang akan melepaskan pendudukan Indonesia dari kekejaman bangsa kulit putih. Mereka percaya orang kate itulah para Tentara Jepang yang dahulu memiliki postur pendek dan berkulit kuning.
Selama bertugas di Indonesia, Ono lebih banyak kecewa melihat sikap para tentara Jepang lain. Pada masa tahun 1943 sampai awal 1945 di mana tidak ada perang di Pulau Jawa. Kemudian, Ono melarikan diri dari militer Jepang dan bergabung dengan tentara Indonesia.
Ono pun mengubah namanya menjadi Shigeru. Sehingga para veteran Jepang mengenalnya sebagai Rahmat Shigeru Ono. Dia kemudian berjuang bersama para pemuda. Dia melatih mereka dan memimpin gerilyawan Indonesia berperang melawan Belanda.
Rahmat Ono adalah tentara Jepang terakhir yang memihak Republik Indonesia. Samurai terakhir ini tutup usia tanggal 25 Agustus 2014 di Malang. Di tengah keluarga dan tanah air yang dicintainya.
Dari Sekelumit kisah ini, jelas Jepang mempunyai andil dalam mengusir Belanda di Indonesia dan Inggris di Semenanjung Malaya. Jika tidak karena Jepang yang mengobrak abrik kekuatan sekutu di Asia Tenggara, sudah pasti Indonesia kan lebih sulit lagi untuk mendapatkan kemerdekaannya. Karena saat jepang kalah perang dan menyerah, senjata-senjata peninggalan Jepang banyak digunakan oleh pejuang kita untuk melawan sekutu yang ditumpangi Belanda saat berusaha kembali menduduki Indonesia.
Itulah kedelapan ramalan Jayabaya yang sudah terjadi di tanah air, dalam pembahasan kali ini kami tidak menganjurkan kalian percaya dengan ramalan karena jelas percaya ramalan adalah perbuatan syirik. Akan tetapi kami hanya menganggap ini adalah sebuah sastra kuno yang memuat tentang sebuah prediksi yang kebetulan beberapa diantaranya pas dengan keadaan pada zaman modern ini. Kita ibaratkan dengan prediksi BMKG yang meramalkan cuaca dengan keilmuannya, begitu juga Prabu Jayabaya mungkin beliau mempunyai ilmu yang dapat menganalisa dan memprediksi sosiocultural masyarakat pada masa itu.
Penulis : Argha Sena
https://www.merdeka.com