F PEGAWAI JALANAN: NUSANTARA
Tampilkan postingan dengan label NUSANTARA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label NUSANTARA. Tampilkan semua postingan

Senin, 27 Juni 2022

WAYANG PRODUK ASLI NUSANTARA!!! ALAT DAKWAH YANG DIHARAMKAN SEBAGIAN GOLONGAN!!!

 

Wayang kulit adalah salah satu budaya seni tradisional Indonesia, pada masa lampau, terutama di Jawa. wayang juga ikut berperan penting terhadap perkembangan agama Islam di negeri ini. Penyebaran agama islam yang dilakukan oleh para Walisongo melalui wayang terbukti efektif. Sunan Kalijaga menginspirasi para walisongo untuk memadukan antara kesenian dan ajaran agama islam.

Sunan Kalijaga yang memiliki nama asli Raden Said dilahirkan pada tahun 1450 Masehi. Ia adalah salah satu anggota wali songo yang menyebarkan siar Islam di wilayah Jawa Tengah. Pada saat itu, masyarakat Jawa Tengah masih kental dengan budaya Jawa seperti gamelan dan wayang. Sunan Kalijaga mengawali dakwahnya di Desa Kalijaga, Cirebon. Ia mengislamkan penduduk sekitar termasuk Indramayu dan Pamanukan. Model dakwah yang dilakukan Sunan Kalijaga dengan pendekatan lewat kesenian dan kearifan lokal.

Sunan Kalijaga terlebih dahulu mempelajari watak dan budaya penduduk sekitar. Kalau mereka adalah tatanan masyarakat yang mudah lari jika dipaksa untuk mengikuti sesuatu yang baru bagi mereka. Hal inilah yang dimanfaatkan Sunan Kalijaga sebagai strategi dakwahnya, memasukkan unsur ajaran agama Islam dalam seni pewayangan. Dia pun mulai mempelajari karakteristik masyarakat di sana serta turut mendalami ilmu mendalang hingga kesusatraan.

Wayang adalah jenis seni pertunjukan yang mengisahkan seorang tokoh atau kerajaan dalam dunia perwayangan. wayang berasal dari kata Ma Hyang yang berarti menuju kepada roh spiritual, dewa atau Tuhan Yang Maha Esa. Wayang juga berasal dari kata Wad an Hyang, artinya "leluhur", tapi ada juga yang berpendapat wayang artinya "bayangan".

menurut R. Gunawan Djajakusumah dalam bukunya Pengenalan Wayang Golek Purwa di Jawa Barat mengatakan Wayang adalah kebudayaan asli Indonesia (khususnya di Pulau Jawa). Adapun yang berpendapat bahwa wayang berasal dari negeri India mungkin melihat dari asal ceritanya yaitu mengambil dari cerita Ramayana dan Mahabrata. Tetapi selanjutnya cerita-cerita itu diubah dan direkayasa disesuaikan dengan kebudayaan di Jawa.

Wayang kulit merupakan produk budaya yang dihasilkan jauh sebelum agama Islam masuk di Indonesia yang keberadaannya masih dipertahankan. Namun dalam kelangsungannya wayang kulit ini mengalami perubahan drastis baik menyangkut bentuk maupun pemaknaannya.
Wayang kulit purwa yang telah menemukan bentuknya pada masa Hindu di Jawa, di masa Islam ini mengalami perubahan di segala bidang dari tampilan wujud maupun fungsi disesuaikan dengan ajaran-ajaran dan aturan dalam agama Islam.

Ada sejumlah perbedaan wayang asli dari budaya Jawa dengan wayang hasil sentuhan Sunan Kalijaga. Sebelumnya, wayang masih berupa gambar di atas kertas dengan wujud manusia. Satu lukisan wayang menggambarkan isi satu adegan. Mengingat wayang berbentuk manusia dan diharamkan oleh Sunan Giri, Sunan Kalijaga pun sedikit mengubah tampilan wayang yang telah ada. Berkat hasil rombakan dari Sunan Kalijaga, wayang dibuat di atas kulit kambing hingga disebut dengan wayang kulit.

Gambar yang ditampilkannya juga cenderung mirip karikatur tidak nyata, bukan berwujud manusia. Kemudian, satu lukisan wayang milik Sunan Kalijaga sudah menjelaskan isi satu wayang. Dengan demikian wayang kulit purwa sudah dapat diterima dalam agama Islam, karena tidak lagi menggambarkan manusia atau binatang secara realistis. Contohnya, orang yang menghadap ke depan diukir dengan letak bahu di depan dan di belakang. Tangan wayang kulit dibuat panjang hingga menyentuh kakinya. Meski menghadap ke depan, matanya dibuat tampak utuh. Hasilnya, wujud wayang kulit purwa sudah berbeda jauh dengan gambaran manusia, walau wayang kulit memiliki mata, hidung, dan mulut orang.

Dalam pertunjukan wayang, kehadiran Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong selalu dinanti-nanti para penonton. Keempatnya merupakan karakter khas dalam wayang Jawa ( Punakawan ). Pendekatan ajaran islam dalam kesenian wayang juga tampak dari nama-nama tokoh punakawan. Barang kali tak banyak orang yang tahu kalau nama-nama tokoh pewayangan, seperti Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong sebenarnya berasal dari bahasa Arab.

Ada yang menyebutkan, Semar berasal dari kata Sammir yang artinya "siap sedia". Namun, ada pula yang meyakini bahwa kata Semar berasal dari kata Ismar. tokoh semar selalu tampil sebagai pengokoh (paku) terhadap semua kebenaran yang ada, ia selalu tampil sebagai penasihat. Gareng berasal dari kata Khair yang bermakna kebaikan atau kebagusan. Petruk berasal dari kata Fatruk yang berarti meninggalkan. Ada yang berpendapat kata petruk diadaptasi dari kata Fatruk kata pangkal dari sebuah wejangan (petuah) tasawuf, " Fat-ruk kulla maa siwallaahi" (tinggalkan semua apapun yang selain Allah). Sedangkan Tokoh Bagong diyakini berasal dari kata Bagho yang artinya kejelekan. pendapat lain menyebutkan Bagong berasal dari kata Baghaa yang berarti berontak, Yakni berontak terhadap kebatilan dan keangkaramurkaan. Jika Punakawan ini disusun secara berurutan Semar, Gareng, Petruk, Bagong secara harfiah bermkna " Berangkatkan menuju kebaikan, maka kamu akan meninggalkan kejelekan". 

Pada awal kemunculannya, kesenian wayang kayu lahir dan berkembang di wilayah pesisir utara pulau Jawa. pada awal abad ke-17 dimana kerajaan Islam tertua di pulau jawa tumbuh disana, dengan menggunakan bahasa sunda dalam dialognya. Menurut legenda yang berkembang, sunan kudus menggunakan  bentuk wayang golek awal ini untuk menyebarkan islam dimasyarakat. Wayang golek tersebut lalu diubah menjadi wayang kulit oleh Sunan Kalijaga karena tidak sesuai dengan syariat islam. Mengingat cerita itu sarat dengan unsur Hindu-Budha, maka Sunan Kalijaga pun berusaha memasukkan unsur-unsur islam dalam pewayangan. Ajaran-ajaran dan jiwa keislaman itu dimasukan sedikit demi sedikit. Bahkan lakon atau kisah dalam pewayangan tetap mengambil cerita Pandawa dan Kurawa yang mengandung ajaran kebaikan dan keburukan.

Kondisi inilah yang mendorong para walisongo merombak bentuk wayang kulit dan memasukkan unsur baru berupa ajaran islam dengan membuat "Pakem Pewayangan baru" yang bernafaskan Islam, seperti cerita Jimat Kalimasodo, atau dengan cara menyelipkan ajaran islam dalam pakem pewayangan yang asli. Dengan demikian masyarakat yang menonton wayang dapat menerima langsung ajaran islam dengan sukarela dan mudah.

Akhir-akhir ini wayang sempat diperbincangkan antara pro dan kontra tentang kesenian wayang tersebut. Jika kita melihat histori kesenian wayang, wayang adalah salah satu media dakwah penyebaran agama islam terutama di tanah jawa. Maka wayang adalah salah satu kesenian yang memiliki sejarah sendiri bagi kita. Saat ini tugas kita adalah untuk tetap melestarikan kesenian wayang yang menjadi kesenian masyarakat jawa agar tidak hilang. Saat ini kesenian wayang cukup sulit untuk ditemukan karena rendahnya minat pemuda kita untuk belajar kesenian tradisional. Tanpa kita sadari wayang bisa saja musnah jika tidak ada lagi yang melestarikan kesenian wayang tersebut.

Itulah kesenian wayang yang berasal dari Indonesia. Banyaknya peranan wayang dalam sejarah bangsa Indonesia terutama pada penyebaran agama seperti hindu, buddha dan juga islam. Semoga kita dapat terus melestarikan kesenian nenek moyang kita. Sehingga anak cucu tetap bisa menyaksikan wayang sebagai peninggalan nenek moyang kita pada masa lampau.

Sumber Referensi       : academia.edu

  detik.com

  id.wikipedia.org

                                      kompas.com

  merdeka.com

  republika.co.id

 

Minggu, 03 April 2022

SENJATA API DI KERAJAAN-KERAJAAN NUSANTARA

        

        Pada materi yang lalu kita sudah membahas tentang daerah terkuat dinusantara yang sulit untuk di taklukan oleh penjajah dalam hal ini adalah Belanda. Belanda berdarah-darah untuk menguasai daerah tersebut karena rakyatnya sangat militan dan berani mati dalam mempertahankan kedaulatan dan harga dirinya. Daerah yang di maksud adalah Aceh, tapi tidak hanya aceh sebenarnya yang sulit di taklukan oleh para penjajah, masih banyak lagi daerah-daerah lainnya diseluruh nusantara yang memberikan perlawanan kuat sehingga penjajah ada yang sampai harus berunding dan bahkan hengkang dari wilayah tersebut. Kali ini kita tidak membahas daerah-daerah yang memeliki semangat juang yang tinggi dalam melawan penjajahan, akan tetapi kita akan membahas mengapa nenek moyang kita yang katanya hanya bersenjatakan golok dan bambu runcing bisa mengimbangi kekuatan penjajah yang sudah menggunakan senjata api atau meriam kala itu?

        Ternyata setelah ditelusuri, nenek moyang kita sudah menggunakan senjata api jauh sebelum para penjajah eropa tersebut datang dinusantara. Senjata ini terus berkembang dan pada akhirnya teknologi senjata api yang dibawa oleh penjajah diadobsi juga oleh nenek moyang kita. Pernyataan yang mengatakan nusantara dijajah 350 tahun oleh Belanda boleh kita perdebatkan, karena tidak semua wilayah itu 100% dikuasai oleh Belanda, bahkan perlawanan-perlawanan sengit diberbagai daerah terus dilakukan untuk mengusir Belanda. Dalam peperangan melawan Belanda, kita membayangkan bahwa nenek moyang kita menggunakan kayu, batu, bambu runcing dan golok dalam berperang. Tapi semua itu tidaklah benar karena nenek moyang kita seperti yang sudah disinggung tadi, sudah menggunakan senjata api dalam persenjataannya. 

        Sebuah film yang cukup terkenal yaitu film "The Pirates of the Carribian" dengan tokoh utamanya yang bernama "Jack Sparrow", dia selalu membawa senjata api yang dia selipkan di perut depan diatas burung perkutut yang dia punya. Senjata api tersebut adalah sebuah pistol laras pendek, yang disebut dengan istinggar atau orang melayu nusantara sering menyebutnya dengan terakul. Terakul tersebut merupakan  jenis senjata api matchlock (kancing sumbu) yang dibuat oleh berbagai kelompok etnik dari kepulauan Nusantara. Senjata api ini diketahui sebagai hasil dari pengaruh Portugis terhadap persenjataan lokal, terutama setelah perebutan Malaka  pada tahun 1511. Dalam materi kali ini kita akan membahas senjata api yang digunakan oleh kerajaan-kerajaan masa lalu yang mendiami kepulauan di nusantara.

Artileri dan Pasukan Musketir Majapahit

        Majapahit yang dikenang sebagai kerajaan terbesar dalam memori orang Indonesia diketahui telah mengenal teknologi senjata api. Thomas Stanford Raffles dalam bukunya The History of Java Volume II (1817:99) menuliskan bahwa di tahun 1247 Saka (sekitar 1325 M) negeri-negeri bawahan Majapahit mengirimkan sebuah meriam bernama Nyai Satomi dan beberapa meriam berkaliber kecil. Meriam kecil tersebut dikenal dengan nama Cetbang. Cetbang juga dikenal sebagai bedilwarastra, atau meriam coak yang merupakan senjata jenis meriam yang diproduksi dan digunakan pada masa kerajaan Majapahit sekitar 1293–1527 M dan kerajaan-kerajaan di Nusantara setelahnya. Ada 2 jenis utama dari cetbang: Cetbang bergaya timur yang bentuknya mirip meriam Cina dan diisi dari depan, dan cetbang bergaya barat yang berbentuk mirip meriam Turki dan Portugis, yang diisi dari belakang.

Meriam cetbang Majapahit yang tersimpan di Metropolitan Museum of Art di New York, Amerika Serikat, berasal dari tahun 1470-1478. Perhatikan lambang Surya Majapahit. Tonjolan di bagian belakang kamar peluru sebenarnya merupakan lubang tempat dipasangnya popor kayu.

        Buku A Description of the Coasts of East Africa and Malabar in the Beginning of the Sixteenth Century (1866:198) dari Duarte da Barbossa yang singgah di Jawa pada tahun 1510 M menguatkan kata-kata Raffles. Orang-orang Jawa kata Barbosa memiliki beragam jenis meriam, musket atau senapan panjang, serta banyak senjata api lainnya. Senjata-senjata ini memiliki manfaat yang besar dan amat berguna sebagai artileri. Barbossa juga tampak terkagum-kagum sekaligus keheranan bagaimana baja-baja terbaik ditempa dengan amat cantik lalu ditahtakan emas dan gading.


        Kesaksian Barbosa tentang adanya musket atau senapan panjang kembali diperkuat oleh kesaksian dari seorang pelawat barat lainnya dari Portugis. Nama pelawat itu adalah Tome Pires. Dalam kesaksiannya yang dituangkan dalam buku The Suma Oriental of the Tome Pires and The book of Francisco Rodrigues (1944:176) Pires mencatat bahwa Raja Jawa Gusti Pate (Gusti Patih) memiliki sekitar empat ribu pasukan musketir. Pasukan ini dia gunakan dalam peperangan dengan raja-raja pesisir yang telah terislamkan utamanya adalah raja Demak.

Meriam-meriam Kesultanan Demak

        Pada abad ke 16, saat Majapahit telah terbenam. Mantan bawahan sekaligus saingannya yaitu kesultanan Demak telah muncul dalam panggung politik Jawa sebagai penerus Majapahit namun dalam balutan agama baru, yaitu agama Islam. Tentu saja sebagai penerus Majapahit, Demak juga telah banyak berkenalan dengan berbagai jenis senjata api.

        Apalagi dalam rangka perluasan kerajaannya, senjata api merupakan senjata yang penting bagi kesultanan Demak. Claude Guillot dalam karyanya Banten Sejarah dan Peradaban Abad X – XVII (2008:377) mengatakan dari sumber Portugis dan lokal bahwa meriam banyak digunakan pada tahun 1511 dalam pertempuran merebut Melaka yang berujung kekalahan menyakitkan bagi kesultanan Demak.

Foto Ki Amuk dari tahun sekitar 1915-1926.

        Mengenai darimana meriam-meriam itu berasal dan siapa pembuatnya, The Adventures of Mindes Pinto (1663:378), mengabarkan pada kita betapa pentingnya peran Orang Aceh dan Turki dalam pembuatan meriam-meriam Demak. Kemudian ada juga seorang pembelot Portugis bernama Coai Geinal (Khoja Zainal) berperan amat penting sebagai pimpinan pabrik pembuatan senjata api.

        K.C.Crucq dikutip dari Claude Guillot dalam karyanya Banten Sejarah dan Peradaban Abad X – XVII (2008:380) telah melakukan serangkain penelitian serius. Hasilnya kemungkinan Meriam Ki Amuk yang tersimpan di Banten hari ini merupakan satu dari sedikit meriam produksi Demak yang tersisa. Crucq mendasarakan pada catatan Valentijn bahwa Sultan Demak menghadiahkan satu meriam bernama Ki Jimat kepada Hasanudin Banten sewaktu pernikahnnya dengan putrinya. Maka Meriam Ki Jimat sama dengan Ki Amuk dan diperkirakan adalah sekitar tahun 1450 Saka, yang kiranya sesuai dengan pernikahan Hasanudin Banten pada waktu itu.

Artileri-Artileri Kesultanan Aceh

     Dari segi persenjataan, Kerajaan-kerajaan Indonesia dari Sumatera juga tidak kalah hebat dalam perkenalan dengan teknologi senjata api. Bahkan berkat perkenalan itu Aceh tampil sebagai satu kerajaan besar di abad ke 17. Kekuatannya sanggup setidaknya membuat negara-negara Eropa seperti Portugis agak keteteran. Aceh yang di abad itu telah terislamisasi banyak mendapat bantuan persenjataan dari Turki (Kesultanan Ottoman) sebagai poros utama dunia Islam. 

     J.R Verbeek dalam De Geschiedenis van Atjeh Sultanaat in Vogelvlucht mengatakan berkat kerjasama militer dengan Turki meliputi bantuan senjata api. Tak perlu heran, Aceh di masa Sultan Alaudin mampu merontokkan semua kekuatan kerajaan-kerajaan Melayu saingannya. Orang Portugis di Melaka pun ketar-ketir dibuatnya. Tiga kali serangan orang Aceh selama rentang waktu 1537 hingga 1547 sempat membuat Portugis kerepotan.

Pejuang Aceh dengan senjata api musket atau istinggar.

        Kabar yang beredar konon di masa jayanya pada zaman Sultan Iskandar Muda yang termashur, Aceh punya 5000 pucuk meriam. Jumlah itu cukup setidaknya menggambarkan betapa perkasanya kesultanan itu di zamannya. Tapi jumlah itu ternyata dibantah, seorang pengelana Perancis Beaulieu mengabarkan yang dikutip dari buku Kerajaan Aceh (2014:132) karya seorang Indonesianis bernama Denys Lombard jumlah itu telah dilebih-lebihkan. Pada kenyataannya 5000 itu meliputi 1200 meriam berkaliber sedang, 800 meriam besar serta sisanya hanya istinggar. Itu kata Beaulieu dengan nada yang setengah merendahkan kekuatan Aceh dimasa itu, tapi yang jelas sejarah sudah mencatat bahwa Aceh telah membuat penjajah trauma dengan peperangan yang terjadi. Buktinya saat agresi militer Belanda pertama dan kedua, Aceh adalah daerah yang dilewatkan saat itu.

        Orang Aceh sendiri pun sebetulnya sudah terampil menuang meriam sendiri. Tapi sultan pun akan senang apabila ada para pengelana asing yang menghadiahinya meriam. Beberapa hadiah bahkan jadi benda kesayangan Sultan (2014:133). Ada juga satu kebiasaan unik sultan. Senjata dan mesiu akan disembunyikan pada suatu tempat rahasia hingga suatu peperangan tiba. Rupanya Sultan takut sewaktu-waktu senjata api dan mesiu ini digunakan untuk pemberontakan melawan dirinya.

        Istinggar sendiri bukanlah meriam tapi senjata api sejenis bedil. Senjata ini banyak tersebar di se-antero Negeri Melayu. Wan Mohd Dasuki dan Siti Radziah dalam Manuskrip Ilmu Bedil sebagai Sumber Etnosejarah Teknologi Senjata Api Melayu (2014:64) sumbu pencucuh istinggar yang berbara tersebut dikepit pada hujung pemegang sumbu. ketika picu ditarik, pemegang sumbu akan menolak sumbu berbara ke lubang penggalak yang berisi ubat bedil. dengan itu ubat bedil akan terbakar dan menghasilkan daya yang membolehkan peluru timah hitam dilepaskan dengan halaju tinggi melalui muncung istinggar.

Matchlock dan Snapang Minangkabau

      Tidak jauh dari Aceh, di pantai barat Sumatra, Sumatra Barat adalah rumah bagi orang-orang Minangkabau. Sebagaimana di Aceh, disini orang Minangkabau juga telah berkenalan dengan teknologi senjata api. Matchlock dan Senapan adalah dua senjata api yang umum digunakan disini. Matchlock sebagaimana dicatat William Marsden (2016:517) larasnya dipadatkan dengan baik dan dilubangi dengan tepat, terbukti dengan bagusnya bidikan mereka. Mereka selalu membidik dengan merendahkan larasnya, alih alih menaikkan ujung ke arah sasaran.

Terakul atau ''dragon'', dijumpai di medan tempur di Cerro Gordo, Mexico.

        Lalu ada Senapan yang berasal dari istilah Belanda. Istinggar yang telah kita jelaskan sebelumnya terkategorikan sebagai Senapan. Tapi dalam teks-teks historiografi Melayu Senapan ini lebih dikenal dengan nama terakul. Terakul adalah salah satu senjata yang terkenal di kalangan pelaut, pedagang dan bajak laut Nusantara. Terakul pada awalnya menggunakan teknologi wheel lock (kancing roda) yang mana kemajuan teknologi ini memungkinkan ia membakar bubuk mesiu secara otomatis tanpa membutuhkan fuze. Terakul berbentuk seperti pistol dan sejatinya merupakan perubahan bentuk dari pemuras yang dikecilkan. Tarkul digunakan dalam perang raja, datu dan sultan-sultan di Filipina melawan Spanyol, dan juga oleh tentara Brunei saat menentang raja BrookeTerakul juga digunakan di Patani dan MalakaBerlainan dengan senjata api milik Kesultanan Aceh, Senjata ini diadaptasi dari teknologi senjata api bangsa Eropa terutama portugis saat berhasil menaklukan Melaka pada tahu 1511.

        Serupa dengan orang Aceh, orang Minangkabau juga terampil menuang meriam. Meriam ditempa dengan menggulingkan batangan besi yang rata yang memiliki dimensi proporsional. Pengerjaannya dilakukan secara spiral, mengelilingi batang bulat dan memukul-mukulnya sampai bagian-bagian besi tersebut telah menyatu. Senjata-senjata ini terus digunakan hingga abad ke 19 ketika perang Padri meletus di Sumatra Barat. Berkat itu, Belanda sempat kewalahan terutama di masa awal peperangan.

        Itulah beberapa senjata api yang digunakan oleh enenk moyang kita dalam peperangan dimasa lalu, sudah sejak lama nenek moyang kita ini sudah mengenal penggunaan mesiu untuk persenjataan. Semoga informasi kali ini bisa bermanfaat untuk kita semua.


Sumber : https://id.wikipedia.org

                https://tareekh.my.id











Selasa, 07 Desember 2021

ISLAM DI JAWA : DEDEMIT, MAKHLUK HALUS PENUNGGU SUATU TEMPAT

        


        Jika kita membicarakan adat, budaya dan kepercayaan orang jawa memang tidak ada habisnya. Sejarah masyarakat jawa tak terlepas dari cerita-cerita, kepercayaan dan filsafat yang sangat menarik yang membuat kita semakin penasaran jika kita mempelajarinya.

        Berikut ini adalah cuplikan dalam buku legendariss karya antropolog kondang asal Amerika Serikat Clifford Geertz dalam bukunya yang sangat fenomenal: Agama Jawa --Abangan, Santri, Priyayi Dalam Kebudayaan Jawa.

        Pada tulisan ini kita akan mengkaji dunia batin orang Jawa dengan sangat menarik, yakni 'Kepercayaan Terhadap Makhluk Halus'. Bagi pembaca yang suka kisah horor dan aneka tayangan hantu atau makhluk halus lainnya, tentu saja menjadi penting dan menarik. 

        Ada banyak versi mitos penciptaan Jawa, Babad Tanah Jawi. Dalam sebuah dongeng yang biasanya dikisahkan oleh dalang dalam pementasan wayang kulit cerita tersebut dimulai dengan tokoh Semar, pelawak wayang kulit yang lucu dan bijak serta pahlawan kebudayaan Jawa yang tersohor, yang berbicara kepada seorang pendeta Hindu-Muslim, orang pertama dari rangkaian panjang kolonis Pulau Jawa.

    Pendeta itu berkata kepada Semar: “Ceritakan kepadaku kisah Pulau Jawa sebelum ada manusia”. Semar menjawab bahwa pada masa itu seluruh pulau diselimuti oleh hutan belantara, kecuali sebidang kecil sawah tempat Semar bertanam padi di kaki Gunung Merbabu (sebuah gunung berapi di Jawa Tengah), tempat ia hidup tenang bertani selama puluhan ribu tahun.

    “Apakah kau ini?” tanya pendeta itu keheranan. “Apakah kau ini manusia? Umurmu bukan main panjangnya! Aku tak pernah menjumpai orang yang berumur puluhan ribu tahun! Itu tidak mungkin! Tentu kau bukan manusia. Bahkan Nabi Adam hanya berusia 1.000 tahun! Makhluk apa kau ini? Akui saja yang sebenarnya!”

        “Sebenarnya”, kata Semar, “aku bukan manusia, aku adalah makhluk halus yang menjaga—danyang—Pulau Jawa. Aku adalah makhluk halus yang tertua, raja serta nenekmoyang semua makhluk halus dan melalui mereka, menjadi raja seluruh manusia”. Dengan nada yang berubah, ia melanjutkan,

    “Tetapi aku juga mempunyai sebuah pertanyaan untukmu. Mengapa kau hancurkan negeriku? Mengapa kau datang ke sini dan mengusir anak cucuku? Makhluk-makhluk halus itu, yang kalah oleh kekuatan spiritual dan ilmu agamamu, secara perlahan dipaksa melarikan diri ke kawah-kawah gunung berapi atau ke dasar Laut Selatan. Mengapa kau lakukan ini?”

        Pendeta itu pun menjawab, “Aku diperintahkan oleh raja Rome (sebuah negeri Arab di sebelah barat India) untuk mengisi pulau ini dengan umat manusia. Aku harus membabat hutan untuk dijadikan persawahan, membangun desa dan memukimkan 20.000 orang di sini sebagai kolonis. Ini adalah titah rajaku dan kau tak bisa menghentikannya. Namun, makhluk-makhluk halus yang mau melindungi kita akan tetap boleh tinggal di Jawa; aku akan menentukan apa yang harus kalian kerjakan.”

    Ia melanjutkan pembicaraan dengan menggambarkan garis besar seluruh sejarah bakal Jawa sampai dengan zaman modern dan menjelaskan peran Semar dalam proses itu, yakni sebagai penasihat spiritual serta pendukung ghaib dari semua raja dan pangeran yang akan datang—yaitu terns menjadi ketua danyang di Jawa.

        Dengan demikian, paling tidak dalam versi ini, dongeng orang Jawa dalam Babad Tanah Jawi (“pembersihan Jawa”) lebih patut disebut mitos kolonisasi daripada mitos penciptaan, yang memang tidak mengherankan, mengingat sejarah Jawa yang terus menerus mengalami “invasi” orang-orang Hindu, Islam dan Eropa.

      Mbabad berarti membersihkan sebidang hutan belantara untuk diubah menjadi sebuah desa lengkap dengan sawahnya, membangun pulau kecil pemukiman manusia di tengah lautan makhluk halus yang menghuni hutan. Meski demikian, istilah itu kini juga dipakai untuk persiapan umum mengolah sawah (membajak, meratakan tanah dengan garu dan sebagainya) yang hams dilakukan orang dalam masa awal siklus tanam padi setiap tahunnya.

        Gambaran yang disampaikan oleh mitos itu adalah mengenai masuknya para pendatang baru yang mendorong makhluk-makhluk halus jahat ke gunung, ke tempat-tempat liar yang belum dijamah dan Lautan Hindia, sementara mereka bergerak dari utara ke selatan, sambil mengangkat beberapa makhluk halus yang mau menolong Sebagai pelindung mereka dan pemukiman baru mereka.

        Nama yang lazim untuk makhluk halus dengan tempat tinggal tetap yang mungkin membantu keinginan orang adalah demit. Walaupun di sini, orang lagi-lagi tidak konsisten, mereka cenderung menggunakan istilah seperti demit, danyang, lelembut dan setan, baik dalam pengertian luas maupun sempit, untuk menyebut makhluk halus pada umumnya dan subjenis makhluk halus tertentu secara khusus.

        Demit dalam arti sempit tinggal di tempat-tempat keramat yang disebut punden, yang mungkin ditandai oleh beberapa reruntuhan Hindu (mungkin sebuah patung kecil yang sudah rusak), pohon beringin besar, kuburan tua, sumber air yang nyaris tersembunyi atau kekhususan topografis semacam itu.

        Ada sejumlah punden semacam itu di daerah Mojokuto; di berbagai pohon yang sangat besar atau berbentuk aneh, di berbagai reruntuhan Hindu yang tersebar di sana-sini. Akan tetapi, yang paling terkenal, paling sering dipuja dan dianggap paling berkuasa, adalah makhluk halus yang tinggal di pusat kota Mojokuto, di pinggir alun-alun, namanya Mbah Buda, yang secara harfiah berarti “Kakek Buddha”, tetapi “Buddha” di sini tidak merujuk ke “Gautama”. Ia hanya menunjuk pada kenyataan bahwa tempat tinggalnya yang keramat ditandai dengan sebuah peninggalan Hindu-Buddha.

        Tempat keramat itu, ditutup dengan pagar putih yang kuat, terletak di kaki sebuah pohon beringin yang lebat dan terdiri atas patung Ganesha—dewa kebijaksanaan agama Hindu yang berbentuk gajah—berukuran kecil dan setinggi kaki. Ada sebuah kisah tentang tempat itu. Dahulu kala, “pada zaman Buddha”, Sultan Solo, ibukota kerajaan Jawa Tengah, sedang berperang dengan raja Madura. Sultan Solo menang dan mengejar raja Madura yang melarikan diri, ke arah utara serta timur, ke tempat asal raja Madura.

        Namun, bagaimanapun asal-usulnya, yang jelas patung Ganesha itu sekarang dihuni oleh demit. Patung itu pernah dipindahkan ke Bragang, kurang lebih 24 kilometer jauhnya, tetapi ia kembali dengan kekuatannya sendiri. Pada sebuah kejadian lain, seorang kontrolir Belanda (pejabat Eropa paling bawah dalam birokrasi kolonial) yang ditugaskan di Mojokuto memukul patung Ganesha itu—tentu untuk menghina alat peribadatan para penyembah berhala—tetapi satu minggu kemudian, ia meninggal dengan leher patah. Dan dalam jangka waktu satu tahun, semua keluarganya menyusul ke alam baka.

        Kalau seseorang menginginkan Mbah Buda mengabulkan hajatnya, ia harus pergi ke tempat keramat itu—sekalipun beberapa mengatakan bahwa orang bisa melakukannya di rumah—meminta pengampunan serta maaf dari demit itu dan beijanji akan mengadakan slametan untuk menghormati demit itu apabila permohonannya dikabulkan.

      Apa yang sangat penting bagi keberhasilan permohonan itu adalah mengharap dengan sungguh-sungguh, memohon dengan pikiran tunggal dan tak tergoyahkan serta tidak memikirkan hal lain sampai permohonannya dikabulkan.

    Seorang pemohon membandingkannya dengan tangisan anak kecil yang menginginkan sesuatu: “Tetapi Anda tidak menangis di luar, Anda menangis di dalam, di hati Anda; Anda hams betul-betul menginginkannya seolah-olah Anda akan mati kalau permohonan Anda tidak dipenuhi; kalau keinginan Anda begitu kuat dan begitu lama, maka hampir dapat dipastikan keinginan Anda itu akan terpenuhi”.

    Yang biasa diinginkan orang adalah pulihnya kesehatan dirinya atau keluarganya, atau mungkin untuk menemukan sebuah benda yang hilang atau meminta keselamatan seseorang dalam perjalanan yang memakan waktu lama. Ada perbedaan pendapat tentang bisa tidaknya orang mengharapkan hal-hal seperti menang judi, meminta gong baru untuk orkes gamelannya, atau agar cintanya pada isteri orang lain kesampaian.

        Beberapa orang berpendapat bahwa Mbah Buda hanya mempertimbangkan permohonan yang serius; tetapi jelas orang terkadang meminta berkah yang agak kurang mulia;

        

        Sumber : Buku AGAMA JAWA : Abangan, Santri, Priyayi, Dalam Kebudayaan Jawa Karya                                     CLIFORD GEERTZ


Kamis, 25 November 2021

RAMALAN JAYABAYA SEBUT ADA KABAR BAIK YANG AKAN MENGHAMPIRI INDONESIA DITAHUN 2022!!! COVI19 BERAKHIR ATAU MENJADI NEGARA MAJU???


        Tidak akan lama lagi warga dari seluruh penjuru dunia akan menyambut tahun baru 2022. 
Untuk saat ini tahun 2021 hanya tinggal menyisakan kurang lebih satu bulan lagi, yakni bulan Desember.

        Banyak orang yang berharap hingga akhir tahun 2021 tidak akan ada lagi banyak musibah serta halangan yang berarti. Meskipun gelombang ketiga Covid-19 masih mengancam dan bisa saja terjadi di akhir tahun, tetapi banyak yang berharap agar hal itu tidak benar terjadi. tergantung kita sendiri yang mengendalikannya, kalau kita bandel dan tidak taat pada aturan yang dibuat oleh pemerintah kita, maka bisa dipastikan hal yang kita takutkan tersebut benar-benar bisa terjadi.

        Pada materi yang sebelumnya kami pernah membahas tentang 20 ramalan yang hampir semuanya negatif yang akan terjadi pada tahun 2022. Ternyata ada yang terlewatkan dari materi ramalan yang berasal dari Prabu Jaya Baya yang sudah sangat mahsyur tersebut.

      Kabar baik itu pun hadir dari Ramalan Jayabaya yang menyebut jika di tahun baru 2022 mendatang Indonesia akan dihampiri hal positif, dan semoga ini mejadi aura positif bagi kita bangsa Indonesia, walaupun kita sebagai bangsa yang mengenal Tuhan tidak diperbolehkan mempercayai ramalan-ramalan apapun itu bentuknya karena hanya Tuhanlah yang mengetahui masa depan. Tapi seperti yang sudah kami sebutkan, bahwa ramalan itu akan tertanam dialam bawah sadar kita dan akan mempengaruhi psikologi kita, makanya jika ramalan itu positif maka hal positiflah yang akan kita dapatkan.

        Hal positif yang dimaksud dalam ramalan itu adalah di tahun 2022 akan menjadi tahun bahagia alias keemasan bagi Indonesia. Untuk diketahui bahwa Ramalan Jayabaya atau yang sering disebut tahu sebgaai Jangka Jayabaya adalah Ramalan yang ada di dalam tradisi Jawa.

        Ramalan Jayabaya ditulis sendiri oleh Pangeran Jayabaya, raja yang pernah memimpin Kediri, Jawa Timur mulai dari 1135 hingga 1157 Masehi. Menurut Ramalan Jayabaya yang menyebut bahwa tahun 2022 akan  menjadi tahun keemasan bagi Indonesia ada di Ramalan ke-7.

        Ramalan Jayabaya masih banyak dipercayai orang karena beberapa yang dituliskan memang ada yang benar-benar terjadi. Salah satunya yakni Ramalan Jayabaya pernah memprediksi adanya bencana banjir darah plus hilangnya nyawa.

        Dan kini faktanya hilangnya banyak nyawa disebabkan oleh adanya serangan pandemi Covid-19 yang masih terjadi sampai dengan saat ini. Akan tetapi ada kabar baik juga yang tertulis di dalam Ramalan Jayabaya, yakni disebutkan bahwa Indonesia akan meraih masa keemasan.

            Ramalan tersebut sudah tercantum dalam Ramalan ke-7 Jayabaya, yakni Tikus Putih Hanongko Baris. Maksud dari ramalan itu yakni Tikus lebih menggambarkan kalangan kecil dan putih sebagai suatu simbol kesucian, kebenaran, dan ketulusan.

        Dengan begitu ramalan “Tikus Putih Hanongko Baris” bisa diartikan sebagai rakyat kecil bersatu demi membenamkan banyak kezaliman yang merajalela. Dalam syair yang dimuat “Wong Jowo kari separo, Wong Cino kari sejodo, Wong Londo gulung gulung", Ramalan Jayabaya ke-7 itu dijelaskan.

          Jika melansir dari sumber-sumber internet, Ramalan Jayabaya itu mungkin saja benar terjadi. Ramalan tersebut bisa saja terjadi karena situasi di Indonesia sudah mendekati hal yang serupa dengan apa yang dijelaskan tadi.

    Saat ini sudah banyak terjadi kasus hukum yang membuat masyarakat terheran-heran. Banyak kasus korupsi dan criminal yang dibuat oleh para petinggi serta petugas negara tetapi tidak dapat benar-benar diselesaikan dengan baik.

        Justru banyak dari pelaku yang salah justru mendapat keringanan hukum sedangkan kasus kecil ditangani dengan serius. Meski demikian, belum dapat dipastikan dengan jelas apakah Ramalan Jayabaya ke-7 yang dimaksud di atas akan benar-benar terjadi atau tidak. Karena ramalan kuno ini adalah peninggalan orang terdahulu kita yang tetap kita lestarikan sebagai sumber literasi sastra dan budaya.  Selebihnya kita sebagai generasi muda hanya bisa menafsirkan dan mereka-reka apa yang sebenarnya menjadi maksud dari penggalan kalimat ramalan ke-7 Jayabaya tersebut.  

        Tapi tidak bisa kita pungkiri negara kita saat ini memang sedang berusaha memantaskan diri untuk berkembang menjadi negara yang kuat dan sejahtera. pemerintah sudah berusaha membangun infrastruktur diberbagai lini dimana-mana walaupun memang harus berhutang yang jumlahnya tidak sedikit.  Kita adalah bangsa yang tinggal diwilayah yang sangat kaya, buktinya lihat disekeliling kita berapa banyak orang yang hanya bergaji di bawah dua juta rupiah, akan tetapi dengan gaji sebesar itu kita masih mampu untuk bertahan hidup, melanjutkan perjuangan. Hal itu hanya bisa terjadi karena kita memang tinggal di wilayah nusantara yang sangat kaya, ibarat kita lempar potongan tongkat dari batang ubi maka tongkat itu akan tumbuh dan subur, yang akhirnya ubinya bisa kita makan.

        itulah sekelumit materi tentang ramalan jayabaya ke-7 yang terdengar membawa angin positif bagi bangsa Indonesia. Kesimpulan dari materi ini kami serahkan kepada para pembaca yang budiman.


Argha Sena




20 RAMALAN BURUK JAYABAYA PADA TAHUN 2022???


        Menjelang tahun baru 2022, banyak orang yang mulai berbicara tentang ramalan, memprediksi apa yang akan terjadi di tahun 2022, informasi seperti ini mulai berserakan di youtube yang membahas ramalan seperti membahas pertandingan sepak bola. Dalam video kali ini sebenarnya pegawai jalanan tidak menganjurkan kita untuk mempercayai ramalan-ramalan, apapun itu, karena manusia bukanlah Tuhan yang tahu masa depan dengan pasti. Makanya dalam video pembuka ini kami tidak ingin para subscriber pegawai jalanan menjadi terlalu terjerumus kearah yang bisa menjauhkan kita terhadap keimanan kita terhadap Tuhan. karena dampaknya akan buruk jika kita mudah percaya ramalan, secara tidak langsung ramalan buruk akan tertanam di alam bawah sadar kita dan akhirnya perilaku kita menjadi negatif, cendrung berputus asa. 

        Akan tetapi video ini disajikan hanya sebatas sebagai sastra kuno peninggalan nenek moyang kita yang akan kami coba sampaikan, kemungkinan besar catatan-catatan tersebut dibuat menggunakan ilmu yang kita tidak bisa fahami sebagai manusia modern. Penulisnya mempunyai kemampuan memprediksi masa depan dengan mengamati perilaku sosial masyarakat pada zamannya, dan akhirnya apa yang dia prediksi sebagian besar menjadi kenyataan. 

Salah satu nama besar orang nusantara zaman dahulu yang terkenal dengan ramalannya ialah Prabu Jayabaya. Ramalannya hampir semuanya terjadi di zaman modern seperti saat ini. Jika kita perhatikan sepertinya tidak jauh berbeda antara tahun 2020 dan 2021 apa yang sudah terjadi, sama-sama tahun yang cukup melelahkan melawan pandemi covid-19 yang tidak kunjung selesai. Akan tetapi untuk tahun 2022 kira-kira apa yang diprediksikan oleh Prabu Jaya Baya? Kita bisa bersiap-siap menyiapkan diri untuk hal-hal yang buruk yang belum tentu terjadi, bahkan jika memang memungkinkan kita malah bisa menguasainya dan mendapatkan hasil positif dari prediksi buruk tersebut. 

            Diketahui, Jayabaya Memiliki kemampuan dapat membaca sesuatu yang akan terjadi di masa yang akan datang, hal ini dimanfaatkan oleh para peramal untuk mengingatkan masyarakat agar lebih berhati-hati kedepannya.

            Benar atau tidaknya, isi ramalan tersebut telah dipercayai sebagian orang di Tanah Air atau Nusantara, khususnya masyarakat Jawa.

            Dalam prediksi ramalan orang-orang terdahulu, Misteri mengenai apa yang akan terjadi pada 2022 ternyata sudah digambarkan.

            Prabu Jayabaya telah menyebutkan bahwa 2022 masuk dalam tahun kolo suroto.

            Di tanah Jawa akan banyak orang-orang yang manis budi dan lemah lembut. Sehabis itu ganti zaman, yang dalam ramalan Jayabaya akan menemui kiamat kubro.

            Lalu apa saja kira-kira misteri ramalan Prabu Jayabaya pada tahun 2022 mendatang? Berikut ini sudah kami rangkum dari berbagai sumber literasi.

1. Umah ala soyo dipujo artinya rumah maksiat makin dipuji.

2. Wong wadon lacur ing endi-endi artinya banyak perempuan lacur dimana-mana.

3. Akeh Laknat artinya banyak kutukan.

4. Akeh pengkhianat artinya banyak penghianat.

5. Anak mangan bapak artinya anak berani pada bapaknya.

6. Sedulur podo mangan sedulur artinya saudara makan saudara tidak rukun.

7. Konco dadi musuh artinya kawan jadi lawan.

8. Guru disatru artinya banyak guru dimusuhi.

9. Tonggo lan curigo artinya tetangga saling curiga.

10. Pedagang akeh sing kepelarang artinya pedagang banyak yang tenggelam.

11. Wong utana akeh sing dadi artinya penjudi banyak yang merajalela.

12. Akeh barang kang harom artinya banyak barang haram.

13. Akeh anak kang harom artinya banyak anak haram.

14. Wong wadon ngelamar wong lanang artinya perempuan melamar laki-laki.

15. Wong lanang ngasura derajate dewek artinya laki-laki menghina derajatnya sendiri.

16. Akeh barang-barang melebuh luang artinya banyak barang-barang yang terbuang.

17. Akeh uwong kaliren lan wudo artinya banyak orang lapar dan telanjang.

18. Wong tuku ngelenik wong dodol artinya pembeli membujuk penjual.

19. Sing dodol akal okol artinya penjual membujuk si penjual.

20. Wong golek pangan koyok gabuh di intri artinya ibarat mencari rezeki ibarat gabuh ditampik.

        Itulah 20 butir ramalan atau prediksi yang berasal dari Prabu Jaya Baya dan kita renungkan sendiri apakah semua itu sudah terjadi? atau belum terjadi, silahkan jawab dalam hatim kita masing-masing. Jika tahun depan masih berjalan seperti ke-20 ramalan tersebut, sebisa mungkin kita harus menghindari berperan sebagai tokoh antagonisnya, sewajib mungkin kita harus menjadi orang yang baik. Sekali lagi kita tidak boleh menjadikan ramalan sebagai keyakinan, apalagi sampai melemahkan iman kita terhadap Tuhan yang Maha Esa. 


Argha Sena