Lembah Nil sepertinya telah di huni di periode sangat kuno oleh
manusia Neolitikum di tahap kebudayaan barbarian. Mereka membuat peralatan indah dari batu api
yang dipoles, gerabah dengan berbagai bentuk membuat batu bata, berlayar dengan perahu di dungai Nil,
memelihara sejumlah binatang bermanfaat seperti sapi, keledai, kambing dan
mengolah tanah. Pada masa itu, mereka
melebur tembaga dan menulis tanda-tanda phonetic, Metalurgi dan tulisan bunyi
muncul di Mesir lebih awal dari pada di tempat lainnya di dunia. Seperti bangsa bar-bar lainnya, orang Mesir
Neolitikum pada awalnya pasti hidup sebagai suku-suku terpisah, di bawah
kekuasaan pimpinan. Saat peradaban
berlanjut, organisasi suku membentuk sebuah negara kota, yaitu komunitas kecil
dan independent, masing-masing berpusat pada kota besar dan kota kecil, negara-negara kota menjelang 4000 S.M.
telah bersatu menjadi dua kerajaan, satu di delta, yang lainnya di Upper
Egypt. Semua kemajuan ini berlangsung
sebelum di mulainya era sejarah.
Orang-orang Mesir menyimpan catatan-catatan tertulis sekitar 3000 S.M. Masa ini bertepatan sangat dekat dengan waktu penyatuan upper Egypt dengan Lower Egypt menjadi sebuah negara nasional, di bawah seorang penguasa bernama Menes. Ia adalah pendiri dari deretan panjang para raja, atau firaun atau "pharaoh" (sebagaimana mereka di sebut di dalam injil), yang selama hampir tiga ribu tahun memegang kekuasaan atas Mesir.
Studi peta menunjukan bahwa Mesir terletak di wilayah terisolasi, yang dilindungi oleh padang pasir di setiap sisinya. Di bagian utara, Mesir di lindungi oleh laut maditerania dan di sebelah selatan di lindungi oleh arus deras sungai Nil. Terlindungi dari jalan masuk bangsa-bangsa asing, Mesir mengalami kemajuan dalam kedamaian selama berabad-abad. Namun demikian, sekitar 1800 S.M. Mesir berada di bawah kekuasaan suku-suku semit barbar, bernama Hyksos, yang masuk mesir melalui suez. Setelah berhasil menyerbu para penyerbu ini, bangsa Mesir sendiri melakukan penaklukan atas bangsa lain. Para firaun membangun Angkatan Bersenjata yang kuat untuk menginvasi palestina, Phoenicia, dan Syria, dan memperluas kekuasaan mereka hingga Eufrats. Bahkan kepulauan Siprus dan Kreta, menjadi sangat bergantung pada Mesir. Wilayah-wilayah yang di taklukkan membayar upeti besar berupa logam mulia dan barang dagangan, sementara ribuan tawanan perang dijadikan buruh paksa dipekerjakan oleh Ramses II dan para firaun lainnya untuk membangun monumen-monumen besar di setiap wilayah kekuasaan mereka. Namun demikian, secara perlahan Mesir mengalami penurunan energi untuk berperang wilayah-wilayah kekuasaan Mesir di Asia melepaskan diri, dan Mesir sendiri di abad enam sebelum masehi menjadi bagian dari Kekaisaran Persia. Orang-orang Mesir tetap berada di bawah penguasa asing dari saat itu hingga saat ini.
Lembah Tigris-Eufrat, tidak seperti lembah Nil, tidak terisolasi. terbuka di pegunungan dan padang rumput yang luas. Lembah ini adalah rumah bagi bangsa-bangsa pemburu dan penggembala. Migrasi mereka kedaratan subur yang di lalui dua sungai ini membentuk ciri konstan sejarah Babylonia. Penghuni paling awal ‘’dataran Shinar’’ ini adalah bangsa Sumeria. Mereka masuk ke lembah ini melalui terusan di pegunungaan timur dan utara, sekitar empat ratus tahun sebelum Kristus. Mereka secara bertahab menetap dangan menjalani kehidupan agricultural, dan membentuk sejumlah negara kota independent, masing-masing dengan raja dan dewa panutannya sendiri. Setelah bangsa Sumeria, masuklah bangsa-bangsa yang berbicara Bahasa Semit dari Arabia utara. Di bawah pimpinan Bernama Sargon sekitar 2800 S.M. Bangsa Semit menundukan Sumeria dan mulai mengadopsi peradaban mereka. Sargon menyatukan semua negara-kota Sumeria. Ia juga menaklukan wilayah-wilayah hingga jauh ke barat di syria dan menguasai wilayah-wilayah di mediterania. Sesungguhnya, Sargon adalah penakluk pertama di dunia. Beberapa abad kemudian penguasa Semit besar lainnya, Hammurabi (sekitar2100 S.M), menjadikan kota tempat tinggalnya, Babylon, yang sebelumnya merupakan kota yang tidak jelas dan tidak penting, menjadi ibu kota yang di namakan kerajaan Babylonia.
Wilayah antara Maditerania dan padang pasir Arabia terdiri tiga negara kecil yaitu Syria, Phoenicia, dan palestina. Dilihat dari letaknya, ketiga negara ini menjadi jalur utama di Timur Dekat, dan rute-rute caravan yang menghubungkan Nil dan Eufrat melalui ketiga negara ini. Penduduk ketiga negara ini berbicara Bahasa semit dan mungkin berasal dari Arabia utara. Mereka di kenal sebagai Aramaean atau Syrian, Phoenicia, dan Yahudi. Tidak seorangpun dari bangsa-bangsa ini pernah memainkan peran penting dalam sejarah Oriental, tetapi masing-masing memberikan kontribusi penting bagi peradaban Oriental. Orang-orang Aramaean adalah pedagang yang hebat, yang membeli dan menjual di seluruh Asia Barat. Bahasa Aramaean dengan cara ini bisa tersebar luas dan pada akhirnya menggantikan Bahasa Ibrani sebagai Bahasa umum di Palestina. Beberapa bagian perjanjian lama ditulis dalam Bahasa Aramaic. Pusat utama bangsa Aramaean adalah kota Damaskus, salah satu kota tertua di dunia dan masih menjadi tempat yang berkembang.
Bangsa Phoenician menempati wilayah sempit di sepanjang pantai dengan panjang seratus dua puluh mil dan lebar sekitar dua belas mil, di antara pegunungan Lebanon dan laut. Daratan kecil ini tidak mampu menampung populasi besar untuk bertani, maka bangsa Phoenicia menjadi bangsa pelaut. Mereka menggunakan kayu cedar Lebanon yang lunak dan putih. Sebagian bahan untuk membuat perahu, dan mereka meniru perahu-perahu Mesir yang pernah memasuki Pelabuhan mereka sebagai contoh untuk membuat perahu mereka. Kota-kota besar di Phoenicia seperti Sidon dan Tyre menjadi pusat perdagangan di seluruh Mediterania.
Bangsa Yahudi tinggal di selatan Aramaean dan Phoenicia. Sejarah Yahudi di mulai dengan imigrasi dua belas suku Bernama Israelites ke Palestina. Disini mereka berhenti menjalani kehidupan sebagai penggembala dan menjadi petani dan orang kota. Dua belas suku ini pada mulanya hanya membentuk konfederasi lepas dan lemah. Otoritas tunggal di pegang oleh para kepala suku dan pemberi hukum seperti Samson, Gideon, Dan Samuel, yang bertindak sebagai hakim di antara rakyat dan sering membimbing rakyat melawan musuh.
Menjelang akhir abad kesebelas S.M., suku-suku Yahudi bersatu membentuk kerajaan, di bawah penguasa bernama Saul. Kekuasaannya di warnai dengan peperangan melawan philistine yang menguasai pantai barat daya palestina. David, pengganti Saul, menggulingkan kekuasaan Philistine. Untuk ibu kota David memilih benteng kuno Jerusalem, yang kemudian menjadi pusat kehidupan bangsa Yahudi. Kekuasaan anak David, Solomon sekitar tahun 955-925 S.M., pembentuk periode paling gemilang dalam sejarah Yahudi. Kekuasaan Solomon membentang mulai dari semenanjung Sinai di utara hingga pegunungan Lebanon dan Eufrats. Ia menikah dengan seorang puteri Mesir, anak dari firaun yang berkuasa. Solomon bergabung dengan Hiram, raja Tyre, dalam ekspedisi perdagangan di laut merah dan samudera Hindia. Monarki yang sama menyuplainya dengan pekerja Phoenicia yang terampil, yang membangun sebuah kuil yang sangat indah di Jerusalem untuk ibadah Jehovah.
Setelah kematian Solomon, sepuluh suku utara mendirikan sebuah kerajaan Israel yang independen, dengan ibu kota Samaria. Dua suku selatan, Judah dan Benjamin, membentuk kerajaan Judea dan mempertahankan kesetiaannya pada suksesor atau penerus Solomon. Negara-negara kecil ini menjalani eksistensi bermasah selama berabad-abad. Bangsa Assyria akhirnya menaklukkan Israel, Babylonia dan Judea. Kedua negara ini akhirnya di masukan ke dalam Kekaisaran Persia.
Assyria terletak
di sebelah utara Babylonia dan sisi sungai Tigris. Penduduk Assyria berbicara Bahasa Semit
seperti bangsa Babylonia. Kota utama
mereka pada awalnya adalah Assur, dan
setelah itu adalah kota Nineveh yang lebih besar dan bagus. Mereka adalah orang-orang yang kasar, keras
dan sangat suka berburu dan berperang.
Setelah mengadopsi kuda dan kereta militer, dan kemudian senjata besi,
bangsa Assryia memulai serangkaian penaklukan.
Kekuatan mereka sampai puncaknya selama abad ke delapan dan tujuh sebelum masehi. Raja-raja yang kemudian
memerintah di Nineveh memperluas dominasinya dari laut hitam dan Kaspia hingga
Teluk Persia, laut Merah dan Nil. Salah
satu monarki terbesar di Assyria adalah Sennacherib (706-681 S.M.), yang
Namanya familiar dari referensi-referensi tentang dirinya di Perjanjian lama.
Kekuatan besar
negara Assyria bisa menyatukan Assyria.
Karena itu, Ketika Assryia mengalami penurunan kekuatan, negara-negara
jajahan mulai beraksi untuk memperoleh kemerdekaan. Badai besar terjadi di tahun 606 S.M. Di tahun tersebut raja Babylonia dan raja
Mendes dan bangsa Persia bergerak ke Nineveh, dan menguasai kota, dan kemudian
menghancurkannya.