F PEGAWAI JALANAN: DUNIA
Tampilkan postingan dengan label DUNIA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label DUNIA. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Januari 2020

Dr Ali Mohamed Zaki Penemu Virus Corona Di Arab Saudi

Dr Ali Muhamed Zaki



Berawal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, virus corona baru atau novel coronavirus (2019-nCoV) kini mewabah. Tak hanya di Tiongkok, sejumlah kasus juga terkonfirmasi di negara lain, yakni Australia, Kanada, Kamboja, Prancis, Jerman, Jepang, Malaysia, Nepal, Singapura, Korea Selatan, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Amerika Serikat.


Sudah 130 orang meninggal dunia akibatnya. Wuhan pun dikarantina. Kota itu bak kota mati. Mereka yang terjebak di dalamnya dilarang keluar. 

Corona virus yang saat ini viral ternyata sudah ditemukan dan diperingatkan oleh Dr. Ali Mohamed Zaki, seorang ahli virus berkebangsaan Mesir, 7 tahun yang lalu!.

cerita berawal dari

pertengahan Juni tahun 2013, Ali Mohamed Zaki, seorang ahli virus Rumah Sakit Dr Soliman Fakeeh di Jeddah, Arab Saudi, dapat telepon dari seorang dokter yang khawatir dengan seorang pasiennya. Pasien berusia 60 tahun itu telah dirawat di rumah sakit karena virus pneumonia yang parah, dan dokter minta tolong Zaki mengidentifikasi virusnya. Zaki pun memperoleh dahak dari pasien dan mulai menelitinya.

Zaki lalu mengirim sampel ke laboratorium virologi terkemuka di Erasmus Medical Centre di Rotterdam. Sambil menunggu tim memeriksa virusnya, Zaki mencoba satu tes lagi. Kali ini hasilnya positif. Hasil tes menunjukkan bahwa ada infeksi yang berasal dari keluarga patogen yang disebut coronavirus. Flu biasa juga disebabkan oleh coronavirus. Begitu juga infeksi Sars yang jauh lebih mematikan. Tapi kali itu beda.

Setelah rangkaian tes yang dilakukan beliau di salah satu laboratorium di Rotterdam, Belanda. Bahkan beliau pun membuat rilisan jurnal pribadi beliau di proMed, sebelum di "tackle down" oleh Pemerintah Saudi itu sendiri. 



Dr Zaki mengingatkan ilmuwan lain, Zaki kemudian memposting catatannya ke proMED, sistem pelaporan internet yang dirancang untuk secara cepat berbagi rincian penyakit menular dan wabah ke para peneliti dan lembaga kesehatan masyarakat.

Zaki mengirim email ke lab Belanda untuk memberi sinyal tanda bahaya. Dan yang menakutkan mereka dari hasil penemuan tersebut, ini adalah virus corona yang belum pernah dilihat sebelumnya.

Zaki memposting catatannya ke proMED, sistem pelaporan internet yang dirancang untuk secara cepat berbagi rincian penyakit menular dan wabah ke para peneliti dan lembaga kesehatan masyarakat.

Gara-gara laporan ilmiah tersebut, Zaki harus kembali ke tanah kelahirannya di Mesir, kontraknya di rumah sakit diputus. Di bawah tekanan dari Kementerian Kesehatan Arab Saudi, Zaki dipecat. "Mereka tidak suka penemuan itu muncul di proMED. Mereka memaksa rumah sakit untuk mengakhiri kontrak saya," kata Zaki kepada Guardian dari Kairo.

Saking serius dan mematikannya, pemerintah Arab tentu khawatir ketakutan itu bisa mempengaruhi mereka yang akan pergi umroh atau haji. Jadi paling aman menutup erat-erat penemuan penting tersebut demi income pemerintah. 

" Mereka tidak suka virus ini  muncul di proMED. Mereka memaksa rumah sakit untuk mengakhiri kontrak saya," kata Zaki kepada The Guardian, pada 2013.

" Saya terpaksa meninggalkan pekerjaan saya karena ini, tetapi itu adalah tugas saya. Ini adalah virus yang serius," ujar dia.

Betapa seriusnya masalah ini pada saat itu. Sementara Zaki telah bekerja untuk mengidentifikasi virus, kesehatan pasien telah menurun.

Tak berapa lama Pneumonia pasien tersebut memburuk; napasnya semakin pendek. Ginjal dan organ lainnya mulai goyah dan gagal. Terlepas dari semua obat-obatan dan dialisis, dan ventilasi mekanis untuk membantunya bernafas, pria itu meninggal 11 hari setelah ia tiba di rumah sakit.

Sejak virus itu terungkap Desember tahun 2013, jumlah kasus telah meningkat menjadi 15. Lebih dari setengahnya telah meninggal. Kematian terakhir yaitu seorang pria berusia 39 tahun.

Saking serius dan mematikannya virus tersebut, pemerintah Arab tentu khawatir ketakutan itu bisa mempengaruhi mereka yang akan pergi umroh atau haji. Jadi paling aman menutupi erat-erat penemuan penting tersebut demi income pemerintah. 

Dan sejak penemuan tahun 2013 pada pasien pneumonia berusia 60 tahun di Arab Saudi itu, tidak menutup kemungkinan  virus tersebut sudah menjalar ke seluruh dunia. Termasuk yang parah di Wuhan, China. Virus yang sementara diduga  berasal dari kampret dan ular di pasar tradisional Wuhan.


Penyunting : elanurhidayah

Selasa, 28 Januari 2020

Kesombongan Presiden China Dibayar Lunas Oleh 2019-nCoV dari Wuhan | Pegawai Jalanan

Wuhan Menjadi Kota Hantu
Kabar menggemparkan karena adanya wabah virus di kota Wuhan China dan menyebar dengan cepat ke kota lainnya bahkan negara-negara tetangga, membuat dunia kembali dirundung kecemasan. Setidaknya sampai tanggal 28 Januari 2020 sebanyak 106 orang warga China, dinyatakan tewas akibat penyakit pernapasan akut yang disebabkan oleh virus corona terbaru dan pastinya akan bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Hingga Selasa (28/1), ada 4.515 orang lainnya terinfeksi, dan sekitar 22 juta orang di kota Wuhan dan Huanggang terpaksa diisolasi untuk mencegah penyebaran virus corona.
Saat ini virus corona jadi masalah besar bagi China dan dunia. Virus ini menginfeksi ribuan orang, menghentikan semua perjalanan transportasi di beberapa kota besar di China, melumpuhkan perekonomian di Wuhan dan Huanggang, dan menyebar ke negara-negara lainnya sampai saat ini menjadi 16 negara yang sudah dikonfirmasi memiliki kasus virus corona, negara-negara tersebut yaitu Singapura, Thailand, Vietnam, Kamboja, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, Taiwan, Australia, Kanada, Sri Lanka, Jerman dan yang teranyar dilaporkan di Prancis, Nepal bahkan Malaysia juga sudah kasus yang dikonfirmasi positif.Malapetaka dari virus corona pertama kali terjadi pada 31 Desember 2019. Menyerang sekitar 44 orang dengan laporan kasus penyakit tidak dikenal. Kebanyakan orang yang terinfeksi ialah pemilik kios yang berjualan di pasar grosir makanan laut Huanan Wuhan. Pada 9 Januari 2020, pemerintah China berhasil mengidentifikasi virus pernapasan misterius yang menjangkit warganya. Itu tak lain disebabkan oleh virus corona jenis baru yang secara resmi telah diberi nama novel coronavirus atau 2019-nCoV oleh Centers for Disease Control and Prevention di Amerika Serikat.
2019-nCoV
Beberapa bulan yang lalu yaitu pada tanggal 01 Oktober 2019 Presiden China Xi Jin Ping pernah berpidato saat perayaan 70 tahun berdirinya negara China, dia mengatakan "Tidak ada kekuatan yang dapat mengguncang China". Pidato ini benar-benar di realisasikan dengan mulai mengacau ZEE Indonesia, mengklaim wilayah di laut China Selatan yang kaya akan sumber daya alam. Padahal wilayah itu sangat jauh dari garis pantainya, malah harusnya yang berhak adalah beberapa negara tetangga kita di Asia Tenggara seperti Malaysia, Brunei, Vietnam, Filipina dan lain sebagainya.
Tapi karena kesombongannya dan merasa jumawa mempunya kekuatan militer terkuat di kawasan Asia bahkan dunia, maka China merasa sudah saatnya menyombongkan diri dengan menebar kapal-kapal militernya di kawasan laut china selatan, meraka juga disinyalir membangun pangkalan militer di kepulaun spartly. Bahkan pada awal bulan Januari 2020 ini mereka berani memasuki area ZEE Indonesia di perairan Natuna, karena dia yakin tidak ada negara yang berani menentang nya secara militer, dan kalian tahu sendiri Indonesia sedikit tidak berkutik menghadapi ini.
Belum lagi masalah penindasan terhadap Muslim Uyghur yang di paksa untuk meninggalkan syariat agamanya, kabar itu sudah lumrah dan tersebar sangat jelas dimedia-media yang ada di dunia ini. Bahkan pemerintah China memasukan warga muslim uyghur kedalam kamp-kamp konsentrasi yang digunakan untuk mencuci otak para muslim uyghur agar bisa mengikuti apa yang menjadi agenda pemerintahan komunis China.Tidak berapa lama datanglah wabah yang melanda China, akibat peristiwa tersebut banyak spekulasi yang beredar di masyarakat, yang pertama adalah bahwa virus penyebab wabah mengerikan itu disebabkan oleh hobby makan penduduk wuhan China yang sangat ekstrime dengan memakan kelelawar, dan hewan-hewan lainnnya yang tidak lazim bagi kita di Indonensia ataupun di Malaysia. Karena beberapa sumber ada yang mengatakan bahwa virus Corona ditularkan oleh kelelawar yang mereka makan. Yang kedua adalah, ada yang menduga bahwa virus 2019-nCoV ini merupakan senjata biologi yang sengaja dikembangkan pemerintah China dari virus corona yang pernah melanda dunia saat tahun 2002 yang lalu yang dikenal dengan SARS dan akhirnya bocor menyerang warganya sendiri.
Xi Jin Ping

Dari kedua asumsi dan dugaan tersebut, yang harus menjadi perhatian kita sebagai umat beragama terutama Islam adalah bukan asal virusnya dari mana, akan tetapi hikmah dan pelajaran yang wajib kita ambil dari kejadian ini. Dalam agama sudah banyak contoh orang-orang atau raja-raja sombong yang akhirnya hancur karena kesombongannya sendiri, kita sebut saja namrudz yang meyombongkan diri atas kesehatan, kecerdasan, kekayaan dan segala sesuatu yang dia punya didunia. Dan pada akhirnya Namrudz mati mengenaskan karena dihajar oleh seekor nyamuk yang masuk kedalam kepalanya.
Begitu juga Negara adi daya seperti China, bukan nyamuk malahan yang menggoyangnya akan tetapi virus yang ukurannya beribu-ribu kali lebih kecil dari nyamuk. Semoga dengan kejadian luar biasa ini pemerintah China jadi sadar akan adanya Tuhan yang bisa mengubah apapun kalau Dia berkehendak. Semoga China juga tidak lagi menindas Masyarakat uyghur lagi seperti yang sudah-sudah, tidak lagi mengacau wilayah Laut Natuna Utara yang masih disebut Laut China Selatan yang jelas-jelas bukan Haknya. Terlalu jauh China melayau atau bermain, kenapa tidak antartika dan samudra hindianya diklaim menjadi wilayah mereka.
Mari kita bersama-sama mengambil pelajaran yang sangat berharga tersebut, di zaman modern seperti sekarang ini ada contoh peristiwa yang dapat diambil pelajaran bagi kita khususnya umat beragama. Kita sebagai warga Negara Indonesia dan Malaysia jangan takut dengan wabah virus ini, karena kita tahu bahwa mati itu pasti akan menjemput kita, dan sebagai bocoran untuk kalian bahwa virus-virus tersebut biasanya akan mati jika sampai di wilayah udara Indonesia dan Malaysia karena kita mendapat sinar matahari penuh setiap harinya karena virus akan mati jika terpapar sinar matahari. Akan tetapi kita harus tetap wajib waspada dan menghindari tempat-tempat yang ramai terutama tempat yang menjadi transit internasional yang memungkinkan orang dari negara yang terkena wabah memasuki tempat tersebut. Semoga bermanfaat.
Penulis : Argha Sena

Sabtu, 26 Oktober 2019

Kebaikan Besar Ini Akan Terjadi Seandainya Hitler Jadi Pemenang Perang Dunia II | Pegawai Jalanan

Hitler dan Anak-anak Jerman
Kejam, beringas, pembantai biadab, penjajah keji adalah sedikit dari banyaknya ungkapan yang bakal dilontarkan orang-orang ketika ditanya tentang Hitler dan Nazinya. Memang tidak salah kalau sampai begitu negatif respon banyak orang terhadap Nazi dan pemimpinnya, mengingat apa yang mereka lakukan memang benar-benar gila dan biadab. Itulah yang kita ketahui dari sejarah yang di ajarkan di sekolah dan buku-buku yang sebagian besar adalah tulisan barat.
Nazi kalah di Perang Dunia II bagi banyak orang adalah berkah, termasuk kita. Berkat kekalahan sang Fuhrer, banyak negara yang akhirnya terbebas dari penjajahan.  Penyebabnya sangat jelas negara barat yang menjajah negara dunia ketiga banyak yang menghabiskan energi untuk melayani Jerman pada perang dunia ke-2, dan itu sangat berhasil untuk membuat pihak penjajah barat untuk berunding dan melepaskan banyak wilayah jajahannya. Memang patut kita syukuri, tapi jika kita lihat dari sisi yang lain, kekalahan Hitler ternyata justru memberikan dampak yang buruk bagi dunia. Bisa kita lihat saat ini betapa negara maju atau berkuasa dapat menguasai ekonomi negara lain, membuat krisis negara lain, saling berperang satu sama lain seperti yang sedang terjadi di Timur Tengah.
Seandainya saja Hitler menang dalam Perang Dunia II, bakal banyak hal-hal baik yang tercipta. Bukan sesuatu yang kecil, tapi masif luar biasa. Lalu seperti apakah kebaikan yang dimaksud? Mari kita simak ulasannya berikut.

1. Rokok Akan Musnah dari Dunia


Kampanye anti rokok Hitler
Seumpama Hitler berkuasa lantaran menang Perang Dunia II, maka sudah jelas ia akan memberlakukan regulasi yang sesuai dengan kemauan dan kebiasaannya. Misalnya soal Hitler yang benci rokok, kemungkinan besar ia juga akan memaksakan hal ini kepada dunia, atau negara-negara yang ada di bawahnya.
Hal ini tentu sangat positif bagi banyak negara. Memang mungkin benar kalau akan banyak pajak-pajak bernilai miliaran yang hilang, tapi tanpa rokok dunia akan lebih baik. Tak ada jutaan orang-orang yang mati karena kanker paru-paru ataupun penyakit-penyakit mematikan lainnya gara-gara rokok. Lapisan ozon kita juga jadi jauh lebih awet karena kurangnya asap rokok yang dilepaskan ke udara.

2. Pornografi Bakal Ditendang Jauh-Jauh

Adolf Hitler
Kita boleh benci setengah mati dengan Hitler, tapi kita harus akui kalau sosok satu ini di sisi lain memang luar biasa. Selain membenci rokok, Hitler ternyata juga tak menyukai hal-hal yang berbau pornografi. Apa pun itu, mau hiburan atau pun yang lainnya.
Seumpama Hitler berkuasa, maka sudah barang pasti ia akan memberlakukan ini pula kepada dunia. Dampaknya pun bakal benar-benar gila. Prostitusi hilang, industri perfilman dewasa hilang, game-game dewasa hilang, dan lain sebagainya. Situs-situs porno online yang biasa kalian akses tidak akan pernah ada dan akan membuat generasi muda semakin produktif karena otaknya tidak rusak oleh film bangke tersebut. Tak hanya itu, ia pasti juga akan memberlakukan hukuman berat bagi siapa pun yang melakukan hal-hal asusila.

3. Hewan-Hewan Langka Mungkin Masih Terselamatkan

Hitler memberi makan hewan

Hitler mungkin kejam kepada manusia khususnya orang-orang Yahudi, tapi meskipun demikian ia begitu perhatian dengan binatang. Salah satu sisi lain dari seorang Hitler adalah ternyata ia merupakan seorang penyayang hewan. Di masa Nazi masih berjaya, diketahui sang Fuhrer ini melakukan berbagai aksi proteksi terhadap hewan. Mulai dari menghukum orang-orang yang menyiksa binatang sampai melarang hewan sebagai kelinci percobaan.
Ketika Hitler berkuasa atas dunia ini setelah menang Perang Dunia II, maka ia jelas akan memberlakukan hukum yang memproteksi hewan-hewan. Tak ada yang namanya pasar gelap hewan-hewan langka di Timur Tengah, program konservasi binatang digalakkan, kebun binatang yang benar-benar layak, hal-hal seperti ini yang pasti akan dilakukannya.

4. Palestina Akan Tetap Berdiri Utuh Sampai Hari ini

Bendera Palestina

Semenjak kekalahan Hitler di Perang Dunia II, orang-orang Yahudi mulai melakukan usaha untuk menempati Palestina. Aksi tersebut berhasil dan sekarang lihat sendiri bagaimana penduduk Palestina terusir dari tanah kelahiran mereka sendiri.  Yahudi membantai penduduk asli Palestina, tentunya kalian lebih tahu kebengisan tentara yahudi Israel terhadap penduduk palestina.  Seumpama Hitler menang, pasti sampai hari ini Palestina akan tegak berdiri.
Ketika Hitler tetap berjaya, mana berani orang-orang Yahudi berpongah. Yang ada Hitler justru akan melakukan perluasan wilayah untuk men-sweeping orang-orang Yahudi di dunia ini. Memang pada akhirnya Hitler akan mengumpulkan orang-orang Yahudi. Bukan di Palestina, tapi Madagaskar yaitu pulau yang dekat dengan benua Afrika.

5. Hitler Berkuasa, Banyak Perang Besar Sirna


Zionisme Mengontrol Dunia
Seperti yang kita ketahui, setelah terjadinya Perang Dunia II dan berakhir dengan kekalahan Nazi, dunia belum benar-benar damai. Masih ada beberapa perang susulan yang kini bergeser antara saingan pamor dan juga idealisme.
Tercatat ada beberapa perang besar yang terjadi setelah Perang Dunia II. Mulai dari Perang Dingin, Perang Korea, Perang Vietnam, dan masih banyak lagi. Seandainya Hitler jadi pemenang di Perang Dunia II, maka kemungkinan besar takkan ada lagi perang-perang semacam itu, karena Kapitalisme dan Komunisme sudah binasa sejak Hitler memenangkannya pada perang Dunia II, jadi tidak ada lagi persaingan antara Kapitalis dan Komunis.
Kesimpulannya adalah, segala sesuatu itu pasti punya sisi positifnya. Bahkan termasuk Hitler dan Nazinya yang seumpama mereka gagal kalah maka akan banyak hal besar yang akan terjadi terjadi. Tatanan dunia modern mungkin bakal berubah sangat drastis dibandingkan dengan apa yang kita saksikan hari ini.
Semoga Informasi ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita semua.
Penulis : Admin PJ
Sumber Naskah :


Sabtu, 14 September 2019

Sejarah Fasisme Ibrani: Para Yahudi Pecinta Hitler & Mussolini | Pegawai Jalanan

Anak-anak yahudi eropa 

Ketika Eropa dikuasai fasisme hingga berakhirnya Perang Dunia II, sebanyak enam juta orang Yahudi dibantai. Namun, ada cerita lain tentang salah satu tragedi kemanusiaan terbesar abad ke-20 ini. Sejumlah intelektual dan kelompok Yahudi menyambut ideologi fasisme sebagai ideologi pembebasan. Bagaimana bisa?

Dalam satu bagian koran Doar Hayom terbitan musim panas tahun 1932, redaktur surat kabar tersebut, Itamar Ben Avi, menyampaikan sebuah komentar. Dia mengatakan bahwa kenaikan Adolf Hitler ke puncak kekuasaan di Jerman tidak dapat dicegah. Selain itu, Ben Avi juga menyatakan solusi fasis ala Benito Mussolini di Italia seperti ragi dalam adonan dan solusi itu cocok diterapkan di Yishuv, daerah pemukim Yahudi di Palestina.
koran Doar Hayom

"Apa yang Italia dapat capai, juga [dapat dicapai] Yehuda!" seru Ben Avi.

Setahun setelahnya, beberapa minggu tak lama selepas Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (NSDAP) alias Nazi besutan Hitler menang pemilihan umum parlemen Jerman, koran Hazit Ha'am menyatakan bahwa tidak seperti kaum sosialis dan demokrat yang meyakini gerakan Hitler sebagai "kulit kosong" belaka. "Kami percaya ada kulit dan biji. Kulit anti-Semit ada untuk dibuang, tetapi tidak untuk biji anti-Marxis."


Tiga pendiri koran ini ialah Abba Ahimeir, Yehoshua Heschel Yeivin, dan Uri Zvi Greenberg. Mereka juga mendirikan organisasi Brit Habiryonim.


Ahimeir, Yeivin, dan Greenberg merupakan pengikut gerakan Zionisme Revisionis yang dicetuskan Ze'ev Jabotinsky. Namun, Ahimeir mengampanyekan pandangan politik baru yang kemudian disebut Revisionis Maksimalis.
zionisme

Peneliti kajian Israel Eran Kaplan menyebutkan perbedaan dua gerakan tersebut dalam "The Jewish Radical Right: Revisionist Zionism and It's Ideological Legacy" (2005). Ahimeir melancarkan banyak kritik ke sosialisme dan liberalisme sembari mendukung fasisme, sementara Jabotinsky justru menyatakan dukungannya terhadap demokrasi, parlementarisme, dan liberalisme klasik.

Di Antara Hitler dan Mussolini

Ahimeir memang mengagumi Vladimir Lenin sebagai pembawa panji Revolusi Bolshevik di Russia. Dia juga memulai karirinya di koran sayap kiri Hapoel Hatza'ir. Namun, bagi Ahimeir, kediktatoran komunis telah gagal di Jerman dan Cina. Uni Soviet di bawah Stalin, pengganti Lenin, malah mengadopsi "Sosialisme di satu negara".

Yang justru dikagumi Ahimeir adalah Mussolini. Sebagaimana ditulis Colin Shindler dalam The Rise of the Israeli Right (2015), pada September 1928, beberapa tahun setelah Mussolini dilantik sebagai perdana menteri Italia, Ahimeir menulis kolom mingguan bertajuk "Dari buku catatan seorang fasis" di Doar Hayom.

Hitler dan Mussolini


Salah satu artikelnya berjudul "Kedatangan Duce Kita". Duce merupakan julukan Mussolini yang berarti pemimpin. Di situ, Ahimeir menyertakan penggalan ayat Kitab Eksodus "Kami akan melakukan [apapun yang Tuhan perintahkan] dan [kemudian] kami akan mendengarkan" sembari menyampaikan pendapatnya bahwa pengikut Jabotinsky akan patuh secara buta.

Tanpa tedeng aling-aling mengungkapkan keinginannya memiliki seorang pemimpin tunggal kharismatik memang ciri gerakan Revisionis Maksimalis. "Dalam sebuah pertemuan gerakan Revisionis di Wina pada musim panas 1932, seorang anggota kelompok lain, Wolfgang von Weisl, mengusulkan agar Jabotinsky dinyatakan sebagai pemimpin tertinggi gerakan dan diberi hak otoritas tanpa batas (Jabotinsky menolak gagasan itu)," sebut Dan Tamir, sejarawan penulis Hebrew Fascism in Palestine, 1922-1942, di Haaretz.
Kampanye Zionisme di Palestina


Apapun itu, Italia dipandang sebagai model terbaik bagi negara-negara di Eropa dan Israel. Ahimeir menyatakan bahwa negara semacam Yugoslavia tidak menemukan jalan selain menerapkan model kediktatoran ala Italia. "Di Yugoslavia, kediktatoran kita lihat terbukti. Parlementarisme tidak berdaya menyelesaikan banyaknya masalah dalam negeri."


Sementara itu, Yeivin telah menyatakan Nazisme sebagai suatu gerakan pembebasan nasional. Shindler juga menunjukkan pembelaan Ahimeir kepada rasisme yang dilakukan Nazi. Bagi Ahimeir, rasisme yang ditemui dalam Nazi Jerman juga ada di Amerika Serikat (AS) dan Afrika Selatan.

Menyusul dilantiknya Hitler sebagai kanselir Jerman pada 1933, para Maksimalis yakin bahwa ada pelajaran yang dapat diambil dari bangkitnya Nazi menuju kekuasaan. Sedangkan koran Hazit HaAm menyatakan bahwa pers Yahudi telah bereaksi berlebihan terhadap Hitler dan Nazisme, padahal "Perbedaan antara Hitler dan Thaelmann [pemimpin Komunis Jerman] bahwa yang satu anti-Semit secara subjektif dan satu lagi secara objektif."

Para Fasis dari Israel

Dalam "From a Fascist's Notebook to The Priciples of Rebirth: The Desire for Social Integration in Hebrew Fascism, 1928-1942" (2014), Dan Tamir menelaah bahwa pelbagai artikel yang ditulis tokoh-tokoh Revisionis Maksimalis selama 1920-an hingga 1930-an mencerminkan ciri kelima fasisme yang dibedah Robert O. Paxton dalam The Anatomy of Fascism (2004), sebuah buku yang diterjemahkan ke bahasa Ibrani oleh Tamir. Ciri yang dimaksud ialah kebutuhan untuk pengintegrasian lebih erat masyarakat yang lebih murni, baik secara sukarela maupun melalui paksaan.

zionisme 

Dalam artikelnya di Haaretz, Tamir menceritakan bahwa trio Ahimeir, Yeivin, dan Greenberg memandang orang Yahudi secara keseluruhan dan Zionis secara khusus sebagai korban dalam sejarah Eropa dan Palestina. Mereka memuja kekerasan politik, terutama yang ditujukan kepada kelompok liberal secara khusus dan lawan secara umum.


Meski demikian, gerakan ini tidak berumur panjang. Ahimeir, Zvi Rosenblatt dan Avraham Stavsky dituding membunuh Chaim Arlosoroff, pemimpin buruh Zionis pada Juni 1933. Ahimeir lepas dari tudingan itu, namun dihukum karena memimpin organisasi ilegal dan dipidana dua tahun penjara. Tak lama, Doar Hayom berhenti terbit.


Tamir juga mencatat bahwa pemujaan Brit Habiryonim terhadap Hitler juga berumur pendek. Beberapa anggota organisasi ini bahkan memprotes pemerintahan Nazi dan mencuti bendera Swastika di konsultan Jerman di Tel Aviv. Sementara itu, kebersamaan Brit Habiryonim dengan Mussolini berlangsung hingga 1938, tahun ketika Il Duce mengesahkan hukum ras seperti yang diterapkan Nazi. Dua tahun sebelum itu, terbit sebuah buku berjudul Mussolini, His Personality and His Doctrine di Tel Aviv. Buku itu ditulis Zvi Kullitz.

Kullitz menempuh studi pelayaran di Italia pada era fasis Mussolini sejak 1933 hingga 1936. Selain dia, ada juga Avraham Stern, seorang alumni University of Florence. Sesampainya di Palestina, Stern gabung Irgun Tzvai Leumi, organisasi militer nasional Revisionis. Setelah Perang Dunia II, Stern keluar dan mendirikan organisasi Lehi, pejuang kemerderkaan Israel.

Pandangan Stern terangkum dalam buku Principles of Birth yang ditulisnya. Stern, sebagaimana para penganut Revisionis, menolak kebijakan Mandat Inggris atas Palestina. Untuk melawan Inggris, Stern berusaha menghubungi perwakilan Italia di Palestina dan Jerman di Beirut. Pada Februari 1942, Stern ditangkap dan dibunuh polisi Inggris. November tahun itu, pasukan koalisi Poros Jerman, Italia, Jepang kalah.


Sejarah Tragis George Eastman, Pencipta Kodak yang Mati Bunuh Diri | Pegawai Jalanan


Pada 1878 seorang pemuda asal Amerika Serikat bernama George Eastman hendak pergi berpetualang. Santo Domingo, Republik Dominika, adalah tujuannya. Sesuai saran teman kerja, Eastman kemudian membawa peralatan fotografi guna mengabadikan perjalanannya.


Jangan membayangkan peralatan fotografi pada zaman Eastman hidup sudah praktis seperti saat ini. Kamera sebesar microwave, tripod besar, plat kaca untuk memproses emulsi fotografis, serta beberapa bahan kimia, harus ikut diangkut. Perlu seekor kuda untuk mengangkut satu paket peralatan fotografi kala itu.
kamera pertama didunia

Eastman seakan harus memilih: melakukan perjalanan tanpa beban tapi tak menghasilkan dokumentasi atau menghasilkan dokumentasi tapi harus bersusah payah.


Dalam jurnal berjudul “Technology and the Market: George Eastman and the Origins of Mass Amateur” yang ditulis Reese V. Jenkins, menyatakan bahwa kesengsaraan membawa peralatan fotografi seperti yang dialami Eastman sudah lazim terjadi. Sejak kali pertama fotografi komersial diperkenalkan pada 1839 hingga akhir 1870-an, fotografi merupakan "mainan" yang tak praktis dan barang mewah. Selain itu, membutuhkan teknik yang rumit dalam menciptakan foto.


Kamera yang dibawa Eastman saat melancong ke Santo Domingo saja membutuhkan biaya setara dengan $118,7 pada hari ini. Biaya yang dikeluarkan sebesar itu hanya untuk mempelajari bagaimana memotret menggunakan kamera seukuran microwave, belum sampai pada biaya produksi. Segala kesulitan semacam ini hanya mau dilakoni oleh mereka dari kalangan profesional di bidang fotografi.


Pada zaman Eastman hidup, fotografi lebih serupa kerja sebagai laboratorium kimia. Pada 1850-an misalnya, untuk menghasilkan foto, dibutuhkan proses fotografi yang menggunakan teknik wet-collodion, teknik yang mencampurkan soluble iodide dan larutan collodion guna melapisi plat kaca. Teknik ini kali pertama dikembangkan oleh Frederick Scott Archer.


Namun, pengalaman susahnya berpetualang sambil membawa peralatan fotografi malah mendorong Eastman memutar otak untuk menciptakan teknik dan peralatan fotografi yang mudah dan praktis.

Kelahiran Kodak


Artikel pada British Journal of Photography yang terbit di akhir dekade 1870-an kemudian mengubah hidup Eastman. Dalam artikel itu, ditulis bagaimana membuat campuran kimia emulsi gelatin sensitif. Suatu bahan untuk menciptakan foto. Dalam “George Eastman: Founder of Kodak and the Photography Business” yang ditulis Carl W. Ackerman, disebutkan bahwa bahan untuk menciptakan formula itu ialah: Gel 40 grs, Bro Am 23¼ grs,Water ¾ oz, dan Silver 40 grs.

Eastman bersama kameranya

“Artikel berbahasa Inggris ini mengarahkan saya pada arah yang benar. Saya mulai mempelajari teknik ini di waktu luang—yang pada saat itu saya masih berstatus pegawai bank—untuk menyusun racikan emulsi yang dapat melapisi dan kemudian kering pada plat kaca,” kata Eastman sebagaimana yang dikisahkan Ackerman.

Ia rupanya tak ingin hanya sebagai orang yang mampu meniru sebuah teknik, Eastman kemudian menyempurnakan ramuan pada artikel itu dengan bereksperimen lebih lanjut. Tiga tahun berselang, dengan mengorbankan waktu luangnya, plat kering untuk melakukan proses fotografi akhirnya ia ciptakan.

Dengan memanfaatkan plat kering ciptaan Eastman, fotografer tak harus memikirkan bahan kimia atau kamar gelap—tempat untuk melakukan proses kimiawi fotografi. Pada 1880, tak hanya plat kering saja yang ia ciptakan, tapi mesin untuk memproduksi massal gambar pun ia ciptakan.

“Tidak akan ada orang yang akan melakukan proses pelapisan plat dengan tangannya selepas mereka melihat mesin (yang saya ciptakan),” ucap Eastman.

Paten berkode US226503 dengan judul “Method and Apparatus for Coating Plate” kemudian menjadi miliknya. Temuannya itu membawa Eastman masuk ke dunia bisnis fotografi. Namun, Eastman masih tak memutus statusnya sebagai pegawai bank.

Plat kering ciptaan Eastman laku di pasaran. Guna meningkatkan bisnisnya, mau tak mau Eastman harus menambah modal. Pada 1881, ia kemudian bermitra dengan Henry A. Strong, seorang pebisnis lokal. Mereka berdua selanjutnya mendirikan perusahaan bernama Eastman Dry Plate Company.

Selanjutnya, pada 1884 Eastman kemudian bermitra dengan William Hall Walker. Selain mengembangkan bisnis, kolaborasi itu juga dilakukan untuk mengembangkan dunia fotografi. Fotografi dengan gulungan film pengganti fotografi plat kaca, salah satunya diinisiasi oleh mereka. Selain film, kolaborasi antara Eastman dengan Walker pun melahirkan salah satu yang fenomenal di dunia fotografi: Kodak.

kamera dari masa ke masa

Eastman kemudian mendaftarkan Kodak sebagai merek resmi pada 4 September 1888, tepat hari ini 131 tahun lalu. Tanggal itu lalu dijadikan patokan sebagai tanggal berdirinya perusahaan Kodak.

Mengutip laman Metropolitan Museum of Art, Kodak berarti “teman kamera”. Istilah kodaking, kodakers, dan kodakery kemudian muncul untuk memiliki arti seperti istilah googling pada masa kini.

“You press the button, we do the rest” adalah moto Kodak kala itu. The Kodak, kamera yang diluncurkan pada 1888 merupakan salah satu tonggak sejarah fotografi modern. Kamera ini, mengubah kesulitan-kesulitan orang yang hendak membuat foto menjadi mudah.

Kala itu, kemampuan kamera yang bisa digunakan untuk 100 pengambilan gambar seharga US$25. Pemakai hanya perlu mengembalikan kamera ke Kodak untuk diproses dengan biaya cetak sebesar US$10. Hingga 1898, ada 1,5 juta roll film yang dihasilkan para fotografer amatiran.

Kisah Hidup Eastman yang Tragis

Eastman lahir pada 12 Juli 1854 di Waterville, New York, AS. Ia putra dari Maria Kilbourn dan George Washington Eastman. Dalam buku berjudul “George Eastman: A Biography” oleh Elizabeth Brayer, disebutkan bahwa keluarganya berasal dari daratan Inggris. Thomas Kilbourn, leluhur sang ibu berlayar menggunakan perahu kayu bernama “Increase” dari Inggris ke Connecticut pada 1635. Sementara Roger Eastman, leluhur sang ayah, merantau dari Wales ke New Hampshire memanfaatkan kapal layar bernama “Confidence” pada 1638.

George Eastman

Sebagai imigran, dua keluarga itu hidup dalam kesederhanaan. Trah Eastman, memulai hidup di tanah Amerika dengan bekerja sebagai tukang kayu. Meskipun keluarga sederhana, cita-cita tinggi tersemat di anak-cucu keluarga ini. Ayah Eastman, George Washington, ingin menciptakan lembaga pendidikan.


Ketika Eastman berumur 5 tahun, keluarganya pindah ke daerah bernama Rochester. Sang ayah memulai lembaga pendidikannya bernama Eastman Commercial College. Sayangnya, nasib mujur tak menyertai keluarga ini. Tak berselang lama, George Washington meninggal. Eastman Commercial Collage kemudian menghadapi masalah finansial. Keluarga kecil itu tak luput dari masalah ekonomi.

Eastman tak bisa mengenyam pendidikan tinggi. Di umur 14 tahun ia mesti bekerja membantu keuangan keluarganya berikut juga membantu pembiayaan saudara perempuan Eastman yang terkena polio. Pekerjaan pertamanya ialah sebagai pembawa pesan di perusahaan asuransi. Uang sebesar US$3 sepekan jadi imbalan. Kemudian, di perusahaan asuransi lainnya, Eastman memperoleh kerja baru, sebagai office boy.

Posisi yang rendah dan bergaji kecil tak mematahkan semangat Eastman. Selepas bekerja, ia mempelajari ilmu akuntansi. Setelah 5 tahun kemudian ia naik pangkat. Eastman bekerja di bank lokal di tempat tinggalnya sebagai staf junior. Uang sebesar US$15 per pekan mampu ia kantongi.

Artikel tentang ramuan emulsi fotografi yang ia baca di akhir dekade 1870-an dan kelahiran Kodak mengubah hidup Eastman. Sayangnya, kejayaan itu tak hidup selamanya. Pada masa tua Eastman, justru penuh dengan masalah. Robert I. Simon dalam bukunya berjudul “Suicide Assessment and Management” mengatakan bahwa masalah yang diderita Eastman bercabang. Mulai dari kesehatan, kehilangan anggota keluarga, isolasi sosial, hingga depresi.

Pada 14 Maret 1932 atau saat ia berusia 78 tahun, bersama hisapan rokoknya dan selepas dikunjungi beberapa orang mulai dari asisten pribadi hingga eksekutif Kodak, Eastman mengakhiri hidupnya. Ia mati dengan menembak diri di kamarnya. Pesan terakhir berbunyi: “Kepada teman-temanku. Pekerjaanku telah usai. Kenapa harus menunggu? George Eastman”.
G. Eastman 

Beberapa dekade setelah kematian Eastman, nyatanya dunia fotografi tak pernah usai berinovasi. Kehadiran kamera digital yang menggantikan teknologi konvensional telah mengubah segalanya termasuk bisnis perusahaan-perusahaan fotografi seperti Kodak. Kemunculan smartphone dengan fitur kamera juga menegaskan perubahan seabad lebih sejak Eastman sempat berjaya dengan temuan yang revolusioner pada zamannya.

Penyunting : Admin PJ
Sumber Literasi : https://tirto.id/sejarah-tragis-george-eastman-pencipta-kodak-yang-mati-bunuh-diri-cDRV

Sejarah Revolusi Rusia: Lahirnya Republik Sosialis Pertama di Dunia | Pegawai Jalanan

Ketika pertama berkunjung ke Uni Soviet pada awal 1960-an, ahli sejarah kulit hitam asal Guyana Walter Rodney terkejut menyaksikan buruh dan tani memadati bandara. Mereka menanti penerbangan dengan pesawat Tupolev 104. Seingat Rodney, yang sampai hari itu masih membayangkan bandara sebagai “institusi yang sangat borjuis”, hanya orang-orang tertentu (kelas atas) yang enteng bepergian dengan pesawat—dan Rodney bukan salah satunya.

Walter Rodney kiri

Begitu ke luar dari pintu bandara, ia makin tercengang saking banyaknya penjual buku di trotoar. “Bahkan di Amerika, orang bisa beli hotdog dan hamburger di trotoar, tapi tidak buku,” catat Rodney sebagaimana dikutip dalam Walter Rodney Speaks: The Making of an African Intellectual (1990).

Bagi Rodney dan banyak intelektual dunia terjajah lainnya, Uni Soviet adalah panutan: sebuah anti-tesis untuk bangsa-bangsa Eropa lainnya yang telah mengobrak-abrik, memiskinkan, dan memperbudak Afrika. Seperti halnya spirit Revolusi Perancis mendorong para budak Haiti untuk membebaskan diri dari bos-bos perkebunan kulit putih dan mendirikan republik pertama (1804) di luar Eropa dan Amerika, pendirian Uni Soviet mengilhami rakyat terjajah untuk menghabisi feodalisme, kapitalisme, dan imperialisme sekaligus—entah itu di Tiongkok, Kuba, Vietnam, Kongo, atau Tanzania.

propaganda unisoviet


Pada 7 November 1917 (atau 25 Oktober menurut kalender Rusia lama), tepat hari ini 101 tahun lalu, Revolusi Bolshevik mulai meletus. Para buruh dan tentara yang lelah berperang menduduki kantor-kantor pemerintahan di Petrograd (kini Saint Petersburg) dan malam keesokan harinya merebut Istana Musim Dingin, benteng terakhir Pemerintahan Provisional yang delapan bulan sebelumnya menggulingkan Tsar.


Hingga 1917, belum genap abad ke-20 berusia dua dasawarsa, Imperium Rusia telah diguncang tiga revolusi. Revolusi pertama, pada 1905, berhasil memaksa Tsar mendirikan Parlemen Duma, parlemen pertama sejak Imperium Rusia diproklamirkan oleh Tsar Ivan VI pada 1721—itu pun sempat dibekukan Tsar untuk mengusir anasir-anasir radikal. Revolusi kedua, Februari 1917, sukses menggulingkan monarki dan menggantikannya dengan republik. Revolusi ketiga—sering disebut “Revolusi Komunis”, “Revolusi Bolshevik”, atau “Revolusi Oktober”—yang meletus beberapa bulan setelah revolusi kedua, berhasil menyelamatkan Rusia dari ancaman kediktatoran militer, memadamkan Perang Dunia I, dan mendirikan republik sosialis pertama di dunia.

Revolusi Bolshevik

Revolusi Oktober tak hanya mengejutkan tatanan dunia kapitalis, tapi juga kaum Marxis yang ingin menggulingkannya. Mereka bertanya-tanya: bagaimana mungkin sebuah revolusi sosialis terjadi di tempat yang masih setengah feodal dan kapitalismenya belum sempurna? Haruskah tesis Marx—yang diikuti mayoritas kaum sosialis Rusia—tentang transisi dari masyarakat kapitalis ke sosialis direvisi? Mengapa revolusi justru tidak terjadi di negeri dengan kapitalisme lebih matang seperti Jerman?

Proletariat Industri adalah Kunci

Rusia di bawah Tsar memang sering disebut sebagai teladan buruk Eropa: terbelakang, feodal, dan telat mengalami industrialisasi. Praktik perhambaan (serfdom) yang mulai ditinggalkan sejak abad 14 di Eropa Barat masih bertahan di negeri Beruang Merah hingga 1865. Industrialisasi baru efektif berjalan hampir dua dekade kemudian, kalah 50 tahun dari Jerman dan Perancis, dan hampir seratus tahun dari Inggris.

“Sementara orang-orang barbar dari barat bermukim di puing-puing kebudayaan Romawi yang menyediakan bongkahan batu-batu tua untuk dibangun kembali, orang-orang Slav di timur cuma bisa menatap hamparan tanah yang kosong: jenjang kebudayaan nenek moyang orang-orang Slav itu bahkan lebih rendah dari mereka sendiri,” tulis protagonis Revolusi Oktober 1917 Leon Trotsky dalam The History of The Russian Revolution (1962: 3).

Tak ada parlemen, tak ada kelas kapitalis yang kuat, dan selama berabad-abad tak ada pangeran yang cukup mampu menentang sentralisasi kekuasaan di bawah Tsar di Moskow.
Tsar Alexander II

Tapi Rusia punya kaum tani yang radikal. Di bawah Tsar Alexander II, penghapusan praktik perhambaan (1861) gagal mengemansipasi petani. Dibebaskan tapi tak diberi tanah, sebagian besar dari mereka dipaksa jadi buruh atau tentara. Bertahun-tahun kemudian, catat sejarawan Sheila Fitzpatrick dalam The Russian Revolution (1994), industrialisasi serba mendadak di bawah Perdana Menteri Sergei Witte tak berhasil mendorong buruh-buruh kota menyesuaikan diri dengan disiplin pabrik dan gagal memutus koneksi mereka dengan kaum tani tradisional.


Radikalisasi petani sejak paruh kedua abad ke-19 berlangsung seiring mekarnya gagasan-gagasan sosialisme agraria yang salah satunya diwujudkan dengan aksi-aksi terorisme anti-Tsar yang akhirnya membunuh Alexander II dan justru memperkuat represi negara. Pada 1887, Alexander Ulyanov, abang Lenin, protagonis utama dalam Revolusi Bolshevik, digantung lantaran terlibat konspirasi pembunuhan terhadap Tsar Alexander III, suksesor Alexander II.

Alexander Ulyanov

Selama puluhan tahun, kaum tani radikal menghendaki bubarnya monarki dan mampusnya industri modern. Kelahiran Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia (1898)—kelak terbelah jadi Menshevik dan Bolshevik—menggeser wacana populisme agraria sebagai ideologi dominan gerakan kiri Rusia dan menggantikan kaum tani dengan buruh sebagai agen revolusi.

Bahkan lebih dari itu, faksi Bolshevik meyakini bahwa tahap revolusi borjuis—yang diharapkan kaum Marxis ortodoks bakal mendatangkan demokrasi liberal—mesti dilompati. Ini bisa terjadi lantaran kondisi objektif Rusia praktis mendudukkan negara—yang dibantu segelintir bisnis asing—sebagai pemain utama dalam kapitalisme dengan birokrasi yang jauh dari efektif. Walhasil, agenda penghancuran monarki, revolusi politik, modernisasi ekonomi, dan penghapusan masyarakat kelas terletak di pundak proletariat industri.

Dari Krisis ke Revolusi

Jika kekalahan Rusia melawan Jepang pada 1905 memicu krisis politik di dalam negeri dan memaksa Tsar untuk membuat konsesi dengan kaum liberal, kekalahan pasukan Rusia di sejumlah front Perang Dunia I memicu demoralisasi di kalangan tentara, menguras sumber daya domestik, dan akhirnya menyeret Dinasti Romanov sejengkal lebih dekat ke regu tembak.
keluarga romanov tsar terakhir

Revolusi Februari 1917 (atau Maret dalam kalender Rusia lawas) meletus setelah serangkaian protes dan pemogokan buruh di Petrograd sejak minggu-minggu terakhir 1916. Pada 23 Februari, para buruh perempuan dari pabrik-pabrik tekstil turun ke jalan memperingati Hari Perempuan Internasional. Hanya seminggu setelahnya, Tsar turun takhta dan digantikan oleh Pemerintahan Provisional, yang sejak pertengahan tahun diisi kader-kader Partai Sosialis Revolusioner—pewaris gerakan populis agraria dari abad sebelumnya—dan kaum Menshevik.

Selama beberapa bulan, meski sukses mengeluarkan sejumlah kebijakan progresif seperti penjaminan atas kebebasan pers, hak berserikat, dan hak pilih untuk perempuan, Pemerintahan Provisional yang menggulingkan Tsar terus ditekan oleh Soviet Petrograd (dewan perwakilan kota yang terdiri dari buruh dan tentara) lantaran gagal menghentikan perang dan memastikan kesediaan stok pangan.

Di sisi lain, seperti dicatat Sheila Fitzpatrick (hlm. 42), delapan bulan penuh ketidakstabilan di bawah Pemerintahan Provisional justru memberikan kesempatan bagi Partai Bolshevik untuk berubah dari organisasi bawah tanah menjadi partai massa, dengan anggota yang membengkak dari puluhan ribu ke ratusan ribu.
spanduk bertuliskan komunism

Pada September 1917, Perdana Menteri Pemerintahan Provisional Alexander Kerensky terpaksa mengoper ribuan pucuk senjata ke buruh dan tentara Petrograd yang telah berada di bawah pengaruh Bolshevik untuk menggagalkan kudeta yang diluncurkan panglima militer Rusia Jenderal Lavr Kornilov.

Dengan bedil di tangan Bolshevik, selebihnya adalah sejarah: tak genap dua bulan kemudian, meletuslah Revolusi Oktober.


Namun, tak lama setelah Rusia meneken Traktat Brest-Litovsk yang menandai penarikan mundur Rusia dari Perang Dunia I, elemen-elemen kontra-revolusioner langsung berbaris untuk membabat Moskow. “Jika Bolshevik-Bolshevik bajingan ini diizinkan mengendalikan Rusia]” tulis Dubes AS untuk Rusia David Francis sebagaimana dicatat China Mieville dalam October: The Story if the Russian Revolution (2017), “mereka bakal mengacaukan pemerintahan di seluruh dunia dan menjadi ancaman bagi masyarakat” (hlm. 310).


Sejak itu, sekutu-sekutu Rusia selama Perang Dunia I—Perancis, Inggris, dan AS—hingga musuh seperti Jerman bersatu mengganyang revolusi dan menduduki sebagian wilayah Rusia. Di sejumlah negeri inilah kelak sentimen anti-komunis merebak dan menemukan wujudnya yang paling ekstrem dalam fasisme Jerman. Perang Sipil pun pecah dan berlangsung selama empat tahun sampai akhirnya dimenangkan kubu komunis yang secara resmi memproklamirkan berdirinya Uni Soviet pada 22 Desember 1922.

Ada anekdot yang beredar kala itu bahwa pada Januari 1918, Lenin menari di tengah hamparan salju merayakan usia revolusi yang telah bertahan lima hari lebih lama dari Komune Paris, pemerintahan buruh pertama di Perancis yang bertahan sekitar tiga bulan pada 1871. Kekhawatiran Lenin akan tumpasnya revolusi berakhir seiring kemenangan Rusia di Perang Sipil pada 1922.

komunis menduduki paris

Namun, nasib yang tak lebih baik dari Komune Paris rupanya benar-benar terjadi bagi gerakan-gerakan kiri radikal di seluruh dunia yang menggencarkan pemberontakan bersenjata setelah Revolusi Oktober. Sepanjang 1918 hingga 1920-an awal, republik merah diproklamasikan dari Bavaria di Jerman, Finlandia, Hungaria, sampai Iran. Mayoritas hanya bertahan seumur jagung akibat kurang persiapan, dihajar elemen-elemen militer sayap kanan, pengkhianatan kubu kiri moderat, atau kombinasi ketiganya.

Dari pengalaman tragis itulah lahir pemahaman bahwa mustahil revolusi proletariat hanya berlangsung di satu negara; ia harus diperjuangkan serempak di berbagai belahan dunia.

Pada 1920, Bolshevik menyelenggarakan Kongres Bangsa-Bangsa Timur di kota Baku, Azerbaijan. Dikenal sebagai Kongres Baku, pertemuan yang dihadiri wakil dari Persia, Turki, Asia Tengah, hingga negeri-negeri Arab itu menghasilkan keputusan krusial: kaum komunis mendukung penuh kaum nasionalis radikal di negeri-negeri terjajah untuk merdeka dari belenggu tuan-tuan Eropa mereka.

Pada kongres itu pula Partai Komunis Belanda menyerukan “penghancuran kapitalisme Belanda” dan menyatakan bergabungnya “Sarekat Islam untuk perjuangan bersama melawan para penindas Belanda”.

Penyunting : Admin PJ

Sumber Literasi :


https://tirto.id/sejarah-revolusi-rusia-lahirnya-republik-sosialis-pertama-di-dunia-c9n4