Selasa, 12 Oktober 2021
REZIM KOMUNIS PALING BERUTAL DI ASIA TENGGARA
CERITA MALAYSIA HORMATI PAK HARTO
Indonesia dan Malaysia ibarat kakak dengan adik yang sering bertengkar satu sama lainnya, akan tetapi pertengkaran saudara hanya sesaat saja. Bahkan jika salah satunya diusik oleh negara lain maka yang satunya lagi akan merasa jengkel. Bahkan netizen Indonesia sering mengatakan "hanya Indonesia yang boleh mengganggu Malaysia" seperti saat terjadi singgungan antara Israel dan Malaysia beberapa bulan yang lalu. Israel sempat mengeluarkan ancaman terhadap negara Jiran kita Malaysia, akan tetapi netizen Indonesia yang biasanya ribut bergaduh dengan netizen Malaysia tanpa diduga beramai-ramai membela Malaysia dengan bersemangat.
Sebagai negara bertetangga, hubungan Indonesia dan Malaysia sering panas dingin. Dulu Presiden Soekarno mengobarkan perang gerilya dengan Malaysia pada periode 1963 dengan selogan Ganyang Malaysia. Karena Bung Karno menganggap malaysia adalah negara boneka bentukan Inggris yang akan sangat mengganggu kawasan Asia Tenggara. Namun setelah Soekarno jatuh, Soeharto tak berniat melanjutkan peperangan itu karena Pak Harto lebih melihat permasalahan dalam negeri yang saat itu sedang morat-marit ekonominya. Inflasi tidak terkendali, bahan-bahan makanan pokok melambung tinggi harganya dan rakyat menjerit karena mengalami kesulitan ekonomi. Kemudian Soeharto secara perlahan menggagas perdamaian antar kedua negara serumpun tersebut. Malaysia menyambut dengan sangat baik uluran perdamaian Indonesia. Kala itu Malaysia pun kewalahan menghadapi gerilyawan Kalimantan yang sebenarnya merupakan pasukan elite TNI. Malaysia bahkan sampai meminta bantuan pada pasukan elite inggris dan negara persemakmuran Inggris lainnya.
Perdana Menteri Malaysia Tun Mahatir bin Mohamad kemudian menjadi sahabat Soeharto. Dia memuji kepemimpinan Soeharto yang berwibawa dan disegani tersebut. Kala itu Malaysia sangat menghormati Indonesia.
"Saya merasa terhormat dapat diterima Pak Harto sebagai sahabat," kenang Mahatir dalam buku 'Pak Harto The Untold Stories' terbitan Gramedia Pustaka Utama.
Dalam artikel ini akan kami paparkan beberapa cerita penghormatan Malaysia untuk presiden Soeharto karena melalui beliaulah persahabatan negara serumpun ini dapat terwujud:
Kampung Soeharto di Malaysia
Kampong Soeharto semula bernama Sungai Dusun. Perubahan nama terjadi setelah kunjungan Presiden Soeharto bersama lbu Siti Hartinah Soeharto yang disambut Perdana Menteri Malaysia Tun Abdul Razak pada 18 Maret 1971. Presiden Soeharto mengunjungi kawasan tersebut adalah untuk melihat keberhasilan perkebunan kelapa sawit. Lebih dari itu, kunjungan tersebut merupakan momentum adanya normalisasi hubungan bilateral antara Republik Indonesia dengan Malaysia. Seperti diketahui pada era tahun 1960an, hubungan Indonesia-Malaysia tidak harmonis.
Kampong Soeharto terletak di Hulu Selangor merupakan sebuah daerah yang terletak di sebelah utara Selangor. Secara geografis, Hulu Selangor berada di sebelah utara Lembah Klang dengan luas sekitar 174,047 hektar. Pada tahun 2005 jumlah penduduknya mencapai 178.500 jiwa. Penduduk Kampong Soeharto terdiri dari etnis Melayu (Kedah, Kelantan, Johor, Pulau Pinang, Perak), Jawa, Banjar dan India. Tidak mengherankan apabila penduduk Kampong Soeharto ada yang berasal dari Pulau Jawa dan telah bermukim sejak tahun 1960-an.
Perubahan nama dari Sungai Dusun menjadi Kampong Soeharto adalah untuk mengenang kunjungan tersebut. Menariknya, seluruh fasilitas umum di Kampong Soeharto dinamakan pula Soeharto. Seperti sekolah-sekolah dinamakan Soeharto. Begitu pula poliklinik (Puskesmas) dinamakan Soeharto.
Kampung ini dirubah namanya Kampong Soeharto atau Felda Soeharto untuk menghormati Presiden kedua RI. Kunjungan Soeharto ke Selangor tersebut sekaligus mencairkan hubungan Indonesia-Malaysia yang sempat tegang akibat konfrontasi Ganyang Malaysia yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno.
'Seorang yang benar-benar, sungguh-sungguh'
Pada pertemuan yang berlangsung tahun 1970, Tunku Abdul Rahman selaku Perdana Menteri Malaysia sempat berdialog dengan Presiden Soeharto mengenai Selat Malaka. Namun, secara tiba-tiba, Tunku Abdul Rahman melontarkan sebuah pernyataan berupa pujian yang ditujukan untuk Presiden Soeharto. ” Seorang yang benar-benar, sungguh-sungguh. ” puji Tunku Abdul Rahman.
Kala itu, Tunku Abdul Rahman memuji Soeharto karena komitmennya mewujudkan perdamaian antara Indonesia dan Malaysia. Menurutnya, Soeharto berperan besar untuk mengembangkan hubungan baik antara Indonesia dengan Malaysia. Sampai saat ini hubungan baik itu tetap terjaga diteruskan oleh pemimpin kedua belah pihak dari masing-masing negara.
Menghormati Pak Harto sebagai pemimpin ASEAN
Pujian ini dicetuskan oleh mantan Perdana Menteri Malaysia yaitu Mahatir Mohamad. Menurut Mahatir, Presiden Soeharto sangat disegani para pemimpin di ASEAN. Indonesia kala itu memegang peranan penting di Asia Tenggara,
"Di ASEAN, Pak Harto memainkan peranan yang sangat penting. Para pemimpin negara ASEAN mendudukkan Pak Harto sebagai orang tua. Kejatuhan Pak Harto merupakan kerugian yang besar di Asia Tenggara karena beliau sangat dihormati oleh para pemimpin ASEAN lainnya," kenang Mahatir dalam buku Pak Harto The Untold Stories terbitan Gramedia Pustaka Utama.
Indonesia pun digelari Big Brother di ASEAN. Mereka sering menunjuk Indonesia untuk menjadi penengah bila ada konflik diantara anggota ASEAN.
'Indonesia lebih jaya dari Malaysia'
Saat Presiden Soeharto berkuasa, Perdana Menteri Mahatir Mohammad tak pernah meremehkan Indonesia. Dia membenarkan infrastruktur di Malaysia lebih maju. Tetapi itu disebabkan wilayah Malaysia yang jauh lebih kecil.
"Kita tidak boleh membandingkan Indonesia dengan Malaysia. Indonesia adalah negara yang luas dengan banyak pulau, jumlah penduduk yang besar dengan suku-suku yang dimiliki. Sedangkan Malaysia adalah negara kecil sehingga lebih mudah kami mengurus sesuatu. Jadi kejayaan Pak Harto lebih besar dibandingkan kejayaan di Malaysia," kenang Mahatir di buku Pak Harto The Untold Stories terbitan Gramedia Pustaka Utama.
Begitu pula dengan Singapura yang merupakan negara paling maju di Asia Tenggara. Mahatir menilai Singapura hanya negara kota.
"Melihat Indonesia tidak bisa sama dengan melihat Malaysia. Sama halnya melihat Malaysia dengan Singapura, karena Singapura hanya sebuah bandar (kota). Dengan demikian, mengelola sebuah negara yang kecil lebih mudah dibandingkan mengelola sebuah negara yang besar." Kata Mahatir Mohammad.
'Indonesia dan Malaysia satu bangsa'
Menurut mantan Perdana Menteri Malaysia Mahatir Mohamad Indonesia dan Malaysia adalah satu bangsa. Begitu juga Soeharto yang menganggap Indonesia dan Malaysia bersaudara.
"Pak Harto menganggap Malaysia sebagai bangsa yang serumpun, begitu pula saya menempatkan Indonesia sebagai bangsa serumpun. Hanya karena sejarah yang membuat Indonesia dan Malaysia terpisahkan, namun sesungguhnya kedua bangsa berasal dari satu bangsa."
"Dimana-mana, dalam hubungan dua negara selalu ada konflik. Secara geografis Malaysia berada di tengah-tengah di antara lima negara ASEAN. Dengan setiap negara, Malaysia memiliki masalah. Malaysia memiliki masalah dengan Thailand, Singapura, Philipina, Brunei Darussalam, dan Indonesia, tetapi yang paling mudah diselesaikan adalah dengan Indonesia. Jadi saya merasa berutang budi terhadap Indonesia dan Pak Harto," puji Mahatir.
Itulah beberapa cerita yang menyebutkan negara jiran terdekat kita menghormati Pak Harto, dan akhirnuya hubungan baik yang dirintis Pak Harto bertahan sampai hari ini dan masa-masa yang akan datang. Dengan hubungan baik itu akhirnya kedua negara dapat memetik hasilnya dengan saling bekerja sama dalam bidang ekonomi, militer, pendidikan dan lain sebagainya.
Argha Sena
Minggu, 10 Oktober 2021
DUA TOKOH PAHLAWAN DARI KALANGAN KOMUNIS!!!
Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, ternyata Belanda tidak mengakui kemerdekaan tersebut. Bahkan Belanda ingin kembali menjajah Indonesia pasca kekalahan Jepang karena di jatuhi Bom Atom oleh Amerika Serikat. Pasukan sekutu mendarat di Indonesia untuk mengevakuasi orang Belanda yang menjadi tahanan Jepang, sekaligus meminta pihak Indonesia untuk menyerahkan senjata-senjata Jepang yang sudah dirampas oleh rakyat Indonesia. Pihak sekutu mengultimatum Indonesia untuk menyerahkan senjata yang sudah dirampas tersebut. Akhirnya ribuan rakyat Indonesia memutuskan melawan pasukan Sekutu yang dituding berpihak kepada Belanda dengan pasukan NICA. Lebih dari belasan ribu penduduk Surabaya dan sekitarnya tewas dalam pertempuran itu.
Sejak era pemerintahan Presiden Soekarno, Indonesia telah menganugerahi gelar pahlawan bagi sejumlah tokoh-tokoh nasional, baik yang mengangkat senjata, tulisan atau pemikirannya untuk melawan penjajahan.
Dari sejumlah nama yang dipublikasikan, ada dua tokoh komunis yang pernah menerima gelar tersebut, siapa saja mereka? Keduanya adalah Alimin dan Tan Malaka. Mereka berdua adalah tokoh perjuangan sekaligus tokoh komunis pertama.
Alimin bin Prawirodirdjo, dianugerahi sebagai pahlawan nasional berdasarkan SK Presiden No. 163 Tahun 1964 tertanggal 26-6-1964. Sejak remaja, Alimin aktif dalam pergerakan nasional. Dia pernah menjadi anggota Boedi Oetomo, Sarekat Islam, Insulinde.
Setelah berpisah dengan Sarekat Islam, Alimin bersama-sama dengan Semaoen dan Darsono mendirikan Perserikatan Komunis di Hindia (PKH) dan kemudian berganti menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Alimin kemudian dipilih sebagai salah satu pemimpin dalam organisasi tersebut.
Awal 1926, Alimin berangkat ke Singapura untuk berunding dengan Tan Malaka untuk mempersiapkan pemberontakan melawan Belanda. Belum juga menginjakkan kakinya di Indonesia, ternyata pemberontakan sudah dimulai pada 12 November 1926. Dia dan Musso ditangkap polisi Inggris.
Setelah keluar dari penjara, Alimin pergi ke Moskow dan bergabung dengan Komintern. Di sana dia bertemu dengan Ho Chi Minh dan diajak ke Kanton (Guangzhou). Saat itu, ia terlibat secara ilegal mendidik kader-kader komunis di Vietnam, Laos, dan Kamboja untuk melawan penjajah dan merebut kemerdekaan dari jajahan Prancis.
Dia kembali ke Indonesia pada 1946 setelah naskah proklamasi dibacakan. Dia kembali bergabung dengan PKI, sebagai tokoh senior. Sempat menjadi anggota konstituante di era Orde Lama. DN Aidit menghidupkan kembali PKI di awal tahun 1950-an dan menjadi Ketua Komite Sentralnya. Namun Alimin tak diajak bergabung. Alimin lalu meninggal tahun 1964.
Tan Malaka juga merupakan salah satu tokoh berpengaruh, baik dalam pergerakan Indonesia maupun komunis. Pria bernama asli Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka ini semula bergabung dengan Sarekat Islam (SI), di organisasi inilah dia ditawari untuk bergabung dengan PKI. Akibat rongrongan Semaoen dan Darsono, SI kemudian pecah menjadi SI Putih dan SI Merah. Di sinilah awal bergabungnya Malaka bersama PKI. Akhir 1921, dia diangkat menjadi ketua PKI menggantikan Semaoen yang meninggalkan Indonesia menuju Moskow, Uni Soviet. Berbeda dengan Semaoen yang berhati-hati, Malaka memiliki pemikiran yang radikal.
Meski memimpin PKI, dia tetap membangun hubungan baik dengan Sarekat Islam. Malaka beranggapan, komunis dan Islam memiliki tujuan yang sama dan bisa dipakai dalam revolusi Indonesia. Sebuah pemikiran yang bertentangan dengan kelompok komunis di Barat, mereka menganggap agama adalah alat oleh kelas penguasa. Pemikirannya yang radikal membuatnya ditangkap pemerintah Hindia Belanda, dia lantas ditangkap saat mendatangi sekolah yang didirikannya dan dibuang ke Kupang. Namun, dia meminta agar dibuang ke Belanda.
Di negeri Kincir Angin itu, dia bergabung dengan Partai Komunis Belanda, dan sempat menjadi kandidat terkuat mengisi kursi kepemimpinan di organisasi itu. Setelah itu, dia pernah mendatangi beberapa negara sebelum kembali ke Indonesia. Silahkan baca buku karya Tan Malaka "Dari Penjara ke Penjara" untuk mengetahui perjalanan hidup Tan Malaka.
Usai proklamasi dibacakan, dia kembali menggunakan nama aslinya setelah 20 tahun memakai nama palsu. Dia menuju Pulau Jawa dan menyaksikan perjuangan rakyat melawan tentara Inggris. Dia melihat adanya perbedaan cara pandang terhadap bentuk perjuangan antara rakyat dengan pemerintah. Dia menganggap pemerintah terlalu lemah menghadapi bangsa Barat. Tan Malaka terkenal dengan sikapnya yang tidak mau kompromi terhadap Penjajah, Merdeka 100% menjadi tujuan hidupnya untuk menjadikan Rakyat Indonesia benar-benar sejahtera.
Dia pun mendirikan Persatuan Perjuangan, dan menggabungkan 140 organisasi kecil tanpa mengundang PKI. Dalam sebuah kongres, organisasi bentukannya hanya menginginkan kemerdekaan sebagai satu-satunya solusi, mendesak Soekarno-Hatta memenuhi harapan rakyat dan menasionalisasi perusahaan perkebunan dan industri asing.
Malaka pernah bertemu dengan Soekarno, tokoh proklamasi Indonesia ini meminta Malaka agar ikut membantunya dalam perjuangan melawan Belanda. Konon, Soekarno pernah memintanya untuk menjadi penggantinya jika ditangkap sekutu.
Agresi militer yang dilancarkan Belanda membuat Malaka tak mampu membesarkan Partai Murba yang didirikannya. Tujuan utamanya adalah menjadikan Indonesia merdeka 100% tanpa harus beramah tamah terhadap maling yang menjajah dan mengeruk sumber daya alam kita. Dengan alasan tersebut makanya dia tak mau bernegosiasi dengan barat demi kemerdekaan Indonesia.
Hidupnya berakhir akibat ditembak mati pasukan TNI ketika sedang bertahan saat menghadapi serangan Belanda. Dalam keadaan terluka, dia berjalan ke sebuah pos TNI dan tewas akibat peluru dari saudara sebangsanya sendiri tepatnya pada 21 Februari 1949. Dia ditembak mati oleh Letda Sukotjo dari Batalion Sikatan.
Argha Sena
Minggu, 03 Oktober 2021
DUKUN SAKTI PKI YANG KEBAL, TAPI AKHIRNYA MATI BERSAMA 80 PENGIKUTNYA
Jumat, 01 Oktober 2021
DUA PERWIRA TNI-AD DIBUNUH MENGGUNAKAN KUNCI MORTIR!!! 02 OKTOBER 1965
Peristiwa berdarah yang meregut 6 Jenderal dan 1 Perwira TNI-AD yang terjadi pada tanggal 30 September malam atau 01 Oktober pagi di Lubang Buaya, ternyata diikuti sampai daerah-daerah. Salah satunya adalah yang terjadi di Yogyakarta yang memakan korban yaitu Kolonel Katamso yang kemudian secara anumerta dinaikan pangkatnya setelah beliau gugur menjadi Brigadir Jenderal. Brigadir Jenderal TNI (Anumerta) Katamso Darmokusumo (5 Februari 1923 – 1 Oktober 1965) adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia, Ia merupakan mantan Komandan Korem 072/Pamungkas. Katamso termasuk tokoh yang terbunuh dalam peristiwa Gerakan 30 September. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara, Yogyakarta. Bagimanakah kisah kematian tragis beliau karena dieksekusi oleh tentara yang berada pada kubu PKI? Berikut ini adalah ulasannya.
Tanggal 1 Oktober 1965 pagi itu kebingungan melanda kalangan tentara. Tak hanya di Jakarta, para prajurit di berbagai daerah pun turut bertanya-tanya. Di Yogyakarta, Katamso Darmokusumo selaku Komandan Korem 072 Kodam VII/Diponegoro juga belum mengetahui dengan pasti apa yang sebenarnya telah terjadi di ibukota. Kegelisahan bertambah ketika pukul 08.00 WIB, terdengar siaran RRI Semarang yang mengatakan bahwa Dewan Revolusi Daerah Jawa Tengah sudah terbentuk, menyusul Dewan Revolusi di Jakarta yang satu jam sebelumnya telah dideklarasikan oleh Letkol Untung dari pusat.