F Agustus 2022 ~ PEGAWAI JALANAN

Rabu, 03 Agustus 2022

DUKUN PALING BRUTAL DALAM SEJARAH PERDUKUNAN DI INDONESIA!!!

 


Fenomena dukun sakti yang dapat mengobati berbagai penyakit terus ada saja di Indoensia, orang sakti yang luar biasa menunjukan kebolehannya terus menjadi perbincangan yang hangat dalam masyarakat kita. Akan tetapi parahnya ternyata banyak yang percaya dan meyakini, sampai banyak orang sakit parah yang datang untuk berobat kepada dukun tersebut. Mungkin ada keputusasaan dari keluarga pasien atau pasien itu sendiri dengan pengobatan medis, sehingga akhirnya mereka lari menuju dukun yang dikatakan sakti untuk meminta obat. Yang menjadi masalah adalah, sudahlah mereka sakit parah misalnya menderita penyakit kanker stadium akhir, dia datang berobat kepada dukun ternyata sang pasien diberikan harapan palsu, dan parahnya mereka harus membayar mahar tertentu untuk biaya pengobatan khusus tersebut.

Dalam keadaan seperti ini ternyata ada juga orang yang berusaha membongkar trik yang digunakan untuk atraksi saat pengobatan ataupun penanganan khusus tersebut. Dan kita harusnya berterimakasih terhadap pemuda tersebut yang rela terancam hidupnya membongkar dunia dukun santet atau dukun yang menipu masyarakat. Semoga makin banyak masyarakat yang tercerahkan dan menjadi semakin cerdas. Logika saja kalau memang benar sang dukun hebat bisa menyembuhkan kanker atau penyakit semacamnya yang dikatakan gangguan jin atau setan atau sejenisnya, maka dunia kedokteran modern akan tergantikan dengan kesaktian para dukun. Dan WHO pasti sudah mengundangnya untuk mengajarkan ilmunya tersebut untuk menyelamatkan masyarakat dunia dari penyakit.

Kita tidak sedang menceritakan masalah trik dukun yang sedang viral ini, tapi kita akan menceritakan sebuah kisah yang pernah menggemparkan Indonesia kala itu. Dukun yang ada sekarang ternyata masih kalah brutal dengan dukun yang satu ini, sejarah mencatatnya dengan jelas bahkan sampai dibuat film, agar kita semua teredukasi jangan sampai kita terjebak dalam kisah yang sama dan sangat mengerikan itu. Korban yang meninggal dijadikan tumbal sang dukun tidaklah tanggung-tanggung, ada 42 perempuan yang dijadikan tumbal dan dibunuh oleh sang dukun, mari kita simak kisahnya.

“Kami, majelis hakim, memutuskan bahwa saudara terdakwa dijatuhi hukuman mati!” Haogoaro Harefa, hakim ketua yang memimpin jalannya persidangan pada 24 April 1998 tersebut memutuskan perkara dengan mantap. Gemuruh tepuk tangan para hadirin pun langsung memadati ruang sidang. Sementara terdakwa yang bernama Suradji tampak tenang usai vonis dibacakan. Bahkan, beberapa kali ia tertangkap melempar senyum ke arah juru warta, seolah vonis tersebut bukan perkara serius.

“Saya minta banding,” katanya pelan, saat ditanya hakim mengenai sikapnya terhadap putusan pengadilan. Bagi warga Sumatera Utara, Suradji bukan sembarang orang. Ia, yang biasa akrab disapa Dukun AS, adalah tersangka pembunuhan berantai dengan korban tewas sebanyak 42 orang. Semua korbannya adalah perempuan. Aksi keji itu ia lakukan dalam kurun waktu 1986-1994 di Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Motif pembunuhan didasari klaim Suradji atas wangsit dari mendiang ayah yang memerintahkannya untuk membunuh 70 perempuan agar jadi sakti mandraguna. Klenik Sejak dalam Pikiran Seperti halnya Robot Gedek yang pernah bikin geger Jakarta dua dekade silam, penampilan dukun AS tak terlihat kontroversial. Ia kurus, jangkung, dan orang-orang mungkin lebih mengira ia sebagai pegawai kelurahan dibanding kriminal.

Suradji dibesarkan oleh pasangan Jogan dan Sartik. Sang ayah, yang berprofesi sebagai dukun, meninggal kala ia baru berusia tujuh bulan. Masa kecilnya hampir sama dengan anak-anak desa pada umumnya; bermain dan berlarian di ladang. Di lingkungan tempatnya bermukim, Suradji lebih dikenal dengan nama “Nasib Kelewang”—nama yang disematkan karena ketika kecil ia pernah tercebur sumur dan selamat. Menurut pengakuan ibunya, selain bermain di ladang, Suradji juga tertarik mempelajari ilmu dukun sejak umur 12 tahun lewat buku-buku peninggalan sang ayah. Hidup Suradji berubah 180 derajat saat ia memutuskan untuk berpoligami. Tak tanggung-tanggung, Suradji menikahi dua perempuan sekaligus yang semuanya masih punya pertalian saudara dengan istri pertamanya, Tumini. Suradji menikah lagi dengan alasan ingin punya anak perempuan, sesuatu yang tidak didapatkannya bersama Tumini. Pada saat bersamaan, Suradji kian getol menyelami lautan klenik. Ia mengaku bahwa dalam mimpinya, sang ayah kerap datang dan mengajarinya berbagai ilmu kesaktian. Terlepas apakah Suradji betulan sakti atau tidak, masyarakat setempat menganggap dirinya “orang pintar” alias dukun. Di rumahnya, Suradji melayani bermacam jenis jasa, mulai dari mengobati orang sakit hingga pasang susuk.

Pada suatu malam, Suradji bimbang. Pasalnya, mendiang sang ayah kembali datang di mimpinya. Dalam pertemuan itu, sang ayah berpesan: jika ia ingin ilmunya semakin sakti dan bisa memberikan “kebaikan” bagi orang-orang di sekitar, ia harus mengorbankan setidaknya 70 nyawa perempuan. Setelah lama menimbang-nimbang, Suradji akhirnya melaksanakan petuah sang ayah. Maka, diburulah sejumlah perempuan untuk ditumbalkan. Aksi brutal Dukun AS mulai terendus pada sekitar tahun 1997. Aparat Mapolsek Sunggal menemukan 42 rangka manusia di ladang tebu di Dusun Aman Damai, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara. Rata-rata korban berumur 13 sampai 27 tahun.

Dalam laporan dijelaskan bahwa penemuan tersebut berangkat dari informasi seorang pemuda lokal yang tanpa sengaja mendapati mayat tanpa busana di ladang tebu. Korban bernama Sri Kemala Dewi. Mulanya polisi mengira pelaku pembunuhan adalah suami Dewi sendiri. Sebab, menurut keterangan warga, keduanya sempat terlibat pertengkaran pada malam sebelum Dewi menghilang. Akhirnya, seorang warga bernama Andreas mengaku pernah mengantarkan Dewi ke rumah Suradji guna melakukan konsultasi. Polisi lantas menindaklanjuti keterangan Andreas. Datanglah mereka ke rumah Suradji. Saat ditanya polisi, Suradji mengaku Dewi memang mengunjungi rumahnya. Namun, terang Suradji, “Dewi pulang selepas Maghrib.” Pengusutan kasus sempat terhenti karena bukti-bukti yang ditemukan tak cukup. Tapi, polisi tak kehilangan akal. Mereka kemudian mendalami sejumlah laporan orang hilang dalam beberapa tahun terakhir.

Dari hasil pendalaman ditemukan satu benang merah: sebagian besar korban adalah pasien Suradji. Temuan tersebut mendorong polisi untuk kembali mendatangi rumah Dukun AS. Satu per satu sudut rumah disisir secara seksama. Akhirnya polisi menemukan beberapa helai pakaian perempuan dan perhiasan. Barang bukti itulah yang membuat Suradji ditangkap. Dalam proses interogasi, Suradji mengaku bahwa ia yang membunuh Dewi dan 41 perempuan lainnya demi “memperoleh ilmu sakti.” Tak cuma menghabisi nyawa, Suradji juga menyikat barang-barang berharga milik korban.

Takut, Tobat, Sebelum Akhirnya Ditembak di Tempat Kehidupan penjara turut mengubah perilaku Dukun AS. Dukun AS telah “bertobat dan membuang semua ilmu kebatinan yang dimilikinya” selama ditahan. Dukun AS diberi penjelasan dari segi agama bahwa ilmunya tersebut dapat mempersulit dirinya ketika dijemput ajal nanti. Nasihat tersebut diterima Dukun AS sehingga terpidana mati itu segera membuang ilmu kebatinan yang dimilikinya. Sejak membuang kleniknya, Dukun AS rajin mengikuti pengajian yang diselenggarakan dua kali sebulan di LP Kelas I Tanjung Gusta Medan. Kepala LP Kelas I Tanjung Gusta Medan, Ace Hendarmin, menyebut Dukun AS “sudah tobat” dan “punya aktivitas ibadah yang luar biasa”. Jika napi lain langsung keluar mushola setelah sholat, Dukun AS akan berdiam diri untuk berzikir dalam waktu yang cukup lama.

Di tengah pertobatannya itu, Dukun AS sempat merasa tertekan setelah mengetahui rencana Kejaksaan Tinggi Sumut yang akan melaksanakan eksekusi mati terhadap dirinya. Kabar tersebut membuat stres Dukun AS mengingat, ia masih mengharap diberi grasi oleh presiden sebab “sudah memperlihatkan perubahan baik dalam penjara.” Setelah divonis mati oleh Pengadilan Negeri Lubuk Pakam, Deli Serdang, kuasa hukum Dukun AS mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung tiga tahun kemudian. Upaya kasasi itu ditolak. Pada 2004, dibantu Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan, Dukun AS melayangkan grasi ke presiden. Hasilnya: grasi ditolak pada 27 Desember 2007.

Tak menyerah, beberapa minggu kemudian, tim kuasa hukum Dukun AS lagi-lagi mengajukan grasi. Upaya ini gagal membuahkan hasil. Grasi Dukun AS dikembalikan karena dianggap “belum memenuhi masa dua tahun dari grasi pertama.” Penolakan itu membuat kuasa hukum Dukun AS bertanya-tanya. Menurut mereka, ada kejanggalan sebab penolakan grasi seharusnya dikeluarkan melalui Keputusan Presiden (Keppres)—sebagaimana grasi yang pertama—bukan lewat Sekretariat Negara (Setneg). Upaya hukum yang diajukan tim Dukun AS pada akhirnya sia-sia.

Pada 10 Juli 2008, tiga peluru dari Brigadir Mobil (Brimob) Polda Sumatera Utara menembus dadanya. Dukun AS tewas di tempat. Atas permintaan keluarga, jenazahnya langsung dikebumikan keesokan harinya. Kendati sudah dieksekusi mati, penolakan terhadap Dukun AS masih kencang. Warga Desa Sei Semayang, tempat tinggal Dukun AS, tidak terima apabila Dukun AS dikuburkan di desa mereka. Salah satunya diutarakan ibu dari korban Suradji yang bernama Dewi. Dia menegaskan keluarganya takkan ikhlas melihat kuburan Dukun AS bersanding dengan makam putrinya. “Jika memang harus ditanam di desa itu, jangan dikuburkan di TPU. Kuburkan saja di depan rumahnya, jangan di perkuburan umum,” katanya. Ia pun melanjutkan “Terlalu berat penderitaan kami akibat perbuatan Dukun AS. Kami tidak terima jika dia dikuburkan di desa ini.” Dukun AS pernah mengatakan, “Sihir hitam datang dari Tuhan. Aku tidak memilikinya lagi, aku telah bertobat. Kuharap aku punya kesempatan untuk hidup.”

Dukun AS lupa, jika sebagai manusia kita pasti akan mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita semasa hidup. Jika tidak mendapatkan  balasan didunia, maka balasan di akhirat oasti menanti. Itulah kisah dukun paling brutal di Indoensia yang tercatat dalam sejarah perdukunan di negri ini, semoga kisah ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, jangan pernah mempercayai dukun dengan segala triknya. Kita harus lebih rasional dalam menyikapi berbagai hal, agar tidak mudah dibohongi, jika kita mudah ditipu jelas uang melayang bahkan nyawa juga bisa terancam.

 

Sumber : Tirto.id