F Februari 2022 ~ PEGAWAI JALANAN

Senin, 28 Februari 2022

AMERIKA SERANG IRAQ BOLEH!!! RUSIA SERANG UKRAINA SALAH!!!

Dunia sedang bergejolak di tengah memanasnya perseteruan antara Rusia dan Ukraina. Rusia mulai melakukan serangan militer pada 24 februari 2022 serta memerintahkan Ukraina untuk menarik senjata dan pasukannya dari perbatasan. Bahkan Vladimir Putin mengatakan dengan tegas kepada negara lainnya bahwa Siapa pun yang mencoba menghalangi, apalagi menciptakan ancaman bagi negara Rusia dan rakyatnya, maka Rusia akan segera membalasnya dan mengarah pada konsekuensi yang tak pernah dihadapi dalam sejarah. Presiden Rusia pun dengan tegas siap menanggung apapun resikonya. Lantas apakah yang membuat kedua negara ini berseteru hingga menggunakanan kekuatan militer untuk masalah tersebut?

Hubungan Ukraina dan Rusia sebagai negara maupun suku bangsa memiliki masa lalu yang panjang, rumit, dan kadang diwarnai konflik. Dua negara ini berasal dari kerajaan Kievan Rus. Wilayah itu membentang di bagian-bagian yang kini disebut, Rusia, Ukraina, dan Belarus pada abad ke-9 hingga abad ke-13. Penduduk Rusia dan Ukraina utamanya adalah penduduk Eastern Slaves, keturunan emigrant Slavic dari lembah Danube dan Elbe selama awal abad pertengahan. Mereka terpisah berabad-abad lalu, menjadi tiga kelompok. Kelompok terbesar adalah Great Russian (Rusia Besar), yang menempati wilayah pedalaman utara, dan timur Rusia. Pusat sejarah mereka adalah Moscow di sungai Moscow, ibukota kerajaannya Muscovy.  Little Russian atau Rusia kecil (Rutherians, Ukrainians) menempati wilayah selatan dan barat daya Rusia. Pusat sejarah mereka adalah kota suci Kiev di Dnieper. Dan White Russian mendiami wilayah barat, di wilayah-wilayah yang pernah dikuasai Lithuania.

Tiga bangsa Rusia ini berbicara Bahasa Slavic tetapi dengan dialek yang berbeda. Perbedaan dialek ini cukup untuk mencegah seorang Muscovite bisa memahami seorang Ukrainian dan mencegah keduanya untuk bisa berkomunikasi dengan White Russian. Untuk kesusasteraan dan tujuan resmi, dialek Moscow digunakan dimana-mana. Tiga bangsa Rusia ini juga Bersatu dalam aliansi umum dengan gereja ortodoks. Gereja ortodoks adalah cikal bakal dari gereja Yunani abad pertengahan, yang melahirkan banyak doktrin dan ritual. Hingga Revolusi Rusia pada 1917, Tsar tetap menjadi kepala gereja, dan memiliki wewenang membuat dan membatalkan semua penunjukkan untuk jabatan eklesiastikal. Pecahnya Rusia sejak perang dunia membuat Sebagian besar bangsa-bangsa diperbatasan membentuk negara independent.

Dalam perjalanannya, Rusia dan Ukraina memang sudah terlibat konflik pada tahun 1917 saat terjadinya Revolusi Februari dan Revolusi Bolshevik. Setelah Revolusi Februari, terbentuk hubungan antara Pemerintahan Sementara Rusia dengan Republik Rakyat Ukraina. Perwakilan dari Pemerintah Rusia adalah Petro Stebnytsky dan perwakilan dari Pemerintah Ukraina adalah Dmitriy Odinets. Revolusi Bolshevik atau Revolusi Oktober adalah buntut dari Revolusi Februari di awal tahun. Revolusi Februari telah menggulingkan pemerintahan otokrasi Tsar, menghasilkan pemerintahan sementara. Pemerintahan sementara telah mengambil alih kekuasaan setelah diproklamirkan oleh Adipati Mikhail, adik Tsar Nikolai II, yang menolak untuk mengambil alih kekuasaan setelah Tsar lengser. Selama waktu ini, pekerja perkotaan mulai mengorganisir ke dalam dewan (soviet) di mana kaum revolusioner mengkritik pemerintah sementara dan tindakannya.

Pemerintahan sementara tetap sangat tidak populer, terutama karena terus berperang dalam Perang Dunia I, dan tetap memerintah dengan tangan besi sepanjang musim panas (termasuk membunuh ratusan pengunjuk rasa di Hari-hari Juli). Setelah agresi militer Soviet di awal tahun 1918, Ukraina menyatakan kemerdekaan secara penuh dari Rusia. Dua perjanjian Brest-Litovsk yang ditandatangani Ukraina, Rusia, dan Blok Sentral meredakan konflik militer di antara mereka dan perundingan damai kemudian dimulai pada tahun yang sama. Dalam perjanjian tersebut, Blok Sentral, yang mencakup pemerintah Austria-Hongaria, Bulgaria, Jerman dan Turki, secara resmi mengakui kemerdekaan Ukraina dari Rusia. Traktat Brest-Litovsk  yang ditandatangani pada 3 Maret 1918 antara pemerintahan baru Bolshevik Rusia Soviet dan Kekuatan Sentral (Jerman, Austria-Hongaria, Bulgaria, dan Kekaisaran Utsmaniyah), yang mengakhiri keterlibatan Rusia dalam Perang Dunia I.

Setelah Perang Dunia I berakhir, Ukraina mengalami perang saudara dengan Rusia. Ukraina ikut serta dalam hampir seluruh kubu berdasarkan keyakinan politik mereka. Pada tahun 1919, selama Perang Saudara Rusia, Uni Soviet mendapatkan kembali wilayah Ukraina, dan Ukraina menjadi salah satu republik asli dari Uni Republik Sosialis Soviet (USSR).
Di tahun 1922, Ukraina dan Rusia merupakan negara pendiri dari Uni Republik Sosialis Soviet, dan juga merupakan pihak yang menandatangani perjanjian pembubaran Uni Soviet di bulan Desember 1991. Pada tahun 1932-1933, Ukraina mengalami Holodomor yang merupakan bencana kelaparan terencana yang menyebabkan terbunuhnya 7,5 juta rakyat Ukraina. Ini menjadi pangkal konflik Rusia-Ukraina. Sejarawan di Kiev, menggambarkan peristiwa itu sebagai genosida yang diatur pemimpin Uni Soviet, Joseph Stalin. Ketika itu, ia disebut menghukum warga Kiev karena menentang kolektivisasi paksa lahan pertanian. Pada tanggal 13 Januari 2010, Pengadilan Kiev memutuskan Stalin, Kaganovich, Molotov, Kosior, Chubar, dan fungsionaris Partai Komunis Uni Soviet lainnya bersalah atas pembantaian terhadap warga Ukraina selama Holodomor.

Setelah pembubaran Uni Soviet, Ukraina mewarisi hampir 5.000 senjata nuklir atau sekitar sepertiga dari seluruh senjata nuklir yang dimiliki oleh Soviet dan terbesar ketiga di dunia pada saat itu. Walaupun Ukraina memiliki kendali fisik dari senjata, tetapi Ukraina tidak memiliki kendali operasional, karena senjata tersebut hanya dapat dioperasikan melalui sistem komando dan kendali dari Rusia. Pada tahun 1992, Ukraina setuju untuk menghancurkan lebih dari 3.000 senjata nuklir taktis. Setelah penandatanganan dari Memorandum Budapest tentang Jaminan Keamanan antara AS, Britania Raya, dan Rusia, serta perjanjian serupa dengan Prancis dan China, Ukraina setuju untuk menghancurkan sisa senjata nuklirnya, dan bergabung dengan Perjanjian Nonproliferasi Nuklir (NPT).

Selain itu, beberapa sengketa terjadi di antara dua negara. Salah satu permasalahan yang melatarbelakangi sengketa tersebut adalah masalah Krimea yang telah  Ukraina kuasai sejak tahun 1954. Hal ini diselesaikan dalam kesepakatan yang memperbolehkan Krimea menjadi bagian dari Ukraina, tetapi diberikan status Republik Otonomi. Hubungan Rusia dan Ukraina kembali memanas pada 2013 yang disebabkan oleh kesepakatan politik dan perdagangan penting dengan Uni Eropa. Demi hubungan yang lebih dekat dengan Moskow, Presiden Ukraina yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych, menolak perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa. Penolakan tersebut memicu protes massa hingga Viktor Yanukovych digulingkan dari jabatannya pada 2014. Penggulingan tersebut direspon Rusia dengan menganeksasi wilayah Krimea.

Rusia melakukan aneksasi terhadap Krimea, sebuah semenanjung otonom di Ukraina selatan dengan loyalitas Rusia yang kuat. Aneksasi ini dilakukan dengan dalih membela kepentingan warga negara yang berbahasa Rusia. Dalam waktu beberapa hari, Rusia selesai Menganeksasi Krimea. Aneksasi di Semenanjung Krimea ini mendorong pecahnya pemberontakan separatis pro-Rusia di wilayah Donetsk dan Luhansk, tempat pendeklarasian kemerdekaan dari Ukraina. Pemberontakan ini memicu pertempuran sengit berbulan-bulan. Tercatat, lebih dari 14.000 orang tewas akibat konflik tersebut.

Pada 2015, Rusia dan Ukraina melakukan perjanjian damai untuk mengakhiri pertempuran skala besar dengan ditengahi oleh Prancis dan Jerman. Namun, upaya tersebut gagal mencapai penyelesaian politik. Gencatan senjata berulang kali dilanggar. Konflik Rusia vs Ukraina juga disebabkan oleh keinginan Ukraina untuk bergabung dengan North Atlantic Treaty Organization (NATO). Hal tersebut memicu ketegangan Rusia yang melarang Ukraina untuk bergabung dengan NATO. NATO sendiri didirikan pada tahun 1949 dan telah berkembang ke 30 negara, termasuk bekas-bekas republik Soviet, yakni Lituania, Estonia dan Latvia.

Namun apakah karena hanya masalah tersebut Rusia sampai berani menantang negara-negara lain yang mendukung Ukraina untuk bergabung dengan NATO. Padahal pada Pada tahun 1994, Rusia menandatangani perjanjian untuk menghormati kemerdekaan dan kedaulatan Ukraina yang merdeka. Tapi, tahun lalu Presiden Putin menulis sebuah artikel panjang yang menggambarkan Rusia dan Ukraina sebagai "satu negara", dan sekarang dia mengklaim Ukraina modern sepenuhnya diciptakan oleh komunis Rusia. Dia melihat runtuhnya Uni Soviet pada bulan Desember 1991 sebagai "disintegrasi sejarah Rusia".

Jika kita melihat dari sejarah masalalu, Ketika perang dunia 1 dan perang dunia 2, Rusia diserang negara barat dari Ukraina. Bahkan Napoleon yang saat itu berkuasa menyerang Rusia melalui Ukraina, demikian juga sebaliknya, Ketika Rusia menyerang negara barat juga melalui Ukraina. Dari kesimpulan ini kita mengetahui bahwa Ukraina adalah pintu masuk antara negara barat dan Rusia. Maka dari itu Ukraina adalah negara kunci yang harus dipegang Rusia untuk menghadang kekuatan negara barat. Rusia merasa terancam jika sampai Ukraina bergabung dengan NATO dan menempatkan persenjataannya di Ukraina.

Presiden Putin juga berpendapat bahwa jika Ukraina bergabung dengan NATO, aliansi itu mungkin mencoba untuk merebut kembali Krimea. Ukraina adalah kunci penting Rusia, Ketika perang dingin saat negara Amerika dan negara sekutu menyimpan rudal-rudal nuklir di Turki, Rusia menyimpan rudal-rudal tersebut di Ukraina sebagai pertahanan. Seperti yang kita ketahui setelah pembubaran Unisoviet Ukraina mewarisi rudal-rudal tersebut. Jika bukan karena Ukraina, maka Rusia telah lama dihancurkan oleh negara-negara barat. Dengan masalah tersebut Rusia berani mengambil Tindakan untuk menghentikan Ukraina untuk bergabung dengan NATO dengan mengerahkan pasukan militernya.

Saat ini Pasukan Rusia telah melancarkan serangan militer ke Ukraina, atas perintah Presiden Vladimir Putin. Tank dan tentara telah dikerahkan ke Ukraina di titik-titik di sepanjang perbatasan timur, selatan, dan utara, dan ledakan terdengar di seluruh negeri. Dalam hal jumlah pasukan dan senjata, perhitungan secara matematika menunjukkan posisi Ukraina yang cukup suram. Perkiraan sebagian besar pakar militer menyebutkan jumlah pasukan Rusia di dekat perbatasan Rusia dengan Ukraina lebih dari 100.000.

Rusia juga telah memindahkan beberapa pasukan ke Belarus, yang terletak di utara Ukraina, untuk melakukan latihan militer. Rusia memiliki sekitar 280.000 personel tentara dan total angkatan bersenjata gabungannya mencapai sekitar 900.000. Jumlah tank yang mencapai 2.840 melebihi jumlah yang dimiliki oleh Ukraina dengan perbandingan tiga banding satu, menurut Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) yang berbasis di London.

Perdana Menteri Ukraina mengatakan sebuah dekrit yang baru-baru ini ditandatangani oleh Presiden Zelenskiyy, yang berpusat pada meningkatkan kapasitas pertahanan negara, meningkatkan daya tarik dinas militer dan transisi bertahap menuju tentara professional, akan membawa jumlah angkatan bersenjata Ukraina menjadi 361.000 personel. Meskipun Ukraina melipatgandakan anggaran pertahanannya secara nyata dari 2010 hingga 2020, total pengeluaran pertahanannya pada 2020 hanya berjumlah $4,3 miliar, atau sepersepuluh dari Rusia. Analis militer mengatakan pertahanan anti-pesawat dan anti-rudal Ukraina lemah, membuatnya sangat rentan terhadap serangan Rusia pada infrastruktur kritisnya. Mereka mengatakan Rusia juga akan berusaha menggunakan keunggulannya dalam peperangan elektronik untuk melumpuhkan komando dan kendali musuhnya dan memutuskan komunikasi dengan unit-unit di lapangan.


Rusia yang telah mengambil Tindakan militer tentu telah mengantisipasi kemungkinan terburuknya. Sanksi-sanksi kepada Rusia telah banyak dikeluarkan untuk menghentikkan Rusia dengan membekukan aset-aset yang dimiliki oleh Rusia. Namun akankah Rusia gentar dengan sanksi-sanksi dari negara-negara barat tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa Rusia adalah pemasok utama minyak bumi dan gas alam. Amerika dan negara sekutu sengaja untuk memancing kemarahan Rusia dan mengambil keuntungan dengan cara membekukan semua asset Putin dinegara barat dan melarang Putin untuk berkunjung kesana. Selain sanksi tersebut masih banyak sanksi yang dilakukan negara-negara barat untuk melukai Rusia dan memperlemah perekonomiannya. Mereka saat ini takut, sehingga mereka berusaha untuk menghancurkan Rusia dengan cara-cara lumayan licik. Rusia siap menghadapinya karena jika Ukraina bergabung dengan NATO maka Ukraina akan jadi medan pertempuran yang akan merugikan negara Ukraina sendiri. Putin yang menganggap Ukraina sebagai satu kesatuan dengan Rusia tentu tidak menginginkan hal buruk terjadi pada Ukraina. 

Negara-negara barat dan sekutunya beramai-ramai melakukan protes dan kecaman terhadap serangan Rusia tersebut, akan tetatpi mereka bungkam saat Amerika dan sekutunya menyerang Iraq, Afghanistan, Libya, dan lain sebagainya. Warga Israel juga turut berdemonstrasi mengutuk serangan Rusia ini, tapi dia lupa bahwa negara nya sendiri telah membunuh ribuan warga Palestina. Ibarat kata semut disebarang lautan tampak jelas, sedang gajah dipelupuk mata tidak kelihatan. 

Semoga kedamaian segara terwujud, karena peperangan pasti akan menimbulkan banyak korban manusia yang tidak bersalah. Kita tidak membenarkan serangan militer terhadap negara lain yang berdaulat, hanya saja kita bisa melihat perbedaan yang sangat mencolok antara Barat dan Timur. Jika barat yang menginvasi negara lain sepertinya itu lumrah dan diperbolehkan, Tapi ketika Rusia yang melakukannya itu baru dianggap suatu kesalahan. Politik dunia memang kejam sekejam minyak goreng yang langka ditanah penghasil minyak sawit terbesar didunia.

Sumber Referensi:                                                        

                             detik.com

                             guru gembul Channel

                             id.wikipedia.org

                            tribunnews.com

                           Hutton Webster PHD, Sejarah Dunia Lengkap

Minggu, 20 Februari 2022

GAMBARAN KEJAMNYA PEMBANTAIAN ORANG-ORANG YAHUDI OLEH NAZI

 


 Holocaust merupakan penganiayaan dan pembantaian sistematis terhadap enam juta orang Yahudi Eropa oleh rezim Nazi Jerman dan sekutu serta para kaki tangannya. United States Holocaust Memorial Museum menetapkan periode 1933–1945 sebagai rentang tahun kejadian Holocaust.  Semua bermula ketika Adolf Hitler menjadi orang yang berkuasa di Jerman. Adolf Hitler dikenal sangat anti-Yahudi, sehingga pasukan Nazi pimpinan Adolf Hitler dikenal sebagai pembantai kaum Yahudi. 

Adolf Hitler menjadi salah satu orang yang percaya pada keyakinan bahwa bangsa Arya umumnya orang Jerman adalah orang-orang pilihan. Selain itu, Hitler juga menaruh kebencian pada orang Yahudi sebagai musuh rasial, perusak kemurnian ras Arya. Untuk itu, pemusnahan secara massal bangsa Yahudi dilakukan oleh Nazi, termasuk dengan menebar propaganda untuk memusuhi bangsa Yahudi itu sendiri. 

Alasan lain Hitler sangat membenci Yahudi disebabkan oleh kematian janggal sang ibu di tangan seorang dokter Yahudi. Dan orang Yahudi menurut hitler hanya membuat rakyat Jerman sengsara. Dari pengalaman dan anggapan buruk tersebut, sikap anti Yahudi Hitler pun akhirnya terpupuk dengan sempurna.

Ketika Nazi berkuasa pada tahun 1933, mereka mulai melucuti properti, kebebasan, dan hak-hak orang Yahudi. Secara tidak langsung pemimpin tertinggi Partai Nazi itu langsung membuat kebijakan untuk menyingkirkan kaum Yahudi. Di seluruh wilayah yang dikuasai dan dijadikan sekutu oleh Jerman, penganiayaan terhadap kaum Yahudi terjadi dalam berbagai bentuk: 

1.     Diskriminasi hukum dalam bentuk undang-undang antisemitisme : Ini termasuk Undang-Undang Ras Nuremberg dan banyak undang-undang diskriminatif lainnya.

2.     Berbagai bentuk identifikasi dan pengucilan publik : Ini termasuk propaganda antisemit, boikot bisnis milik orang Yahudi, penghinaan publik, dan penandaan wajib (seperti lencana bintang Yahudi yang dikenakan sebagai ban lengan atau pada pakaian). 

3.     Kekerasan terorganisasi : Contoh yang paling menonjol adalah “Malam Kristal” (Kristallnacht). Ada juga insiden dan pogrom terpisah lainnya (kerusuhan dengan kekerasan). 

4.     Pemindahan fisik : Para pelaku menggunakan emigrasi paksa, permukiman kembali, pengusiran, deportasi, dan ghettoisasi untuk secara fisik menggusur individu dan komunitas Yahudi. 

5.     Penahanan :  Jerman mulai melakukan penangkapan dan penyiksaan terhadap orang-orang Yahudi. Para kaki tangan Hitler mulai mengirim orang-orang Yahudi dari Jerman dan Austria ke Polandia, mereka mengurung orang Yahudi di tempat isolasi bernama ghetto yang sempit dan tidak nyamankamp konsentrasi, dan kamp kerja paksa, sehingga banyak yang meninggal karena kelaparan, penyakit, dan kondisi tidak manusiawi lainnya. 

6.     Pencurian dan penjarahan yang meluas : Penyitaan properti, harta benda pribadi, dan barang berharga milik orang Yahudi merupakan bagian penting dari Holocaust. 

7.     Kerja paksa : Orang Yahudi harus melakukan kerja paksa untuk mendukung upaya perang Kubu Poros atau untuk memperkaya organisasi Nazi, militer, dan/atau bisnis swasta. 

Banyak orang Yahudi yang tewas akibat kebijakan ini. Kemudian Nazi mulai bereksperimen dengan gas beracun untuk keperluan pembantaian massal. pada akhir 1939 melalui pembantaian pasien cacat mental ("eutanasia"). Sebagai penghalusan istilah oleh Nazi, "eutanasia" mengacu kepada pembantaian secara sistematis terhadap orang Jerman yang menurut Nazi “tidak layak hidup” karena cacat mental atau fisik. Enam instalasi gas didirikan sebagai bagian dari Program Eutanasia: Bernburg, Brandenburg, Grafeneck, Hadamar, Hartheim, dan Sonnenstein. Pusat-pusat pembantaian ini menggunakan gas karbon monoksida murni yang diproduksi secara kimiawi.

Terdapat pendapat yang mengatakan sebelum tahun 1941, pembantaian massal sistematis terhadap semua orang Yahudi bukanlah kebijakan Nazi. Pada tahun 1941, para pemimpin Nazi kemudian memutuskan untuk melaksanakan pembantaian massal terhadap orang-orang Yahudi Eropa. Nazi memulai kampanye pemusnahan dengan sungguh-sungguh. Mereka menyebut rencana ini sebagai “Solusi Akhir untuk Persoalan Yahudi.” 

Orang-orang Yahudi semakin berada di ujung tanduk ketika Jerman menyerang Uni Soviet. Pada 22 Juni 1941, operasi besar bersandi Barbarossa melibatkan jutaan tentara dan ribuan alutsista. Serangan itu bukan sekadar operasi militer pada umumnya, tetapi juga dimaksudkan sebagai perang kehancuran atau Vernichtungskrieg. Ketika pertempuran berlangsung, angkatan bersenjata Jerman atau Wehrmacht tidak hanya diwajibkan menyerang dan menguasai sektor-sektor strategis musuh, tetapi juga menghabisi penduduk Soviet dan Yahudi tanpa pandang bulu untuk mencapai kehancuran total.

Sejarawan Jerman Jürgen Förster dalam artikel “The Relation Between Operation Barbarossa As an Ideological War of Extemination and The Final Solution” yang terhimpun dalam buku The Final Solution (1994, hlm 85-103) menyebutkan, Operasi Barbarossa adalah serangan pertama yang menggabungkan strategi militer dan politik rasial.

Jika sukses menyerang Soviet, maka Hitler dikatakan “killing two birds with one stone”—berhasil mendapatkan dua kesuksesan dalam sekali bertindak: berhasil meraih Lebensraum dan sukses mewujudkan cita-cita etnosentrisme. Tidak lama sejak serangan 22 Juni 1941, pasukan Jerman berhasil menguasai beberapa wilayah strategis. Meski demikian, Hitler belum puas karena militernya belum melakukan tindakan serius terhadap orang Yahudi dan komunis. Baginya, mereka tidak berguna dan hanya mengganggu Jerman. Apalagi menurutnya wanita dan anak-anak Yahudi sama sekali tidak bisa dimanfaatkan.

Salah seorang pejabat tinggi Nazi, Herman Wilhelm Göring, langsung bertindak cepat dengan menulis surat khusus kepada dua orang pemimpin Schutzstaffel (SS) atau organisasi keamanan Nazi, Reinhard Heydrich dan Heinrich Himmler. Dalam surat yang ditulis pada 31 Juli 1941, Göring meminta kedua rekannya itu untuk segera mengembangkan draf akhir penyelesaian permasalahan Yahudi.

Menurut sejarawan Christopher R. Browning dalam “The Euphoria of Victory and the Final Solution” (1994), perintah ini menjadi pintu gerbang atas dimulainya babak baru dalam tindakan pengamanan dan pembersihan rasial secara sistematis terhadap bangsa Yahudi di seluruh daerah yang dikuasai Jerman. Kalimat “Die Endlösung der Judenfrage” (solusi akhir untuk pertanyaan Yahudi) yang tercantum dalam surat tersebut sekaligus menandai berakhirnya nasib orang Yahudi Eropa. Artinya, bayang-bayang kematian mereka sudah di depan mata.

Setelah invasi Jerman ke Uni Soviet pada Juni 1941 dan penembakan massal terhadap warga sipil oleh Einsatzgruppe (unit pembunuh keliling), Nazi bereksperimen dengan gerbong gas untuk pembantaian massal. Gerbong-gerbong gas merupakan truk kedap udara di mana silinder pembuangan dari knalpotnya diarahkan ke bagian dalam kompartemen. Penggunaan gerbong gas dimulai setelah para anggota Einsatzgruppe mengeluhkan kelelahan fisik setelah berperang dan beban mental yang ditanggung akibat menembaki wanita dan anak-anak dalam jumlah besar. Pembantaian menggunakan gas juga terbukti lebih hemat biaya. Einsatzgruppen (unit pembunuh keliling) menggunakan kamar gas keliling ini untuk membantai ratusan ribu orang, di mana sebagian besar di antaranya adalah orang-orang Yahudi, Roma (Gipsi), dan para penyandang cacat mental.

Pada Agustus 1941, Tidak sedikit dari orang Yahudi yang kabur ke pedalaman Soviet untuk menghindari pasukan Nazi. Sebagian lagi bernasib lebih nahas. Banyak wanita dan anak-anak Yahudi ditembak. Bulan-bulan berikutnya target pembasmian semakin meluas, kaum Gipsi mulai ikut diburu. Mereka mati ditembak, bahkan sebagian dikubur hidup-hidup. Pasukan Jerman juga melakukan penyiksaan terlebih dahulu sebelum korbannya tewas.

Pada tahun 1941, SS (Schutzstaffel) menyimpulkan bahwa mendeportasi warga Yahudi ke pusat-pusat pembantaian (untuk dibantai di kamar gas) merupakan cara paling efisien untuk mencapai "Solusi Pamungkas". Pada tahun itu juga, Nazi membuka kamp Chelmno di Polandia. Warga Yahudi dari wilayah Lodz, Polandia dan Roma dibantai di sana di dalam gerbong-gerbong gas keliling.

Pada tahun 1942, pembantaian massal sistematis di kamar-kamar gas permanen (dengan menggunakan gas karbon monoksida yang dihasilkan oleh mesin diesel) dimulai di BelzecSobibor, dan Treblinka, yang kesemuanya berlokasi di Polandia. Saat "diturunkan" dari kendaraan pengangkut ternak, para korban diberi tahu bahwa mereka harus disucihamakan di "ruang mandi." Penjaga Nazi dan Ukraina kadang-kadang meneriaki dan memukuli korban, yang diperintahkan untuk masuk ke "ruang mandi" dengan tangan terangkat ke atas agar kamar gas dapat diisi orang sebanyak mungkin. Semakin sesak kamar gas, semakin cepat pula korban kehabisan napas.

Nazi terus mencari cara pembantaian yang lebih efisien. Di kamp Auschwitz di Polandia, mereka melakukan eksperimen dengan Zyklon B (sebelumnya digunakan untuk memberantas serangga) dengan membantai 600 tahanan perang Uni Soviet dan 250 tahanan yang sakit melalui penggunaan bahan kimia ini pada September 1941. Butiran-butiran Zyklon B berubah menjadi gas yang mematikan saat terkena udara. Eksperimen ini terbukti sebagai metode tercepat untuk pembantaian menggunakan kamar gas dan dipilih sebagai cara pembantaian massal di Auschwitz. Pada puncak deportasi, jumlah orang Yahudi yang setiap harinya dibantai dengan gas di Auschwitz bisa mencapai 6.000 orang.

Selain itu, Kamp konsentrasi seperti Stutthof, Mauthausen, Sachsenhausen, dan Ravensbrück, meskipun tidak dirancang secara khusus sebagai pusat pembantaian, juga dilengkapi dengan kamar-kamar gas. Kamar-kamar gas tersebut berukuran relatif kecil, yang dibangun untuk membantai para tahanan yang menurut Nazi "tidak layak" bekerja. Sebagian besar dari kamp tersebut menggunakan Zyklon B sebagai bahan pembunuh di dalam kamar gasnya.

Para petinggi Jerman bersepakat untuk membawa orang-orang Yahudi di seluruh Eropa ke kamp kosentrasi di Polandia untuk dibunuh atau dipekerjakan paksa. Keputusan ini tidak lepas dari kondisi Jerman dalam peperangan yang sedikit terdesak. Mereka membutuhkan banyak orang untuk memproduksi senjata, melakukan pengaspalan jalan, membersihkan ranjau darat, dan lain-lain.

Dalam prakteknya, keputusan ini juga menyeret kaum Gipsi, homoseksual, disabilitas, penentang rezim, dan tentara Soviet. Mereka, khususnya orang-orang Yahudi, pada akhirnya dibantai secara massal. Solusi akhir atas Yahudi benar-benar dilaksanakan secara total dan matang. Tercatat hampir dua per tiga bangsa Yahudi Eropa atau sekitar enam juta orang tewas di tangan Nazi Jerman dalam kurun waktu 1933-1945.

Nazi berupaya untuk menghapus bukti kejahatan mereka, Nazi memerintahkan puluhan ribu tahanan yang tersisa untuk berbaris ke barat ke kamp konsentrasi lainnya, seperti Bergen-Belsen, Dachau dan Sachsenhausen. Mereka yang terlalu sakit kemudian berjalan tertinggal, siapa pun yang tertinggal di barisan itu sendiri dibunuh.

Pada tanggal 27 Januari 1945, pasukan Soviet hanya menemukan beberapa ribu yang selamat ketika mereka memasuki kamp, bersama dengan ratusan ribu pakaian dan beberapa ton rambut manusia. Pasukan Soviet harus meyakinkan beberapa orang yang selamat bahwa Nazi benar-benar pergi.

Itulah sejarah pembantaian orang-orang yahudi yang dilakukan oleh Nazi Jerman. Mereka dibunuh dengan cara ditembak, dikubur hidup-hidup bahkan dibunuh menggunakan gas beracun. Kejadian yang berlangsung ketika Adolf Hitler berkuasa di Jerman, Ia membunuh setidaknya enam juta orang Yahudi. Pembunuhan yang dilakukan secara sistematis dan matang. Setelah Holocaust, dunia berjuang untuk menerima realitas yang mengerikan tentang genosida, untuk mengingat para korban, dan untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku. Upaya-upaya penting ini masih tetap berlangsung.

 

Sumber Referensi   : bbc.com

  encyclopedia.ushmm.org

  kompas.com

  suara.com

  tirto.id

KISAH TRAGIS AMIR HAMZAH BANGSAWAN MELAYU, PENYAIR SEKALIGUS PERUMUS SUMAH PEMUDA

  


Begitu banyak kisah tragis yang terjadi ketika masa-masa awal kemerdekaan republik Indonesia. Salah satu pahlawan nasional yang menjadi korban dari pulau Sumatra adalah Tengku Amir Hamzah, seorang bangsawan dan penyair yang luar biasa pada masanya. Kejadian tragis itu bemula ketika mulai terbentuknya republik Indonesia sebagai upaya penyatuan pulau-pulau di nusantara dalam satu negara. Pada tanggal 3 Februari 1946 dalam rapat Komite Nasional Indonesia (KNI) di Medan para raja dan sultan di seluruh Sumatera Timur, termasuk Sultan Siak dari Riau sudah menyatakan tekad mendukung dan berdiri di belakang pemerintah Republik Indonesia di hadapan wakil pemerintah yaitu Gubernur Sumatera Mr. Teuku Muhammad Hasan disaksikan oleh Wakil Gubernur dr. Muhammad Amir, Residen Sumatera Timur Tengku Hafaz, Ketua KNI Sumatera Timur Mr. Luat Siregar, Abdul Xarim MS, Muhammad Yusuf, dr. Tengku Mansyur, Tengku Damrah, dan Tengku Bahriun.

Mr. Teuku Muhammad Hasan dalam pidato pembukaan menyampaikan bahwa Undang-Undang Dasar Republik Indonesia mengakui secara resmi pemerintahan raja-raja di Sumatera Timur dan mendesak mereka agar memutuskan hubungan dengan pemerintah Belanda, melakukan proses demokratisasi, dan mendukung pemerintahan Republik Indonesia.  Sultan Langkat Sultan Mahmud Abdul Jalil Rakhmat Shah mewakili seluruh pemerintah swapraja Sumatera Timur menyampaikan pidato yang berbunyi: “Kami para sultan dan raja-raja di Sumatera Timur telah mengambil keputusan bersama untuk melahirkan sekali lagi itikad kami bersama untuk berdiri teguh di belakang presiden dan pemerintah Republik Indonesia serta turut menegakkan dan memperkokoh Republik Indonesia”.

Musyawarah itu akhirnya melahirkan kesepakatan membentuk panitia bersama untuk mempersiapkan proses demokratisasi di wilayah pemerintahan swapraja Sumatera Timur. Mr. Mahadi dan Muhammad Yunus Nasution dipilih sebagai sebagai ketua dan koordinator, mereka ditugaskan untuk mengawasi jalannya proses pemerintahan di wilayah itu sambil menantikan penggabungan dengan pemerintah republik. Hal ini menunjukkan bahwa kerajaan dan kesultanan yang ada di Sumatera Timur telah bersedia mendukung pemerintahan Republik Indonesia. Mereka menargetkan bahwa pada Mei 1946 pemerintahan yang baru di Sumatera Timur sudah bisa berjalan. Akan tetapi sangat disesalkan kubu radikal mengambil jalan pintas dengan menggerakkan Revolusi Sosial.

Meski kaum aristokrat Sumatera Timur sudah berjanji akan bergabung dengan pemerintah Republik Indonesia, namun rakyat sudah terlanjur menaruh dendam dan kebencian melihat sikap dan gaya hidup mereka selama ini, yang hidup serba kemewahan dan dituduh telah melakukan penindasan terhadap rakyat. Penguasa Sumatera Timur yang terkenal kaya raya saat itu adalah dari kalangan Melayu yaitu Sultan Langkat dan Sultan Deli.

Sultan Langkat memperoleh kekayaan dari keuntungan usaha perminyakan dan penyewaan tanah perkebunan. Demikian juga Sultan Deli banyak menuai kekayaan dari hasil penyewaan tanah perkebunan tembakau. Slogan-slogan bernada revolusioner kemudian membahana di seantero Sumatera Timur, antara lain berbunyi “Raja-raja penghisap darah rakyat”, “Kaum feodal yang harus dibunuh” dan lagu “Darah Rakyat”. Situasi ini kemudian dimanfaatkan oleh kaum berhaluan kiri, khususnya kelompok komunis.

Pada bulan Maret minggu pertama 1946 semangat revolusioner ini berkecamuk di Sumatera Timur. Siapa saja yang menjadi penghambat dan menghalangi jalannya revolusi akan ditangkap. Seluruh elemen organisasi larut dalam suasana revolusi, termasuk organisasi-organisasi Islam. Gerakan revolusi memberikan keleluasaan kepada para aktivis muda dan buruh-buruh pendatang untuk melakukan aksi pergerakan.

Kekerasan pertama terjadi di Sunggal pada tanggal 3 Maret 1946, unit-unit laskar rakyat menyerang markas organisasi PADI (Persatuan Anak Deli Islam) dan Pasukan Ke-V pimpinan dr. F.J. Nainggolan yang berada dekat rumah Datuk Hitam. Di Tanjung Pura tempat kedudukan Sultan Langkat, istana Darul Aman berhasil dikuasai oleh kaum republiken dan menjarah harta berharga yang ada di dalamnya. Mereka juga melampiaskan nafsu bejat mereka kepada dua orang puteri Sultan Langkat.

Putri Sultan Langkat dipaksa melayani nafsu birahi Marwan dan Usman Parinduri. Kebiadaban mereka ini dituliskan oleh Tengku Luckman Sinar, “.....kedua puteri itu meraung kesakitan dan setiap rintihan merupakan pisau sembilu menusuk jantung Sultan yang mendengarnya dari kamar sebelah.” (Kedua pelaku pemerkosa ini kemudian dijatuhi hukuman mati). Istana Darul Aman dibakar, namun Sultan Langkat tidak dibunuh, ia ditangkap lalu diasingkan ke Batang Serangan hingga kemudian Belanda membebaskannya pada bulan Juli 1947.

  Amir Hamzah yang saat itu menjabat sebagai  pangeran Sultan Langkat pun dibawa secara paksa oleh para aktivis revolusi. Amir Hamzah adalah nama pena dari Tengku Amir Hamzah Pangeran Indra Putra. Sastrawan yang digelari Raja Penyair ini termasuk Angkatan Poedjangga Baroe. Buah Rindu, Nyanyi Sunyi, dan Setanggi Timur adalah sedikit contoh dari banyak karyanya yang begitu terkenal. Amir lahir di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Timur, 28 Februari 1911, dari keluarga bangsawan Melayu Kesultanan Langkat. Amir menikah dengan Tengku Puteri Kamiliah, putri tertua Sultan Langkat, Sultan Machmud.

Selain Pangeran Langkat Hilir, kemudian ia menjadi Bendahara Paduka Raja, lalu Pangeran Langkat Hulu, lantas menjabat Ketua Pengadilan Kerapatan Kesultanan Langkat. Pada saat yang sama dan di tanah yang sama, Amir Hamzah juga menjadi Asisten Residen Langkat dalam pemerintahan Republik Indonesia. Meski bergelar bangsawan, Amir jarang sekali memakai gelar Tengku-nya. Ia seringkali hanya menuliskan namanya hanya dengan Amir Hamzah, termasuk ketika menulis puisi-puisi.

Pada 7 Maret 1946 dengan kendaraan terbuka, Tengku Amir Hamzah dan lainnya dijemput paksa. Saat itu ia berbaju putih lengan panjang, ia sempatkan melambaikan tangannya pada orang-orang yang ingin menyalaminya di jalan. Bersama tahanan lain, Amir dikumpulkan di Jalan Imam Bonjol, Binjai, lalu dikirim ke perladangan Kuala Begumit untuk disiksa dan dibunuh. Amir Hamzah awalnya ditahan di sebuah rumah bekas tahanan Kempeitai di tepi Sungai Mencirim, Binjai. Tiga belas hari kemudian, barulah ia dieksekusi.

 

Anehnya, beberapa orang pemuda ternyata sempat mendatangi Tengku Kamaliah, istri Amir Hamzah, untuk memintakan apa-apa yang kiranya perlu dikirimkan kepada Tengku Amir Hamzah di camp penyiksaan. “Ini lah daku titipkan teruntuk suamiku, juadah satu siya (rantang), masakan Melayu. Dan ini sehelai kain sembahyang, dan sepasang baju teluk belanga putih, kerana Ku Busu tak lepas dari menderas Al qur’an saban hari, bawakan lah ini Al qur’an untuk beliau”, ujar Tengku Kamaliah.

 

Di tempat yang lain di Kuala Begumit, nyatanya pakaian Tengku Amir Hamzah diambil, diganti dengan celana goni. Para tahanan diperintahkan menggali lubang; untuk kuburan mereka sendiri. Satu demi satu para tahanan ditutup rapat matanya. Tangan diikat kuat ke belakang. Sang algojo ternyata tak lain adalah Mandor Iyang Wijaya. Sebelum melakukan pembunuhan, ia mengabulkan permintaan terakhir Tengku Amir Hamzah yang meminta dua hal.

 

Pertama, ia meminta tutup matanya dibuka karena ingin menghadapi ajalnya dengan mata terbuka. Kedua, Tengku Amir Hamzah meminta waktu untuk sholat sebelum hukuman dijatuhkan. Kedua permintaan Tengku Amir ini entah kenapa dikabulkan mereka. Usai sholat, Sang Pujangga pun menerima ajalnya. Parang Mandor Yang Wijaya kemudian berayun menebas tengkuk hingga memutus lehernya. Amir tewas dengan 26 orang tahanan lainnya dan dimakamkan di sebuah kuburan massal yang telah digali para tahanan tersebut, beberapa saudara Amir juga tewas dalam revolusi tersebut.

Kabar kematian Amir Hamzah tak lantas dipercayai istrinya, Tengku Kamaliah, putri Sultan Langkat saat itu. Kamaliah percaya suaminya akan segera pulang. Bahkan ketika kuburan itu dibongkar dan tengkoraknya dikenali, ia tetap tak percaya itu adalah tengkorak suaminya. Kepada Anaknya, Tengu Tahura yang akrab dipanggil Kuyong, Kamaliah selalu menanamkan keyakinan bahwa ayahnya tidak mati.

  

Malam itu, pada 20 Maret 1946, saat sang pujangga ternama meninggal. Ia seperti menggenapkan salah satu larik dalam sajaknya, Buah Rindu”: datanglah engkau wahai maut, lepaskan aku dari nestapaCatatan tentang kematian Amir Hamzah itu dituliskan Tengku M. Lah Husny dalam bukunya berjudul Biografi-Sejarah Pujangga dan Pahlawan Nasional Amir Hamzah (1978). Pada November 1949,sebuah kuburan dangkal dibongkar yang di dalamnya terdapat delapan mayat. Salah satunya memakai cincin kecubung dengan keadaan kedua giginya patah. inilah kerangka Amir Hamzah, kerangka itu lalu dikuburkan dipemakaman keluarga kerajaan di samping Masjid Azizi.

Amir telah menerima pengakuan yang luas dari pemerintah Indonesia, dimulai dengan pengakuan dari pemerintah Sumatra Utara segera setelah kematiannya. Dalam usia 16 tahun, Amir Hamzah telah turut bersama-sama merumuskan konsep Sumpah Pemuda 1928 dan ikut andil membidani kelahiran Negara Kesatuan Republik Indonesdia (NKRI). Pada tahun 1969 ia secara anumerta dianugerahi Satya Lencana Kebudayaan dan Piagam Anugerah Seni. Pada tahun 1975 dengan keputusan Presiden nomor 106 tanggal 3 november 1975, Amir Hamzah ditetapkan sebagai pahlawan Nasional. Taman Amir Hamzah, sebuah taman yang berlokasi di Jakarta di dekat Monumen Nasional dinamakan untuk mengenang jasanya. Sebuah masjid di Taman Ismail Marzuki yang dibuka untuk umum pada tahun 1977, juga dinamakan untuknya. Dan beberapa jalan diberi nama untuk Amir, termasuk di MedanMataram, dan Surabaya. Tidak ada yang menyangka, pahlawan yang dikenal gigih mempersatukan bangsa ini justru meninggal dalam keadaan disiksa dan dipancung.

Itulah kisah tentang Amir Hamzah, seorang pahlawan revolusi yang dibunuh oleh rakyatnya sendiri. Padahal Amir Hamzah telah setuju bahwa kesultanan langkat akan mendukung republik Indonesia. Namun provokator menghasut agar para rakyat membunuh para sultan-sultan yang menurut mereka bertindak otoriter dan semena-mena. Padahal mereka hanya terhasut pada kebencian yang diciptakan oleh para pengacau dan provokator dimasa itu. Semoga kita tidak mudah terprovokasi oleh provokator yang berniat menghancurkan persatuan negara kita seperti yang pernah terjadi di masa lalu.

 

Sumber Referensi   : langkatmedia.co

                                 liramedia.co.id

                                tempo.co

                                tirto.id

                                wikipedia.org

Jumat, 11 Februari 2022

PENAKLUKAN KONSTANTINOPEL OLEH SULTAN MUHAMMAD AL FATIH!!! GEREJA MENJADI MASJID!!!



Penaklukkan Konstatinopel oleh Muhammad Al-Fatih merupakan peristiwa paling bersejarah bagi umat Islam. Penaklukan Konstantinopel dimulai pada 6 April 1453 Masehi. Pasukan Utsmani di bawah pimpinan Al-Fatih berjumlah kurang lebih 150.000 pasukan dengan senjata-senjata raksasa seperti meriam Basilika yang dibuat dengan teknologi terbaru pada masa itu.

Terkait penaklukan Konstatinopel oleh kaum muslimin, diriwayatkan dalam hadis. Rasulullah ditanya oleh salah seorang sahabat. ”Ya Rasul, mana yang lebih dahulu jatuh ke tangan kaum Muslimin, Konstantinopel atau Romawi?” Nabi menjawab,”Kota Heraklius (Konstantinopel). (HR Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim).

Nabi SAW juga bersabda: “Istanbul pasti akan ditaklukkan; sang penakluk adalah komandan terbaik, pasukannya adalah prajurit yang terbaik.”

Pemimpin dari pasukan itu Muhammad Al-Fatih atau Sultan Mehmed II. Mehmed lahir pada 30 Maret 1432 di Edirne, ibu kota Utsmaniyah kala itu. Dia merupakan anak dari Sultan Murad II dan Huma Hatun. Saat Mehmed berusia sebelas tahun, dia dikirim untuk memerintah Amasya, sesuai tradisi Utsmani untuk mengutus para şehzade (pangeran) yang sudah cukup umur untuk memerintah di suatu wilayah sebagai bekal bila naik tahta kelak. Murad juga mengirimkan banyak guru untuk mendidik putranya, di antaranya adalah Molla Gurani dan Syaikh Muhammad Syamsuddin bin Hamzah.

Setelah mengadakan perjanjian damai dengan Kadipaten Karaman di Anatolia pada tahun 1444, Murad yang sebenarnya lebih tertarik dalam masalah agama dan seni daripada politik turun tahta dan menyerahkan kepemimpinan negara kepada Mehmed yang saat itu masih dua belas tahun. Pada periode pertama masa kekuasaan Mehmed, pihak Utsmani diserang oleh Kerajaan Hongaria yang dipimpin Janos Hunyadi. Penyerangan ini melanggar gencatan senjata yang tertuang dalam Perjanjian Szeged (1444). Dalam keadaan seperti ini, Mehmed meminta ayahnya untuk kembali naik tahta, tetapi Murad menolak. Mehmed lalu menulis surat, "Bila Ayah adalah sultan, datanglah dan pimpinlah pasukan Ayah. Bila aku adalah sultan, aku memerintahkan Ayah untuk datang dan memimpin pasukanku." Murad kemudian datang dan memimpin pasukan, mengalahkan pasukan gabungan Hongaria-Polandia dan Wallachia yang dipimpin oleh Wladysław III, Raja Hongaria dan PolandiaJanos Hunyadi, komandan pasukan gabungan Kristen; dan Mircea II, Voivode (Adipati/Pangeran) Wallachia dalam Pertempuran Varna (1444).

Murad kemudian didesak untuk kembali naik tahta oleh Çandarlı Halil Pasya yang tidak senang dengan kuatnya pengaruh Syaikh Syamsuddin pada masa kekuasaan Mehmed. Sultan Murad lalu kembali naik tahta dan berkuasa hingga wafatnya pada tahun 1451. Setelah wafatnya Sultan Murad, Mehmed kembali naik tahta dan dinobatkan di Edirne pada usia sembilan belas tahun. Saat Mehmed kembali naik tahta pada 1451, dia memusatkan perhatiannya untuk memperkuat angkatan laut Utsmani untuk persiapan penaklukan Konstantinopel.

Tidak mudah untuk dapat menaklukkan Konstantinopel. Bahkan upaya penaklukan sudah dilakukan sejak tahun 44 Hijriah pada masa Muawiyah bin Abu Sofyan. Konstantinopel memiliki benteng pertahanan yang sangat kuat sampai tiga lapis, sehingga saat itu hampir tidak mungkin ditembus.

Pada tahun 1453, Mehmed memulai pengepungan Konstantinopel dengan pasukan berjumlah kurang lebih 150.000 orang, kereta api artileri, dan 320 kapal. Kota ini dikelilingi oleh laut dan darat, armada ditempatkan di pintu Bosporus dari pantai ke pantai dalam bentuk bulan sabit untuk menghadang bantuan untuk Konstantinopel dari laut. Pada awal April, upaya penaklukan Konstantinopel dimulai. Awalnya, tembok kota dapat menahan pasukan Utsmani, meskipun Sultan Mehmed telah menggunakan meriam yang dibuat oleh Orban, insinyur dari Transilvania.

Pasukan artileri Al-Fatih gagal menusuk dari sayap barat lantaran dihadang dua lapis benteng kukuh setinggi 10 meter. Mencoba mendobrak dari selatan Laut Marmara, pasukan laut Al-Fatih terganjal militansi tentara laut Genoa pimpinan Giustiniani. Setelah pertempuran demi pertempuran yang tersebut, Al-Fatih menyadari titik lemah Konstantinopel adalah sisi timur yakni selat sempit Golden Horn. Selat ini dibentang rantai besar dan dijaga dua puluh delapan kapal, menyulitkan armada kecil sekali pun untuk melewatinya.

Dalam pengepungan ini, pihak Romawi Timur sempat meminta bantuan dari Barat, tetapi Paus memberikan persyaratan agar Gereja Ortodoks Timur bersedia bergabung di dalam kewenangan kepausan di Roma. Seperti yang kita ketahui Ketika kekaisaran Roma menguasai dunia, pada masa kekaisaran kaisar Konstatin (penguasa tunggal 324-337), ia membentuk ibukota lain bagi dunia Roma di kota Yunani tua, Byzantium, di sisi Eropa Bosporus. Kota ini segera berganti nama menjadi konstatinopel, kota Konstatin. System Deocletian tentang Kerjasama para kaisar dan pemindahan ibukota dari Italia ke semenanjung Balkan oleh Konstatin menimbulkan pemisahan barat dan timur. Kekaisaran Roma cenderung terbagi menjadi dua kekaisaran, dan setelah kematian Konstatin, kedua kekaisaran ini tidak pernah bisa dipersatukan. Mereka sekarang memiliki sejarah dan agama yang berbeda.

Konstatinopel menolak untuk menerima persyaratan dari Paus, warga dan pemuka agama Ortodoks mengabaikannya karena kebencian mereka pada kewenangan Roma dan ritus liturgi Latin dalam Katolik, juga lantaran perbuatan umat Katolik pada masa pendudukan mereka atas Konstantinopel saat Perang Salib Keempat. Beberapa pasukan Barat memang datang memberikan bantuan, tapi sebagian besar penguasa di Barat sibuk dengan urusan masing-masing dan mengabaikan nasib Konstantinopel.

Pada 22 April, Muhammad Al-Fatih menggusur kapal-kapalnya dari laut ke darat, demi menghindari rantai besar, menaiki bukit di sekitar koloni Genova di Galata, dan ke pantai utara Tanduk Emas. Sebanyak 70-80 kapal digotong ramai-ramai ke sisi selat dalam waktu singkat pada malam hari. Sebuah ide yang tidak pernah terpikirkan oleh pemimpin-pemimpin sebelumnya. Bahkan dari pihak Konstatinopel pun tidak pernah mengira bahwa ide itu dapat dilakukan.

Setelah pengepungan selama 54 hari dan sebuah ide brilian yang tak pernah terpikirkan, mulai terlihat cahaya kemenangan. Konstatinopel yang tidak memiliki banyak pasukan bantuan. Sedangkan pasukan Muhammad Al-Fatih telah masuk ke Jantung pertahanan pertahanan Konstatinopel dan melakukan serangan penuh membuat kemenangan kaum muslimin pasti terjadi. Pada 29 Mei 1453, Al-Fatih bersama pasukan Utsmani dapat menaklukan Konstantinopel secara keseluruhan. Penaklukan itu mengakhiri Kekaisaran Bizantium yang berusia 1.058 tahun.

Hanefi Bostan, asisten profesor di departemen Sejarah Universitas Marmara di Istanbul, menjuluki penaklukan tersebut sebagai “salah satu pencapaian terbesar dan paling penting dalam sejarah Turki dan Islam”. Jatuhnya Konstantinopel menjadi pintu gerbang bagi kekalifahan Utsmani untuk melebarkan sayap kekuasaanya ke Mediterania Timur hingga ke semenanjung Balkan. Peristiwa ini menjadi titik krusial bagi stabilitas politik Ustmani sebagai kekuatan adikuasa kala itu. Tanggal 29 Mei 1453 juga ditandai sebagai era berakhirnya Abad Pertengahan.

Setelah mengambil alih kepemimpinan Konstantinopel, Mehmed mengubah Hagia Sophia (dieja Aya Sofya dalam bahasa Turki) yang semula adalah Basilika Ortodoks menjadi masjid. Mehmed juga segera memerintahkan pembangunan ulang kota, termasuk memperbaiki dinding, membangun benteng, dan membangun istana baru. Untuk mendorong kembali orang-orang Yunani dan Genova yang pergi dari Galata, Mehmed memerintahkan pengembalian rumah-rumah mereka dan memberikan jaminan keamanan.

Sebuah keputusan yang sangat bijak untuk membangun Kembali kota konstatinopel bahkan membawa Kembali orang-orang Yunani dan Genova ke konstatinopel. Hal ini menunjukkan toleransi dari umat islam bahwa islam adalah agama yang damai. Namun keputusan untuk menjadikan gereja Basilika Ortodoks sebagai Masjid adalah keputusan yang berbeda dengan yang dilakukan oleh Umar bin Khattab.

Pada saat itu, Setelah Umar menandatangani perjanjian penyerahan Yerusalem, dirinya diajak berkeliling kota dan mendapat sambutan hangat dari warga Yerusalem. Saat singgah di Gereja Makam Kudus, Umar Bin Khattab kemudian meminta izin kepada Uskup Agung Sophronius untuk melaksanakan salat karena telah tiba waktu melaksanakan salat zuhur. Uskup Agung Sophronius menawarkan kepada Khalifah Umar bin Khattab untuk menunaikan salat di ruangan dasar Gereja Makam Kudus. Tetapi, Umar Bin Khattab menolak secara halus ajakan tersebut dan kemudian melaksanakan salat zuhur di luar gereja tersebut.

Setelah dirinya melaksanakan salat, Umar Bin Khattab kemudian memberikan alasannya menolak menunaikan salat di dalam gereja. Sikap penolakan Umar Bin Khattab tersebut bukan ditujukan pada persoalan lokasi pelaksanaan salat melainkan ia memikirkan hal yang lebih besar dan maslahat.

Dirinya menolak salat di gereja agar rumah ibadah agama Kristen di Yerusalem tidak dirampas untuk dijadikan masjid karena alasan pemimpin besar umat Islam pernah melaksanakan salat di tempat itu. “Kalau saya salat di situ, dikhawatirkan di kemudian hari umat Islam merampas gereja Tuan untuk dijadikan masjid,” (KH Saifuddin Zuhri, 2013: 689).

Dari kisah Umar kita diajarkan agar kita tidak merampas tempat ibadah agama lain, karena Umar sangat menghargai hubungan antar agama. Umar juga menjamin keamanan hidup dan kebebasan beribadah bagi agama lain. Namun kita tetap harus bangga karena salah satu perkataan Rasulullah yang mengatakan bahwa Konstatinopel akan dapat ditaklukkan oleh umat Islam benar terjadi. Yang lebih hebat pula bahwa yang memimpin penaklukkan tersebut adalah seorang anak muda yang sangat cerdas dengan pasukan terbaiknya.

Nama Konstantinopel kemudian diubah menjadi Istanbul yang berarti kota Islam. Istanbul, kerap dilafalkan Istambul, kemudian sebagai ibu kota kekalifahan Utsmani hingga kejatuhannya pada 1923. Kota pelabuhan laut ini menjadi pusat perdagangan utama Turki modern saat ini. Secara geografis, wilayah Istanbul ‘terbelah’ dua dan masing-masing terletak di Asia dan Eropa. Berpenduduk hingga 16 juta jiwa, Istanbul adalah salah satu kota terpadat di Eropa.

 

Sumber referensi        : bekasi.pikiran-rakyat.com

      HUTTON WEBSTER, PHD, World History Sejarah Dunia Lengkap

      islampos.com

      kompas.com

      wikipedia.org