F PENAKLUKAN KONSTANTINOPEL OLEH SULTAN MUHAMMAD AL FATIH!!! GEREJA MENJADI MASJID!!! ~ PEGAWAI JALANAN

Jumat, 11 Februari 2022

PENAKLUKAN KONSTANTINOPEL OLEH SULTAN MUHAMMAD AL FATIH!!! GEREJA MENJADI MASJID!!!



Penaklukkan Konstatinopel oleh Muhammad Al-Fatih merupakan peristiwa paling bersejarah bagi umat Islam. Penaklukan Konstantinopel dimulai pada 6 April 1453 Masehi. Pasukan Utsmani di bawah pimpinan Al-Fatih berjumlah kurang lebih 150.000 pasukan dengan senjata-senjata raksasa seperti meriam Basilika yang dibuat dengan teknologi terbaru pada masa itu.

Terkait penaklukan Konstatinopel oleh kaum muslimin, diriwayatkan dalam hadis. Rasulullah ditanya oleh salah seorang sahabat. ”Ya Rasul, mana yang lebih dahulu jatuh ke tangan kaum Muslimin, Konstantinopel atau Romawi?” Nabi menjawab,”Kota Heraklius (Konstantinopel). (HR Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim).

Nabi SAW juga bersabda: “Istanbul pasti akan ditaklukkan; sang penakluk adalah komandan terbaik, pasukannya adalah prajurit yang terbaik.”

Pemimpin dari pasukan itu Muhammad Al-Fatih atau Sultan Mehmed II. Mehmed lahir pada 30 Maret 1432 di Edirne, ibu kota Utsmaniyah kala itu. Dia merupakan anak dari Sultan Murad II dan Huma Hatun. Saat Mehmed berusia sebelas tahun, dia dikirim untuk memerintah Amasya, sesuai tradisi Utsmani untuk mengutus para ÅŸehzade (pangeran) yang sudah cukup umur untuk memerintah di suatu wilayah sebagai bekal bila naik tahta kelak. Murad juga mengirimkan banyak guru untuk mendidik putranya, di antaranya adalah Molla Gurani dan Syaikh Muhammad Syamsuddin bin Hamzah.

Setelah mengadakan perjanjian damai dengan Kadipaten Karaman di Anatolia pada tahun 1444, Murad yang sebenarnya lebih tertarik dalam masalah agama dan seni daripada politik turun tahta dan menyerahkan kepemimpinan negara kepada Mehmed yang saat itu masih dua belas tahun. Pada periode pertama masa kekuasaan Mehmed, pihak Utsmani diserang oleh Kerajaan Hongaria yang dipimpin Janos Hunyadi. Penyerangan ini melanggar gencatan senjata yang tertuang dalam Perjanjian Szeged (1444). Dalam keadaan seperti ini, Mehmed meminta ayahnya untuk kembali naik tahta, tetapi Murad menolak. Mehmed lalu menulis surat, "Bila Ayah adalah sultan, datanglah dan pimpinlah pasukan Ayah. Bila aku adalah sultan, aku memerintahkan Ayah untuk datang dan memimpin pasukanku." Murad kemudian datang dan memimpin pasukan, mengalahkan pasukan gabungan Hongaria-Polandia dan Wallachia yang dipimpin oleh WladysÅ‚aw III, Raja Hongaria dan PolandiaJanos Hunyadi, komandan pasukan gabungan Kristen; dan Mircea II, Voivode (Adipati/Pangeran) Wallachia dalam Pertempuran Varna (1444).

Murad kemudian didesak untuk kembali naik tahta oleh Çandarlı Halil Pasya yang tidak senang dengan kuatnya pengaruh Syaikh Syamsuddin pada masa kekuasaan Mehmed. Sultan Murad lalu kembali naik tahta dan berkuasa hingga wafatnya pada tahun 1451. Setelah wafatnya Sultan Murad, Mehmed kembali naik tahta dan dinobatkan di Edirne pada usia sembilan belas tahun. Saat Mehmed kembali naik tahta pada 1451, dia memusatkan perhatiannya untuk memperkuat angkatan laut Utsmani untuk persiapan penaklukan Konstantinopel.

Tidak mudah untuk dapat menaklukkan Konstantinopel. Bahkan upaya penaklukan sudah dilakukan sejak tahun 44 Hijriah pada masa Muawiyah bin Abu Sofyan. Konstantinopel memiliki benteng pertahanan yang sangat kuat sampai tiga lapis, sehingga saat itu hampir tidak mungkin ditembus.

Pada tahun 1453, Mehmed memulai pengepungan Konstantinopel dengan pasukan berjumlah kurang lebih 150.000 orang, kereta api artileri, dan 320 kapal. Kota ini dikelilingi oleh laut dan darat, armada ditempatkan di pintu Bosporus dari pantai ke pantai dalam bentuk bulan sabit untuk menghadang bantuan untuk Konstantinopel dari laut. Pada awal April, upaya penaklukan Konstantinopel dimulai. Awalnya, tembok kota dapat menahan pasukan Utsmani, meskipun Sultan Mehmed telah menggunakan meriam yang dibuat oleh Orban, insinyur dari Transilvania.

Pasukan artileri Al-Fatih gagal menusuk dari sayap barat lantaran dihadang dua lapis benteng kukuh setinggi 10 meter. Mencoba mendobrak dari selatan Laut Marmara, pasukan laut Al-Fatih terganjal militansi tentara laut Genoa pimpinan Giustiniani. Setelah pertempuran demi pertempuran yang tersebut, Al-Fatih menyadari titik lemah Konstantinopel adalah sisi timur yakni selat sempit Golden Horn. Selat ini dibentang rantai besar dan dijaga dua puluh delapan kapal, menyulitkan armada kecil sekali pun untuk melewatinya.

Dalam pengepungan ini, pihak Romawi Timur sempat meminta bantuan dari Barat, tetapi Paus memberikan persyaratan agar Gereja Ortodoks Timur bersedia bergabung di dalam kewenangan kepausan di Roma. Seperti yang kita ketahui Ketika kekaisaran Roma menguasai dunia, pada masa kekaisaran kaisar Konstatin (penguasa tunggal 324-337), ia membentuk ibukota lain bagi dunia Roma di kota Yunani tua, Byzantium, di sisi Eropa Bosporus. Kota ini segera berganti nama menjadi konstatinopel, kota Konstatin. System Deocletian tentang Kerjasama para kaisar dan pemindahan ibukota dari Italia ke semenanjung Balkan oleh Konstatin menimbulkan pemisahan barat dan timur. Kekaisaran Roma cenderung terbagi menjadi dua kekaisaran, dan setelah kematian Konstatin, kedua kekaisaran ini tidak pernah bisa dipersatukan. Mereka sekarang memiliki sejarah dan agama yang berbeda.

Konstatinopel menolak untuk menerima persyaratan dari Paus, warga dan pemuka agama Ortodoks mengabaikannya karena kebencian mereka pada kewenangan Roma dan ritus liturgi Latin dalam Katolik, juga lantaran perbuatan umat Katolik pada masa pendudukan mereka atas Konstantinopel saat Perang Salib Keempat. Beberapa pasukan Barat memang datang memberikan bantuan, tapi sebagian besar penguasa di Barat sibuk dengan urusan masing-masing dan mengabaikan nasib Konstantinopel.

Pada 22 April, Muhammad Al-Fatih menggusur kapal-kapalnya dari laut ke darat, demi menghindari rantai besar, menaiki bukit di sekitar koloni Genova di Galata, dan ke pantai utara Tanduk Emas. Sebanyak 70-80 kapal digotong ramai-ramai ke sisi selat dalam waktu singkat pada malam hari. Sebuah ide yang tidak pernah terpikirkan oleh pemimpin-pemimpin sebelumnya. Bahkan dari pihak Konstatinopel pun tidak pernah mengira bahwa ide itu dapat dilakukan.

Setelah pengepungan selama 54 hari dan sebuah ide brilian yang tak pernah terpikirkan, mulai terlihat cahaya kemenangan. Konstatinopel yang tidak memiliki banyak pasukan bantuan. Sedangkan pasukan Muhammad Al-Fatih telah masuk ke Jantung pertahanan pertahanan Konstatinopel dan melakukan serangan penuh membuat kemenangan kaum muslimin pasti terjadi. Pada 29 Mei 1453, Al-Fatih bersama pasukan Utsmani dapat menaklukan Konstantinopel secara keseluruhan. Penaklukan itu mengakhiri Kekaisaran Bizantium yang berusia 1.058 tahun.

Hanefi Bostan, asisten profesor di departemen Sejarah Universitas Marmara di Istanbul, menjuluki penaklukan tersebut sebagai “salah satu pencapaian terbesar dan paling penting dalam sejarah Turki dan Islam”. Jatuhnya Konstantinopel menjadi pintu gerbang bagi kekalifahan Utsmani untuk melebarkan sayap kekuasaanya ke Mediterania Timur hingga ke semenanjung Balkan. Peristiwa ini menjadi titik krusial bagi stabilitas politik Ustmani sebagai kekuatan adikuasa kala itu. Tanggal 29 Mei 1453 juga ditandai sebagai era berakhirnya Abad Pertengahan.

Setelah mengambil alih kepemimpinan Konstantinopel, Mehmed mengubah Hagia Sophia (dieja Aya Sofya dalam bahasa Turki) yang semula adalah Basilika Ortodoks menjadi masjid. Mehmed juga segera memerintahkan pembangunan ulang kota, termasuk memperbaiki dinding, membangun benteng, dan membangun istana baru. Untuk mendorong kembali orang-orang Yunani dan Genova yang pergi dari Galata, Mehmed memerintahkan pengembalian rumah-rumah mereka dan memberikan jaminan keamanan.

Sebuah keputusan yang sangat bijak untuk membangun Kembali kota konstatinopel bahkan membawa Kembali orang-orang Yunani dan Genova ke konstatinopel. Hal ini menunjukkan toleransi dari umat islam bahwa islam adalah agama yang damai. Namun keputusan untuk menjadikan gereja Basilika Ortodoks sebagai Masjid adalah keputusan yang berbeda dengan yang dilakukan oleh Umar bin Khattab.

Pada saat itu, Setelah Umar menandatangani perjanjian penyerahan Yerusalem, dirinya diajak berkeliling kota dan mendapat sambutan hangat dari warga Yerusalem. Saat singgah di Gereja Makam Kudus, Umar Bin Khattab kemudian meminta izin kepada Uskup Agung Sophronius untuk melaksanakan salat karena telah tiba waktu melaksanakan salat zuhur. Uskup Agung Sophronius menawarkan kepada Khalifah Umar bin Khattab untuk menunaikan salat di ruangan dasar Gereja Makam Kudus. Tetapi, Umar Bin Khattab menolak secara halus ajakan tersebut dan kemudian melaksanakan salat zuhur di luar gereja tersebut.

Setelah dirinya melaksanakan salat, Umar Bin Khattab kemudian memberikan alasannya menolak menunaikan salat di dalam gereja. Sikap penolakan Umar Bin Khattab tersebut bukan ditujukan pada persoalan lokasi pelaksanaan salat melainkan ia memikirkan hal yang lebih besar dan maslahat.

Dirinya menolak salat di gereja agar rumah ibadah agama Kristen di Yerusalem tidak dirampas untuk dijadikan masjid karena alasan pemimpin besar umat Islam pernah melaksanakan salat di tempat itu. “Kalau saya salat di situ, dikhawatirkan di kemudian hari umat Islam merampas gereja Tuan untuk dijadikan masjid,” (KH Saifuddin Zuhri, 2013: 689).

Dari kisah Umar kita diajarkan agar kita tidak merampas tempat ibadah agama lain, karena Umar sangat menghargai hubungan antar agama. Umar juga menjamin keamanan hidup dan kebebasan beribadah bagi agama lain. Namun kita tetap harus bangga karena salah satu perkataan Rasulullah yang mengatakan bahwa Konstatinopel akan dapat ditaklukkan oleh umat Islam benar terjadi. Yang lebih hebat pula bahwa yang memimpin penaklukkan tersebut adalah seorang anak muda yang sangat cerdas dengan pasukan terbaiknya.

Nama Konstantinopel kemudian diubah menjadi Istanbul yang berarti kota Islam. Istanbul, kerap dilafalkan Istambul, kemudian sebagai ibu kota kekalifahan Utsmani hingga kejatuhannya pada 1923. Kota pelabuhan laut ini menjadi pusat perdagangan utama Turki modern saat ini. Secara geografis, wilayah Istanbul ‘terbelah’ dua dan masing-masing terletak di Asia dan Eropa. Berpenduduk hingga 16 juta jiwa, Istanbul adalah salah satu kota terpadat di Eropa.

 

Sumber referensi        : bekasi.pikiran-rakyat.com

      HUTTON WEBSTER, PHD, World History Sejarah Dunia Lengkap

      islampos.com

      kompas.com

      wikipedia.org


0 komentar:

Posting Komentar