F PEGAWAI JALANAN: SEJARAH NUSANTARA
Tampilkan postingan dengan label SEJARAH NUSANTARA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SEJARAH NUSANTARA. Tampilkan semua postingan

Senin, 27 Juni 2022

PEMBANTAIAN KEJI DAN BIADAB TERHADAP ORANG CINA DI BATAVIA (JAKARTA) 1740!!!

 


 “Setiap tempat bersimbah darah dan kanal-kanal dipenuhi dengan mayat-mayat. Sebagian besar kota diselimuti abu dan lima ribu warga Cina yang terkenal rajin dan penuh pengabdian itu telah tewas.” Demikian kisah memilukan dari sebuah catatan akhir abad ke-18 yang pernah tersimpan di perkumpulan komunitas Cina di Jakarta.

Sebuah kota membutuhkan warga yang menghidupkan kegiatan perekonomian. Salah satu komunitas perintis yang bermukim di dalam tembok kota adalah masyarakat Cina yang kelak menjadi cikal bakal budaya peranakan di kota itu. Bahkan, VOC menunjuk seorang kapitan pertama untuk mengatur masyarakat Cina di Batavia pada awal abad ke-17.

Pada awal abad ke-18 perekonomian dunia yang melesu dengan turunnya harga gula turut mempengaruhi kehidupan Batavia. Pengangguran di Batavia meningkat, sementara itu pendatang dari Cina kian memadati kota tertua di Asia Tenggara itu. Setidaknya 4.000 orang Cina bermukim di dalam tembok kota, sedangkan sekitar 10.000 orang berada di luar tembok kota. 

Gubernur Jenderal VOC—Kongsi Dagang Hindia Timur— Adriaan Valckenier, melakukan kebijakan untuk mengirimkan kelebihan pengangguran itu ke Sri Langka karena di pulau tenggara India itu VOC juga mendirikan benteng dan kota persinggahan. Namun, terdapat desas-desus yang berkembang di Batavia bahwa orang-orang Cina yang dikirim dengan kapal ke Sri Langka itu dibunuh dengan menceburkan mereka ke laut lepas.

Komunitas Cina di pinggiran Batavia mulai resah dan mengancam untuk melakukan pemberontakan di kota. Mereka juga mendapat dukungan dari warga Cina dalam tembok kota, melengkapi diri dengan berbagai senjata. Di beberapa tempat, seperti Meester Cornelis—kini Jatinegara—telah dikuasai pemberontak Cina.

Pada 9 Oktober 1740, terjadilah huru hara di dalam tembok Kota Batavia. Para serdadu VOC melakukan perampokan dan pembersihan warga Cina. Permukiman Cina dibakar. Semua warga Cina dalam tembok kota, baik pria, maupun wanita, bahkan anak-anak yang lari berhamburan ke jalanan kota itu dibunuh dengan keji.

Bahkan, beberapa ratus orang Cina yang menjadi  tahanan  di Stadhuis—Balai Kota Batavia, kini Museum Sejarah Jakarta—dibebaskan, lalu disembelih di halaman belakang gedung itu. Diperkirakan antara 5.000 sampai 10.000 warga Cina telah dibantai. Rumah Kapitan Cina Ni Hoe Kong yang terletak di Roa Malaka—nama jalan itu masih ada hingga kini—dijarah dan dihancurkan. Sang Kapitan yang bertanggung jawab terhadap segala aktivitas orang-orang cina itu ditangkap dan akhirnya wafat dalam pembuangannya di Ambon.

Polemik kian membesar, bahkan turut melibatkan kalangan lokal setelah beredar isu bahwa orang-orang Cina berencana memperkosa perempuan lokal, membunuh para lelakinya, atau menjadikannya sebagai budak (Setiono, 2008:114). Maka, kaum pribumi dari berbagai suku yang ada di Batavia pun bergabung dengan VOC untuk membantai etnis Tionghoa. Valckenier memanfaatkan situasi ini dengan menggelar sayembara. Ia menjajikan hadiah besar untuk setiap kepala orang Cina yang berhasil dipancung (Hembing Wijayakusuma, Pembantaian Massal 1740: Tragedi Berdarah Angke, 2005:103).

Dampaknya signifikan. Ratusan orang Cina ditangkap dan disembelih di halaman Balai Kota Batavia, termasuk para tahanan. Pembantaian berlangsung setidaknya hingga 22 Oktober 1740, belum termasuk rangkaian upaya pembersihan setelahnya. Tidak kurang dari 10 ribu orang Cina tewas, dan 500 orang lainnya luka berat, juga lebih dari 700 rumah warga Tionghoa dijarah dan dibakar baik oleh serdadu VOC maupun kaum pribumi (W.R. van Hoevell, Batavia in 1740, 1840:447-557).

Aksi berdarah yang mirip genosida alias pemusnahan etnis ini kemudian dikenal dengan istilah Chinezenmoord (Pembunuhan Orang Tionghoa), selain Geger Pacinan atau Tragedi Angke dalam ungkapan lokalnya. Angke sendiri konon berasal dari dua kata dalam bahasa Hokkian: ang yang artinya “merah” dan ke yang berarti “sungai” (Alwi Shahab, Betawi: Queen of the East, 2002:103). Dengan demikian, "angke” dapat diartikan “sungai merah”, semerah banjir darah kaum Tionghoa yang dibantai di Batavia pada 1740 itu.

Seorang pelaku pembantaian dan perampokan, G. Bernhard Schwarzen, berkisah dalam bukunya Reise in Ost-Indien yang terbit pada 1751. Ironisnya, dia juga membunuh orang Cina yang dia kenal baik dan kerap mengundangnya makan malam. Menurutnya, baru empat hari kemudian pembantaian berhenti. Tak tersisa lagi orang Cina di dalam tembok kota. “Seluruh jalanan dan gang-gang dipenuhi mayat, kanal penuh dengan mayat,” tulisnya. “Bahkan kaki kita tak akan basah ketika menyeberangi kanal jika melewati tumpukan mayat-mayat itu.”

Dua tahun kemudian, Gubernur Jenderal Valckenier yang dianggap bertanggung jawab atas tragedi di Batavia, dijatuhi hukuman penjara di Kastil Batavia selama 9,5 tahun sebelum akhirnya meninggal dan dimakamkan tanpa upacara.

Menurut Mona Lohanda, pemerhati sejarah peranakan Cina dan penulis buku Sejarah Para Pembesar Mengatur Batavia, kerusuhan 1740 meluas hingga ke Jawa. Bahwa tragedi orang-orang Cina bukan hanya berdampak kepada kehidupan di Batavia, tetapi juga berakibat pada ketidakstabilan politik di Kasultanan Mataram.

Bagaimana peristiwa itu meluas hingga ke Jawa? Dampak tragedi Oktober 1740, telah membuat Kasultanan Banten bersiaga dengan tiga ribu prajuritnya untuk menghadang orang-orang Cina yang melarikan diri dari Batavia. Gagal memasuki Banten, para pelarian itu bergerak ke timur. Sejumlah seribu orang bertemu di pantai sisi utara Pati, kota kecil di Jawa Tengah. Akhirnya, sebagai tindakan balasan, mereka bergabung dengan komunitas Cina asal Semarang dan mengepung benteng VOC di kota itu. Tak hanya itu, mereka juga menyerang pertahanan VOC di Rembang, sebuah benteng pinggir pantai. Tampaknya, inilah perlawanan terhebat dan terheroik orang-orang Cina kepada VOC dalam sejarah  peranakan Indonesia yang terlupakan.

Jikalau Raja Kartasura, Susuhunan Pakubuwana II, menyatukan antara kekuatan pemberontakan orang-orang Cina dan kekuatan prajurit keratonnya, mungkin saja VOC bisa hengkang dari Jawa Tengah. Namun, sang raja tampaknya menyia-nyiakan momentum sehingga VOC berhasil menguasai keadaan dengan campur tangan dalam urusan kerajaan. Meskipun konspirasi Cina-Jawa dalam “Geger Pacinan” dapat dipatahkan VOC, perseteruan keluarga itu baru berakhir pada 1755 dengan terbaginya Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. 

Usai tragedi kebiadaban itu, tidak ada warga Cina yang kembali ke Batavia. Lalu, VOC memberikan izin tinggal bagi orang-orang Cina di sebelah selatan tembok kota, daerah ladang tebu dan berawa milik Arya Glitok, seorang adiwangsa asal Bali. Kelak, pecinan baru itu dikenal dengan sebutan mirip nama belakang bekas pemiliknya: Glodok. Inilah salah satu cerita paling berdarah, juga perih, dalam sejarah Nusantara.

 

Referensi :

nationalgeographic.grid.id

tirto.id

 

WAYANG PRODUK ASLI NUSANTARA!!! ALAT DAKWAH YANG DIHARAMKAN SEBAGIAN GOLONGAN!!!

 

Wayang kulit adalah salah satu budaya seni tradisional Indonesia, pada masa lampau, terutama di Jawa. wayang juga ikut berperan penting terhadap perkembangan agama Islam di negeri ini. Penyebaran agama islam yang dilakukan oleh para Walisongo melalui wayang terbukti efektif. Sunan Kalijaga menginspirasi para walisongo untuk memadukan antara kesenian dan ajaran agama islam.

Sunan Kalijaga yang memiliki nama asli Raden Said dilahirkan pada tahun 1450 Masehi. Ia adalah salah satu anggota wali songo yang menyebarkan siar Islam di wilayah Jawa Tengah. Pada saat itu, masyarakat Jawa Tengah masih kental dengan budaya Jawa seperti gamelan dan wayang. Sunan Kalijaga mengawali dakwahnya di Desa Kalijaga, Cirebon. Ia mengislamkan penduduk sekitar termasuk Indramayu dan Pamanukan. Model dakwah yang dilakukan Sunan Kalijaga dengan pendekatan lewat kesenian dan kearifan lokal.

Sunan Kalijaga terlebih dahulu mempelajari watak dan budaya penduduk sekitar. Kalau mereka adalah tatanan masyarakat yang mudah lari jika dipaksa untuk mengikuti sesuatu yang baru bagi mereka. Hal inilah yang dimanfaatkan Sunan Kalijaga sebagai strategi dakwahnya, memasukkan unsur ajaran agama Islam dalam seni pewayangan. Dia pun mulai mempelajari karakteristik masyarakat di sana serta turut mendalami ilmu mendalang hingga kesusatraan.

Wayang adalah jenis seni pertunjukan yang mengisahkan seorang tokoh atau kerajaan dalam dunia perwayangan. wayang berasal dari kata Ma Hyang yang berarti menuju kepada roh spiritual, dewa atau Tuhan Yang Maha Esa. Wayang juga berasal dari kata Wad an Hyang, artinya "leluhur", tapi ada juga yang berpendapat wayang artinya "bayangan".

menurut R. Gunawan Djajakusumah dalam bukunya Pengenalan Wayang Golek Purwa di Jawa Barat mengatakan Wayang adalah kebudayaan asli Indonesia (khususnya di Pulau Jawa). Adapun yang berpendapat bahwa wayang berasal dari negeri India mungkin melihat dari asal ceritanya yaitu mengambil dari cerita Ramayana dan Mahabrata. Tetapi selanjutnya cerita-cerita itu diubah dan direkayasa disesuaikan dengan kebudayaan di Jawa.

Wayang kulit merupakan produk budaya yang dihasilkan jauh sebelum agama Islam masuk di Indonesia yang keberadaannya masih dipertahankan. Namun dalam kelangsungannya wayang kulit ini mengalami perubahan drastis baik menyangkut bentuk maupun pemaknaannya.
Wayang kulit purwa yang telah menemukan bentuknya pada masa Hindu di Jawa, di masa Islam ini mengalami perubahan di segala bidang dari tampilan wujud maupun fungsi disesuaikan dengan ajaran-ajaran dan aturan dalam agama Islam.

Ada sejumlah perbedaan wayang asli dari budaya Jawa dengan wayang hasil sentuhan Sunan Kalijaga. Sebelumnya, wayang masih berupa gambar di atas kertas dengan wujud manusia. Satu lukisan wayang menggambarkan isi satu adegan. Mengingat wayang berbentuk manusia dan diharamkan oleh Sunan Giri, Sunan Kalijaga pun sedikit mengubah tampilan wayang yang telah ada. Berkat hasil rombakan dari Sunan Kalijaga, wayang dibuat di atas kulit kambing hingga disebut dengan wayang kulit.

Gambar yang ditampilkannya juga cenderung mirip karikatur tidak nyata, bukan berwujud manusia. Kemudian, satu lukisan wayang milik Sunan Kalijaga sudah menjelaskan isi satu wayang. Dengan demikian wayang kulit purwa sudah dapat diterima dalam agama Islam, karena tidak lagi menggambarkan manusia atau binatang secara realistis. Contohnya, orang yang menghadap ke depan diukir dengan letak bahu di depan dan di belakang. Tangan wayang kulit dibuat panjang hingga menyentuh kakinya. Meski menghadap ke depan, matanya dibuat tampak utuh. Hasilnya, wujud wayang kulit purwa sudah berbeda jauh dengan gambaran manusia, walau wayang kulit memiliki mata, hidung, dan mulut orang.

Dalam pertunjukan wayang, kehadiran Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong selalu dinanti-nanti para penonton. Keempatnya merupakan karakter khas dalam wayang Jawa ( Punakawan ). Pendekatan ajaran islam dalam kesenian wayang juga tampak dari nama-nama tokoh punakawan. Barang kali tak banyak orang yang tahu kalau nama-nama tokoh pewayangan, seperti Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong sebenarnya berasal dari bahasa Arab.

Ada yang menyebutkan, Semar berasal dari kata Sammir yang artinya "siap sedia". Namun, ada pula yang meyakini bahwa kata Semar berasal dari kata Ismar. tokoh semar selalu tampil sebagai pengokoh (paku) terhadap semua kebenaran yang ada, ia selalu tampil sebagai penasihat. Gareng berasal dari kata Khair yang bermakna kebaikan atau kebagusan. Petruk berasal dari kata Fatruk yang berarti meninggalkan. Ada yang berpendapat kata petruk diadaptasi dari kata Fatruk kata pangkal dari sebuah wejangan (petuah) tasawuf, " Fat-ruk kulla maa siwallaahi" (tinggalkan semua apapun yang selain Allah). Sedangkan Tokoh Bagong diyakini berasal dari kata Bagho yang artinya kejelekan. pendapat lain menyebutkan Bagong berasal dari kata Baghaa yang berarti berontak, Yakni berontak terhadap kebatilan dan keangkaramurkaan. Jika Punakawan ini disusun secara berurutan Semar, Gareng, Petruk, Bagong secara harfiah bermkna " Berangkatkan menuju kebaikan, maka kamu akan meninggalkan kejelekan". 

Pada awal kemunculannya, kesenian wayang kayu lahir dan berkembang di wilayah pesisir utara pulau Jawa. pada awal abad ke-17 dimana kerajaan Islam tertua di pulau jawa tumbuh disana, dengan menggunakan bahasa sunda dalam dialognya. Menurut legenda yang berkembang, sunan kudus menggunakan  bentuk wayang golek awal ini untuk menyebarkan islam dimasyarakat. Wayang golek tersebut lalu diubah menjadi wayang kulit oleh Sunan Kalijaga karena tidak sesuai dengan syariat islam. Mengingat cerita itu sarat dengan unsur Hindu-Budha, maka Sunan Kalijaga pun berusaha memasukkan unsur-unsur islam dalam pewayangan. Ajaran-ajaran dan jiwa keislaman itu dimasukan sedikit demi sedikit. Bahkan lakon atau kisah dalam pewayangan tetap mengambil cerita Pandawa dan Kurawa yang mengandung ajaran kebaikan dan keburukan.

Kondisi inilah yang mendorong para walisongo merombak bentuk wayang kulit dan memasukkan unsur baru berupa ajaran islam dengan membuat "Pakem Pewayangan baru" yang bernafaskan Islam, seperti cerita Jimat Kalimasodo, atau dengan cara menyelipkan ajaran islam dalam pakem pewayangan yang asli. Dengan demikian masyarakat yang menonton wayang dapat menerima langsung ajaran islam dengan sukarela dan mudah.

Akhir-akhir ini wayang sempat diperbincangkan antara pro dan kontra tentang kesenian wayang tersebut. Jika kita melihat histori kesenian wayang, wayang adalah salah satu media dakwah penyebaran agama islam terutama di tanah jawa. Maka wayang adalah salah satu kesenian yang memiliki sejarah sendiri bagi kita. Saat ini tugas kita adalah untuk tetap melestarikan kesenian wayang yang menjadi kesenian masyarakat jawa agar tidak hilang. Saat ini kesenian wayang cukup sulit untuk ditemukan karena rendahnya minat pemuda kita untuk belajar kesenian tradisional. Tanpa kita sadari wayang bisa saja musnah jika tidak ada lagi yang melestarikan kesenian wayang tersebut.

Itulah kesenian wayang yang berasal dari Indonesia. Banyaknya peranan wayang dalam sejarah bangsa Indonesia terutama pada penyebaran agama seperti hindu, buddha dan juga islam. Semoga kita dapat terus melestarikan kesenian nenek moyang kita. Sehingga anak cucu tetap bisa menyaksikan wayang sebagai peninggalan nenek moyang kita pada masa lampau.

Sumber Referensi       : academia.edu

  detik.com

  id.wikipedia.org

                                      kompas.com

  merdeka.com

  republika.co.id

 

PENJAJAH BARATLAH YANG MEMBERIKAN NAMA INDONESIA!!!

 


Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak pulau, mulai dari sabang hingga merauke. Banyaknya suku dan Bahasa yang ada di Indonesia, membuat Indonesia termasuk ke dalam salah satu negara dengan penduduk terbanyak. Setelah mengalami perjalanan panjang dalam perjuangan melawan penjajahan, Indonesia akhirnya merdeka dari penjajahan pada tahun 1945. Kumandang kemerdekaan membuat Indonesia resmi berdiri menjadi sebuah negara. Sebelum memakai nama Indonesia, saat itu Indonesia memiliki nama hindia Belanda. Hindia Belanda tidak lagi dipakai sejak pendudukan Jepang pada tahun 1942. Lantas, kapankah nama Indonesia mulai dicetuskan dan siapakah yang mempopulerkan nama Indonesia hingga dapat menjadi sebuah negara.

Nama Indonesia berasal dari berbagai rangkaian sejarah yang puncaknya terjadi di pertengahan abad ke-19. Catatan masa lalu menyebut kepulauan di antara Indocina dan Australia memiliki beragam nama. Orang-orang bangsa Tionghoa menyebut kawasan ini sebagai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara ("Kepulauan Tanah Seberang"), nama yang diturunkan dari kata dalam bahasa Sanskerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Nama "Indonesia" berasal dari dua kata Yunani yaitu, Indus yang berarti "India" dan kata Nesos yang berarti pulau/kepulauan, maka "Indo-nesia" berarti "kepulauan India".

Bangsa Arab menyebut wilayah kepulauan itu sebagai Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan, benzoe, berasal dari nama bahasa Arab, luban jawi ("kemenyan Jawa"), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "orang Jawa" oleh orang Arab, termasuk untuk orang Indonesia dari luar Jawa sekali pun. Dalam bahasa Arab juga dikenal nama-nama Samathrah (Sumatra), Sholibis (Pulau Sulawesi), dan Sundah (Sunda) yang disebut kulluh Jawi ("semuanya Jawa").

Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari orang Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah Hindia. Jazirah Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang", sementara kepulauan ini memperoleh nama Kepulauan Hindia (Indische ArchipelIndian Archipelagol'Archipel Indien) atau Hindia Timur (Oost IndieEast IndiesIndes Orientales).

Nama lain yang kelak juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische ArchipelMalay Archipelagol'Archipel Malais). Unit politik yang berada di bawah jajahan Belanda memiliki nama resmi Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda). Hindia Belanda dipakai untuk membedakan antara India yang dijajah oleh Inggris dan Indonesia yang dijajah oleh Belanda. Sedangkan pada pendudukan Jepang tahun 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur) untuk menyebut wilayah taklukannya di kepulauan ini.

Bila ditelusuri lebih jauh, sejarah mengenai asal mula Negara ini memakai nama Indonesia tercantum dalam judul artikel “Tentang Nama Indonesia” di buku “Mohammad Hatta: Politik, Kebangsaan, Ekonomi (1927-1977). Diawali oleh Pemerintahan Kerajaan Belanda yang memakai nama Nederlandsch-Indie atau Hinda-Belanda untuk Indonesia semasa penjajahan. Nama “Indonesia” pertamakali muncul di tahun 1850, di sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang terbit di Singapura.

Pramoedya Ananta Toer, dalam buku Sedjarah Modern Indonesia yang diterbitkan di kalangan terbatas pada tahun 1964, menyebutkan nama Logan sebagai pencetus pertama istilah Indonesia. Pramoedya melihat Logan sebagai etnolog yang mencetuskan istilah Indonesia. Sebenarnya ada dua orang yang 'terlibat' mencetuskan nama Indonesia. Pertama adalah George Samuel Windsor Earl, dan James Richardson Logan.  Saat itu, nama Indonesia yang masih memakai nama Hindia, sering tertukar dengan nama tempat lain. Karena itu, keduanya berpikir, daerah jajahan Belanda ini perlu diberi nama tersendiri.

Earl adalah orang yang menulis sebuah artikel dalam jurnal "The Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia" Vol. IV pada 1850. Di halaman 71 jurnal itu, Earl menulis "the Malayunesian branch of this race". Di bawah halaman ditambahkan oleh dia catatan yang menjelaskan istilah itu. Dia mengusulkan nama baru bagi penduduk kepulauan Hindia dengan nama "Indu-nesians" atau "Malayu-nesians".  Earl sendiri lebih suka dengan istilah "Malayu-nesians", karena menurutnya istilah itu lebih memberikan penghargaan pada orang-orang Melayu yang telah menjelajah seluruh kepulauan sebelum orang-orang Eropa. Sedangkan Logan berpendapat sedikit berbeda.

Logan yang menjadi kepala redaksi majalah itu yang juga rekan Earl, lebih memilih atau lebih suka dengan istilah Indonesia yang lebih praktis. Dia lebih memilih "Indonesia" sebuah istilah geografi untuk membedakan dengan wilayah kepulauan ini dengan wilayah lain.  Praktis, menurutnya karena lebih singkat ketimbang istilah panjangnya "Indian Archipelago". Di halaman 254 jurnal itu, Logan memilih Indonesia sebagai nama wilayah kepulauan, dan penduduknya menjadi orang-orang Indonesia.

Penjelasan Logan adalah bagian dari uraian dia untuk menjelaskan wilayah keseluruhan "wilayah Hindia" atau "the whole Indian Region". Menurut Logan, wilayah ini adalah wilayah bagian daratan yang dibagi dua oleh Teluk Benggala.  Di bagian timur yang juga mendapat pengaruh dari India juga bagian dari keseluruhan wilayah ini. Oleh karena itulah, Logan mengusulkan nama India, Ultraindia, atau Transindia dan Indonesia. Jika digambarkan pada saat ini wilayah India bisa diartikan wilayah antara Pakistan dan India Utara, kemudian India Selatan beserta kepulauan di sekitarnya, dan Asia Tenggara.

Nama Indonesia lalu dipopulerkan oleh etnolog Jerman, Adolf Bastian melalui bukunya, Indonesien Oder Die Inseln Des Malayischen Archipels dan Die Volkev des Ostl Asien (1884). Pada tahun 1924, pemakaian nama Indonesia dimulai dengan terbitnya koran Indonesia Merdeka milik Perhimpunan Indonesia. Kemudian penggunaan secara nasional bersama-sama terucap dalam ikrar Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 hingga akhirnya menjadi Negara resmi bernama Indonesia melalui Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, juga pernah memakai nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan Indonesia, yaitu "Insulinde", yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (dalam bahasa Latin "insula" berarti pulau). Nama "Insulinde" ini selanjutnya kurang populer, walau pernah menjadi nama surat kabar dan organisasi pergerakan di awal abad ke-20.

Itulah asal mula bangsa kita menggunakan Indonesia sebagai sebuah nama negara yang baru dibentu. Selain Hindia Belanda dan Indonesia, Sejarah juga mencatat Indonesia memiliki nama lain seperti the Malay Archipelago, Insulinde, Nusantara, dan The emerald of Equator (Zamrud Khatulistiwa). Dari nama-nama tersebut, Indonesia lebih cocok jika menggunakan kata Nusantara. Karena Nusantara tercatat dalam literatur berbahasa Jawa Pertengahan (abad ke-12 hingga ke-16) yang digunakan untuk menyebut pulau-pulau di luar Majapahit (Jawa). Menurut kalian, nama apa yang paling cocok untuk menggambarkan bangsa Indonesia.

 

Sumber referensi :      

id.wikipedia.org

indonesiabaik.id

inews.id

liputan6.com

p2kp.stiki.ac.id

republika.co.id

Rabu, 20 April 2022

BOROBUDUR BUKAN CANDI BUDHA!!! NUSANTARA ADALAH BANGSA YANG MELAHIRKAN LANDASAN HINDU BUDHA!!!

 


Terdapat beberapa teori yang berusaha mengupas misteri tentang candi Borobudur. Diantaranya mengatakan bahwa candi Borobudur dibangun pada masa dinasti Sailendra dengan berbagai bukti ilmiahnya. Terdapat pula teori dari KH. Fahmi Basya yang mengatakan bahwa candi Borobudur dibangun pada masa nabi Sulaiman didukung dengan berbagai bukti-bukti yang dikemukakannya. Kedua teori tersebut tentu masih harus dibuktikan. Seperti yang kita ketahui, bahwa selama berabad-abad candi  Borobudur terkubur di bawah lapisan tanah dan debu vulkanik yang kemudian ditumbuhi pohon dan semak belukar hingga menyerupai bukit. Candi Borobudur kembali ditemukan pada tahun 1814 ketika Indonesia tengah dijajah Inggris.

Penemu candi tersebut adalah Sir Thomas Stanford Raffles ketika mengunjungi Semarang. Dia mendapat laporan temuan batu-batu berukir di bukit sekitar desa Bumisegoro, Karesidenan Magelang. Raffles kemudian mengutus asistennya, Cornelius untuk melakukan penelitian. Cornelius akhirnya melakukan penelitian pada 1814. Raffles kemudian Menamakan bangunan megah ini dengan nama BOREBUDUR berasal dari kata Bore dan Budur. Dalam tata bahasa Inggris untuk menyebut desa terdekat dengan candi itu yaitu desa Bore (Boro), dan “Budur” bahasa jawa diartikan “Purba”, arti Budur/Bidur bahasa jawa juga berarti “Bisul”. Walaupun pada faktanya tidak terdapat desa dengan nama Bore disekitar candi.

Jika kita menelusuri di internet tentang kapan candi Borobudur dibangun, maka kita akan menemukan jawaban bahwa candi Borobudur dibangun pada tahun 750 M. Johannes Gijsbertus Casparis ,seorang Filolog Belanda menulis dalam disertasinya pada tahun 1954 memperkirakan pembangunan nya sekitar tahun 824 M. namun ini hanyalah sebuah “Perkiraan” bukan hasil kesimpulan berdasar penelitian ilmiah akademis. Kitab-kitab yang dikatakan mendasari desain rancang bangunan ini adalah “Shilpa Shastra” & “Vastu Sastra dari india. Namun Faktanya, semua kitab-kitab itu baru ada pada abad 5 M, dan Bangunan megah ini telah ada sebelumnya.

Jika kita melihat dari peninggalan prasasti-prasasti yang ada, Agama Buddha pertama kali masuk ke Nusantara Indonesia sekitar pada abad ke-5 Masehi. Karena Nusantara pada abad 4 -7 M tidak tercatat adanya misionaris india yang datang ke Nusantara, maka Diduga pertama kali agama Budha dibawa oleh pengelana dari China bernama Fa Hien. Namun orang-orang Tiongkok dari Fa-Hien 399-414 M sampai I-Tshing 671 – 695 M, Datang ke Indonesia adalah untuk “Belajar” dan bukan membawa “Buddhism” dari negaranya.

Kumpulan tulisan Fa Hien yang dikenal dengan judul "A Record of Buddhist Kingdoms" atau "Catatan Negara-negara Buddhis",Menulis bahwa di Jawa saat itu kepercayaan yang berkembang adalah Hindu, Budha, dan kepercayaan animis (kepercayaan asli). Dalam Catatannya tersebut, secara tidak langsung mematahkan teori yang mengatakan bahwa agama budha dibawa olehnya. Dan mematahkan teori yang mengatakan bahwa budha masuk ke Indonesia pada abad ke 5 M. berdasarkan pada buku "Perjalanan Biksu Tiongkok Fa-Hien di thn 399-414 M, terjemahan dari Corean Recension teks bahasa Mandarin oleh James Legge memiliki arti sebagai berikut:

Dengan pergi menumpang kapal dagang besar Fa-Hian tiba dan berada dan tinggal di sini selama 2 tahun,ia menulis salinan buku-buku suci (sutra) ia juga melihat dari jarak sepuluh langkah, terlihat patung dengan corak emasnya ditampilkan dengan jelas dan cerah (arca kayu lapis emas).

Di antara orang-orang yang telah datang kesini mengatakan bahwa Seribu Pelajar telah mengambil sumpah (wisuda)di sini semuanya "meninggalkan bayangan" (Equinox di Muara Takus,Bukan di Srilangka atau Palembang). Mengikuti sungai Po-Nai (adalah sungai Pana'i,kampar) di tempat "di mana para pelajar pernah tinggal di situ dan melakukan gerakan "berjalan berputar" mengelilingi "Tope"/Stupa juga 4 guru duduk di 4 sudut, di tempat ini "Menara" telah didirikan (situs muaratakus).

Dari sini terus pergi ke timur hampir lima puluh yojana kami tiba di kerajaan "Tamralipti" (yang dimaksud Fa-Hien ini adalah Langka Puri/Sijangkang/Katangka/Kota angka). Ini di mulut laut, ada 24 sangharamas di sini,semuanya memiliki imam tetap dan hukum "Dhamma" dihormati, ini area barat situs di bukit katangka sekarang. pergi ke barat 300 langkah,menemukan tempat tinggal di antara bebatuan,bernama goa "Pippala",di mana para pelajar secara teratur duduk bermeditasi… di sebelah barat jalan,kami menemukan taman Bambu Karanda,di mana sangharama lama masih ada....

Lokasi yang di maksud Fa-Hien 399-414 M adalah di Svarnadvipa yang juga di kunjungi I-Tshing 671 - 695 M, tepat nya di area kota suci yang land marknya "Muara Takus" goa "Pippala" adalah Lobang Koliong/Lobang Hitam di sebut masyarakat setempat dan taman Bambu Karanda adalah Koto bambu kuning/Koto Soghiok,sangharama lama ini adalah "Perguruan dewa dewi/"Nanlanda" masyarakat menyebut nya.

Sedangkan Buku terjemahan bahasa Inggris dari catatan perjalanan Xuanzang/ Hieun – Tsang 602 – 664 M oleh Samuel Beal tahun 1884 memiliki arti sebagai berikut.

Di sebelah timur ada saṅghārāma dan di tengah-tengah hutan āmra adalah tembok fondasi tua,ini adalah tempat Bodhisattva Asa Asga menyusun śāstra yang disebut Hin-yang-shing-kiau.(Fondasi tua adalah sisa reruntuhan Universitas Dharmapala,arah Timur situs). Sebelah barat daya kota 8 atau 9 li adalah sebuah batu yang berdiam di Nāga Tathāgata meninggalkan bayangannya di sini,ini adalah tradisi,tidak ada sisa bayangan yang terlihat (Equinox).

Di sisi kota adalah saṅghārāma tua, yang ada dinding pondasinya saja, di sinilah Dharmapāla Bodhisattva membantah argumen para bidat (ajaran sesat), di sampingnya ada stupa yang dibangun oleh rāja, sekitar 200 kaki tingginya,ada stupa,para murid yang menderita penyakit,dengan berdoa di sini kebanyakan disembuhkan,di dekat ini ada bekas tanda di mana Tathāgata berjalan ke sana kemari (Pradaksina/Prasawiya/Tawaf dilokasi situs muaratakus). 24 "Sangharamas" yang di lihat Fa-Hien adalah berada di Bagian Barat sudut Timur "Kota Suci", atau "Muotakui" adalah sebutan terdahulu area ini sebelum di sebut "Muara Takus".

Sangharama/universitas pusat pembelajaran "Dharmic"di Svarnadvipa bernama "Dharma Phala", sangharama cabang di india "Nalanda" cabang di java Vhwănā Çhaķâ Phalā kini bernama Borobudur, Laku atau cara kontemplasi "Topo" ini tampil pada stupa atas nya. Vhawana Sakha Phala,"Borobudur" ber palsafah ajaran asli Nusantara,Rincian prosesi kontemplasi spiritual Topo yaitu : Toponing Jasad,Toponing Hawa Nafsu,Toponing Budi, Toponing Suksmao, Toponing Cahyo, dan Toponing Gesang.

Tiga tahapan Borobudur adalah Gambaran yg menjelaskan "BHAWANA TRAYA" ,BHAWANA berarti "Jagad" atau alam kehidupan,"Bhawanatraya" adalah tiga alam kehidupan yang ada di dalam semesta ini, bukan kamadatu, rupadatu, dan arupadatu istilah india. Pada relief dasar yg saat ini tdk di expose terdapat tulisan " SVARGGA, ini bukan istilah arab , Kata arab adalah "Jannah", di india "Nibana", Dan "Nibana" bukan "Svargga", Ajaran asli Nusantara maju terdahulu "Dharma" terekam pada budaya asli Nusantara.

3 alam kehidupan tercermin dlm 3 Tahapan Borobudur yaitu, Bhawana Langgeng (alam kekal), Bhawana Driyo (alam lahiriah), dan Bhawana Triya (alam rohaniyah). Dalam sunda wiwitan di sebut dengan Buwana Niskala, Buwana alam tengah dan Buwana nyungcung,Sasaka Domas. Budaya Batak, Parmalim membagi tiga besar pola alam "Banua" atau "Buana" yaitu, Banua Ginjang (Alam sorgawi), Banua Tonga (Alam dimensi kita), dan Banua toru (Alam maut). Budaya suku "Asmat" mengenal tiga konsep dunia yaitu, Ow Capinmi (Alam sekarang), Dampu ow Capinmi (Alam persinggahan), dan Safar (Surga).

“Moksartham jagahita ya ca iti dharma” Artinya “Dharma" bertujuan untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani, Ini lah palsafah dasar utama leluhur Indonesia terdahulu "Dharma/Dhamma".

Di Svarnadvipa Nusantara pada masa yang lebih tua lagi,jauh sebelum zaman Veda 6.500 SM telah ada ajaran yang di anut yaitu “Dharma” ajaran asli Nusantara kaum Saka nenek moyang kita, disinilah sumber awal ajaran “Dharmic Original”. Çhri Janaýasã pada 6 Masehi, adalah Putra Nusantara pelopor “Dharmic Original” Landmark di “Muotakui” yang kini disebut Candi “Muara Takus”.

Para ahli dari Barat memandang Hinduisme adalah peleburan atau sintesis dari berbagai tradisi dan kebudayaan di India, dengan pangkal yang beragam dan tanpa tokoh pendiri tumbuh berdampingan dengan Buddhism hingga abad ke-8. Terdapat teori yang mengatakan bahwa Pangkal dari “Hinduisme” adalah “Brahmanisme” ajaran Weda Kuno atau berbasis “Vedic” yang di bawa kaum Saka/Cakya/Çaka/Aryān artinya pemahaman ini di bawa oleh pendatang, kemudian tumbuh menjadi agama oleh bangsa asli India bernama “Dravida”. Asal-usul Agama di lndia dimulai masuknya Bangsa Arya/Cakya/Saka yang membawa perubahan yang sangat besar dalam tata kehidupan masyarakat India sejak 3.102 SM sampai 1.300 SM. Dapat kita katakan bahwa orang-orang nusantara bukanlah orang -orang yang membawa agama hindu budha ke India. Tetapi orang-orang nusantara adalah orang-orang yang mendasari lahirnya Hindu, Buddha, dan Jaina di India.

Maka dari itu, Arya bukanlah penghuni pertama India. Ini Karena peradaban Harappa “Dravida” telah ada jauh sebelum kedatangan bangsa Arya. Ini membuktikan bahwa bangsa Arya atau budaya Veda bukanlah sumber tunggal awal peradaban di India, melainkan berasal dari tempat lain. Bangsa “Arya” kemudian melakukan integrasi kebudayaan dengan Bangsa asli india “Dravida” dan selanjutnya integrasi ini melahirkan 3 agama india. Bangsa Arya setelahnya mulai menulis kitab-kitab suci Weda, Kitab suci ini dituliskan dalam 4 bagian seperti Reg Weda, Sama Weda, Yayur Weda, dan Atharwa Weda. pendatang inilah orang-orang yang berasal dari Nusantara, nenek moyang leluhur kita kaum Saka/Cakya/Çaka/Aryān, Literasi kata ini terekam sempurna di Borobudur, dengan kata “Maheçãkhya”.

Seperti yang pernah kita bahas sebelumnya, hal ini disebabkan karena China dan India bukanlah orang-orang yang terbiasa dengan lautan. Maka dalam kalimat Mahabharata Udyoga Parva :108 dapat di tafsirkan bahkan di simpulkan bahwa “Timur” ini awal mula “Ajaran” sebelum di bukukan menjadi kitab bernama “Veda” , lokasi yang di tunjuk sebagai “Timur”, disinilah Sang Pencipta alam semesta pertama kali menyanyikan “Veda”. Artinya literasi kata “Timur”,pada kutipan di atas adalah, Asia Tenggara Nusantara Indonesia, di sinilah ajaran “Dharmic Original” berawal,berasal dan di pelajari jauh sebelum adanya ajaran yang terlahir di India.

Jadi pangkal dari “Hinduisme” adalah “Brahmanisme” ajaran Weda Kuno atau berbasis “Vedic” yang di bawa kaum Saka/Cakya/Çaka/Aryān. Literasi teks kata Çãkyã tertera di relief dasar Borobudur, kini tidak dapat dilihat karena ditutup. Çaka adalah kaum leluhur Nusantara, tertulis pada relief dasar Vhwãnã Çakã Phãlã/Borobudur dengan teks literasi kata Māhéçãkyã , Bangsa Çãkyã/Şàkyà/Schytia/Saka,Aryān yang Agung, Kaum “Çaka”sudah ada lebih dahulu jauh dari 78 M dari saat menaklukan Raja “Salivahana” india, Angka tahun 78 M ini yang di salah tafsirkan untuk menghitung awal tahun Saka di prasasti.

Berbagai praktik budaya baru seperti ritual pengorbanan yang semuanya membentuk dasar budaya “Hindu/Veda” awal, dasarnya adalah Ajaran leluhur kita “Dharmic” adalah Dharma/Dhamma/Dhamo terekam pada literasi kata Kųsãlädhãrmãbæjănā di figura dasar relief Borobudur. Jadi dapat dikatakan benar jika Hindu Buddha berasal dari India. tetapi tidak benar jika kita mengatakan situs-situs di Indonesia berdasar Hindu Buddha dari india.

Ajaran asli Nusantara "Dharmic" di masa terdahulu di pelajari di svarnadvipa tergambar lengkap di Borobudur, tersimpan sempurna pada budaya Bali. di situs-situs Borobudurlah “Ajaran” yang mendasari lahirnya Hindu, Buddha dan Jaina yang dibawa oleh kaum “Çaka/Saka/Çakyā/Aryā. Kaum tersebut adalah leluhur kita yang keluar membawa ajaran dari Indonesia. Jadi situs-situs di Nusantara tidak pada ajaran yang terlahir di India Buddha/Hindu. Tapi ajaran yang tergambar di situs-situs Nusantaralah yang mendasari lahir dan tumbuhnya Buddha, Jaina dan Hindu di india.

Sumber Referensi :     anekafakta.com

brainly.co.id

kompas.com

penjuru.id

sarana-hindubali.blogspot.com

BUKAN HANYA BELANDA!!! INILAH NEGARA-NEGARA YANG PERNAH MENJAJAH INDONESIA

 


Negara-negara eropa yang saling bersaing mulai meluaskan daerah-daerah jajahannya. Ketika persaingan di eropa semakin ketat, mereka pun mulai mengirimkan para orang kepercayaannya untuk mencari wilayah kolonial-kolonial baru. Demi menambah sumber daya mereka, mereka mulai menyebrangi lautan untuk mencari wilayah jajahan yang dapat memperkuat negara mereka. Inggris, Spanyol, Prancis, Portugis dan negara-negara kuat lainnya mulai membuka peta baru mereka. Mereka berlayar ke arah timur dimana negara-negara tersebut adalah negara-negara yang belum terjajah oleh mereka. Hingga akhirnya negara-negara di Asia Tenggara tidak luput dari ekspansi mereka.

Indonesia pun termasuk ke dalam bangsa yang pernah terjajah oleh bangsa Eropa. Walaupun pada akhirnya para pejuang kita dapat membebaskan negara kita dari penjajahan tersebut. Telah banyak yang dikorbankan oleh para pahlawan sebelum akhirnya kemerdekaan dapat kita raih. Negara-negara yang kita ketahui pernah menjajah negera kita mungkin hanya Belanda dan Jepang. Karena  memang Belanda dan Jepang adalah negara yang yang paling membekas dalam ingatan sejarah kita. Belanda yang menjajah selama 346 tahun yang mengeruk hasil rempah-rempah kita dan jepang yang menjajah selama 3,5 tahun namun menerapkan system kerja paksa kepada masyarakat pribumi tentu mengundang emosi kita. Selain dua negara tersebut, ternyata ada negara lain yang pernah menjajah negara Indonesia. Dalam buku 'Menggali dan Menemukan Roh Pancasila Secara Konstekstual' oleh I Gusti Ngurah Santika, S.Pd, M.Pd menyebutkan bahwa ada 6 negara yang pernah menjajah Indonesia. Berikut ini adalah negara-negara yang pernah menjajah Indonesia yang pernah tercatat dalam sejarah.

1.   Portugis

Portugis atau Portugal adalah negara Eropa pertama yang menjajah Indonesia. Pelayar terkenalnya adalah Alfonso de Albuquerque, orang Portugis pertama yang berhasil mengenalkan Nusantara ke dunia Eropa. Pada 1511, Alfonso de Albuquerque ditugaskan untuk membebaskan orang Portugis yang ditawan di Malaka. Setelah berhasil menyiapkan 900 tentara Portugis dan 2.000 tentara bayaran dari India, ia segera bertolak ke Malaka. Sultan Mahmud Syah yang tidak dapat menahan gempuran pasukan Alfonso pun akhirnya membebaskan tawanan Portugis dan melarikan diri. Pasca menaklukkan Malakka, Alfonso mengincar Maluku dan mengirim armada yang terdiri dari dua kapal ke nusantara untuk memulai monopoli rempah-rempah. Di Maluku, armada utusan Alfonso berhasil menjalin hubungan dengan penguasa Ternate dan mendapatkan rempah-rempah. Di saat yang sama, Alfonso mendirikan benteng-benteng di Malaka dan sekitarnya sebagai pertahanan Portugis.

Namun hubungan Portugis dan Sultan Ternate sering diwarnai konflik, yang berujung pada Perlawanan Sultan Baabullah (1570 - 1584). Sultan Baabullah mengadakan perlawanan terhadap Portugis, yang disebut dengan perang Soya-soya. Portugis dapat dikalahkan dan pergi dari Maluku.

Penjajahan yang dilakukan oleh Portugis masih meluas ke berbagai penjuru Nusantara, salah satunya Pulau Jawa. Ketika tahun 1602, datang pasukan Belanda dan mengalahkan pasukan Portugis hingga pada akhirnya kolonialisasi yang dilakukan Portugis tersebut berakhir.

2.   Spanyol

Negara-negara bagian Eropa merupakan negara yang aktif melakukan pelayaran ke Asia Tenggara. Salah satunya adalah Spanyol, Sebastian del Cano seorang navigator Spanyol yang ambil bagian dalam penjelajahan Fernando de Magelhaens atau Ferdinan Magellan. Sebastian del Cano berhasil sampai di Maluku pada tahun 1521 dan melakukan perdagangan kepada orang-orang Maluku. Kedatangan Spanyol ini mengusik Portugis yang sudah lebih dahulu sampai di Maluku. Kemudian terjadi perseteruan di antara keduanya.

Persaingan antara dua negara Eropa ini terjadi bersamaan dengan pertentangan antara Sultan Ternate dan Sultan Tidore. Sultan Tidore bersekutu dengan Spanyol dan Sultan Ternate bersekutu dengan Portugis.

Mereka saling melakukan perlawanan. Pertentangan dua negara Eropa ini memaksa Paus turun tangan untuk mendamaikan. Hasil perundingan disepakati Perjanjian Saragosa pada tahun 1529. Perjanjian ini membagi kekuasaan Spanyol dan Portugis. Spanyol berkuasa atas Meksiko ke arah Barat sampai Kepulauan Filipina. Sedangkan Portugis berkuasa atas Brazil ke arah Timur sampai Kepulauan Maluku.

3.   Belanda

Belanda paling lama menjajah Indonesia yaitu 346 tahun. Lama waktu penjajahan tersebut dilihat dari awal menjajah hingga bangsa Indonesia tidak lagi dijajah oleh Belanda. Walaupun dalam masa penjajahan tersebut belanda sempat beberapa kali dikalahkan dan Indonesia sempat dijajah oleh negara lain. Dalam kurun waktu tersebut, Belanda berhasil menguasai wilayah Pulau Jawa, Sumatera hingga Sulawesi.

Tidak jauh berbeda dengan negara Eropa lainnya, tujuan Belanda pun untuk berdagang dan mencari rempah-rempah. Atas kekalahan Portugis tahun 1602, Belanda memulai kolonialisasinya dengan mendirikan kongsi dagang di Batavia yang diberi nama VOC (Verenigde Oostindische Compagnie). Namun pada 31 Desember 1799, VOC pun dibubarkan oleh pemerintah Belanda dengan berbagai alasan.

Berakhirnya VOC, keadaan masyarakat Indonesia bukan membaik. Nusantara yang pada saat itu diberi nama Hindia Belanda diserahkan kepemimpinannya kepada Kerajaan Belanda dan mereka membentuk sistem tanam paksa (cultuur stelsel). 
Pada Mei 1940, saat terjadi Perang Dunia II Belanda mengalami kekalahan karena negaranya dikuasai Nazi, Jerman. Tahun 1942, Belanda pun kalah di Nusantara oleh Jepang dan ini menandakan penjajahan Belanda berakhir.


4.   Prancis

Pada Abad ke-18 atau saat menjajah Nusantara, Belanda diserang dan dikalahkan Prancis. Dampaknya, Belanda terpaksa menyerahkan wilayah jajahan ke Prancis, termasuk Nusantara. Prancis menguasai Belanda dan membuat sistem negara boneka. Pada 1806 Napoleon Bonaparte menyerang Belanda kemudian menyerahkan kekuasaan ke adiknya, Louis Napoleon.

Louis Napoleon kemudian mengirim Marsekal Willem Daendels ke Batavia dan menjadikannya Gubernur Jenderal di Indonesia pada tahun 1808. Daendels tiba di Batavia pada tanggal 5 Januari 1808 dan menggantikan Gubernur-Jenderal Albertus Wiese. Daendels diserahi tugas terutama untuk melindungi pulau Jawa dari serangan tentara Inggris.

Di bawah kepemimpinan Daendels, Prancis berhasil mengibarkan benderanya di atas perahu dagang VOC dan hal ini menandakan Prancis memulai penjajahannya di Nusantara. Daendels menyadari bahwa kekuatan Prancis yang ada di Jawa tidak akan mampu menghadapi kekuatan armada Inggris. Maka iapun melaksanakan tugasnya dengan segera. Tentaranya diisinya dengan orang-orang pribumi, ia membangun rumah sakit-rumah sakit dan tangsi-tangsi militer baru. Di Surabaya, ia membangun sebuah pabrik senjata, di Semarang ia membangun pabrik meriam dan di Batavia ia membangun sekolah militer. Pemerintahan Daendels yang kejam dan diktator membuatnya mendapat berbagai kecaman, hingga pada akhirnya ia digantikan oleh Jan Willem Janssens. Namun pada 18 September 1811, Janssens menyatakan kekalahannya atas Inggris dan menandatangani perjanjian bahwa seluruh Pulau Jawa dikuasai dan diserahkan pada Inggris.

 

5.   Inggris

Inggris pada saat itu adalah kekuatan dunia utama. Prancis telah tereliminasi sebagai rival kolonial melalui perang tujuh tahun, Belanda juga telah kehilangan banyak wilayah jajahannya di luar negeri dalam perang Revolusioner dan perang Napoleonik. Kekalahan Prancis dan Belanda tidak hanya terjadi di Eropa. Prancis juga mengalami kekalahan di Indonesia. Pada tahun 1811 Inggris berhasil merebut Batavia dari Belanda. Gubernur Jenderal Belanda, Janssens melarikan diri dan tertangkap di Tuntang, Salatiga.

Janssens menandatangani Perjanjian Tuntang tanggal 18 September 1811 yang berisi:
1.    Seluruh kekuatan militer Belanda dan Prancis di Asia Tenggara harus diserahkan kepada Inggris.
2.    Utang pemerintah Belanda tidak diakui oleh Inggris.

3.    Pulau Jawa, Madura, dan semua pangkalan Belanda di luar Jawa menjadi wilayah kekuasaan Inggris.

Inggris menugaskan Thomas Stamford Raffles untuk mengatur pemerintahan Inggris di Indonesia. Raffles menjalankan pemerintahannya dengan dipengaruhi semangat revolusi Perancis, yaitu kebebasan, persamaan, dan persaudaraan. Di bawah kepemimpinan Stamford Raffles, Indonesia mengalami banyak perubahan diantaranya menghapus monopoli dan perbudakan serta membagi pulau Jawa menjadi 16 Keresidenan. 

Konflik yang terjadi di Eropa antara Belanda dan Inggris, mempengaruhi pula pemerintahan Pulau Jawa yang saat itu berada di tangan Inggris. Perjanjian Inggris-Belanda 1814 (juga disebut Konvensi London) adalah sebuah perjanjian yang ditandatangan oleh Britania Raya dan Belanda di London pada tanggal 13 Agustus 1814. Karena perjanjian ini Belanda secara resmi kembali menjajah dan menguasai seluruh wilayah Nusantara.

6.   Jepang

Penjajah terakhir di Indonesia adalah Jepang. Meski sebentar Jepang ini merupakan yang terkejam menjajah Indonesia ketimbang lima negara sebelumnya. Di awal kedatangannya 8 Maret 1942, Jepang bersikap baik dan berencana membantu memerdekakan Indonesia. Perlahan mereka mulai menunjukan sikap diktator dan kejam hingga membentuk sistem kerja paksa yang disebut Romusha. Tak hanya itu, Jepang pun membuat organisasi kemiliteran, yang tak lain tujuan awalnya adalah untuk melawan pasukan Amerika Serikat dan sekutunya karena Jepang terlibat dalam Perang Dunia ll.

Kemudian, Jepang yang sedang berperang melawan Amerika Serikat juga membentuk organisasi militer, semisal Seinendan, Keibodan, Fujinkai, Jibakutai, Heiho, Kempeitai, dan PETA. Jepang baru melepaskan kekuasaannya setelah Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Kota Hiroshima dan Nagasaki. Pada 15 Agustus 1945, Jepang menyerah dan menjadi penanda berakhirnya kolonialisme Jepang di Indonesia.


Itulah enam negara yang pernah menjajah Indonesia yang tercatat dalam sejarah. Tujuan awal mereka adalah mencari rempah-rempah untuk dibawa ke negaranya. Namun demi memperbanyak pasokan rempah-rempah mereka, mereka melakukan monopoli perdagangan dan mempekerjakan masyarakat pribumi secara paksa. Setelah melalui perjuangan panjang para pahlawan melawan para penjajah Indonesia saat ini dapat lepas dari penjajahan. Tentunya dengan bayaran yang mahal, dimana harta bahkan nyawa dipertaruhkan para pahlawan. Semoga kita sebagai pewaris dapat mempertahankan Indonesia agar tidak lagi dijajah oleh bangsa lain.



 Sumber referensi   : detik.com

                                 idntimes.com

                                 kompas.com

                                 mediapakuan.pikiran-rakyat.com

                                 wikipedia.org

                                 99.co