F PEMBANTAIAN K.H. DIMYATHI DAN 13 ORANG SANTRINYA!!! ~ PEGAWAI JALANAN

Sabtu, 04 Februari 2023

PEMBANTAIAN K.H. DIMYATHI DAN 13 ORANG SANTRINYA!!!

Prasasti Wingit di Tirtomoyo, Wonogiri, Jawa Tengah, menjadi salah satu  monumen untuk mengingatkan peristiwa pembantaian yang dilakukan oleh orang-orang PKI. Prasasti itu menggambarkan penderitaan Kiai dan pengikutnya yang berjumlah 13 orang. Kiai dan pengikutnya itu dibunuh secara kejam oleh Anggota Parta Komunis Indonesia. Sebelum prasasti itu didirikan, terdapat sebuah lubang/sumur yang digunakan oleh orang-orang PKI untuk mengubur mereka. Kiai itu adalah K.H. Dimyathi dan pengikutnya, mereka hendak pergi ke pusat pemerintahan di Yogyakarta untuk melaporkan kondisi Pacitansaat itu. Namun sebelum berhasil melaporkan kondisi Pacitan, mereka tertangkap oleh anggota PKI yang berhasil menguasai daerah itu.  Mereka disiksa secara sadis sebelum akhirnya dimasukan ke dalam sumur.

Kejadian itu terjadi saat pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1948. Peristiwa ini dikenal dengan Pemberontakan PKI 1948 di Madiun. Sama seperti pemberontakan tahun 1965, korban yang jatuh akibat kekejaman PKI pada tahun 1948 juga sangat banyak. Pemberontakan PKI 1948 di Madiun, berusaha merebut kekuasaan negara.

Pada saat itu, Pemberontakan PKI/Front Demokrasi Rakyat (FDR) telah merembet ke Pacitan. saat itu, Pacitan adalah salah satu daerah yang masuk dalam wilayah Karesidenan Madiun. Daerah lainnya adalah Kabupaten dan Kota Madiun, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan, dan Kabupaten Ngawi. saat itu Markas PKI berada di Madiun, maka tidak mengherankan jika Pacitan tidak luput dari daerah yang dikuasai PKI. Tidak berbeda dengan wilayah lain, PKI menggelar permusuhan tidak saja kepada Pemerintah RI yang berkuasa, tapi juga menjadikan umat beragama terutama Islam serta berbagai pihak dari partai politik yang berseberangan dengan komunis, sebagai musuh utamanya.

Di Pacitan, terdapat Pondok Pesantren Tremas yang saat itu dipimpin KH Hamid Dimyathi. KH Hamid Dimyathi merupakan putra dari KH Dimyathi, dan cucu dari KH Abdullah. KH Abdullah merupakan salah satu anak dari pendiri Pesantren Tremas, KH Abdul Manan. KH Hamid Dimyathi juga merupakan ketua Partai Masyumi di Kabupaten Pacitan. Ia adalah seorang yang alim dan memiliki banyak ilmu, serta memiliki keberanian untuk menentang ketidakadilan seperti para kiai umat islam lainnya.

Pada masa perjuangan tahun 1945, KH Hamid Dimyathi bersama beberapa pengasuh ikut menerjunkan diri dalam kancah perjuangan. Bahkan KH Hamid Dimyathi masuk dalam KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) dan masuk dalam Partai Masyumi yang saat itu merupakan satu-satunya partai Islam. Karena itulah beliau jarang berada di Pondok sampai pada masa pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948.

Partai Masyumi saat itu mengeluarkan pernyataan mendukung pemerintah dan membantu menindas pemberontak PKI Muso dan FDR serta membasmi pemberontak dan pengkhianat negara. Sebelum munculnya Pemberontakan PKI di Madiun, suasana kacau begitu terasa di Pacitan. Huru-hara terjadi di berbagai daerah, terutama daerah-daerah sekitaran Madiun. Pondok Tremas pun termasuk salah satu sasaran anggota-anggot PKI yang mengganas, membabi buta dan menghancurkan apa saja yang mereka kehendaki.

Keamanan Pondok Tremas semakin terancam. Kondisi tersebut membuat KH Hamid Dimyathi yang juga ketua penghulu di Pacitan prihatin. Dia mencoba melakukan kontak dengan pemerintah pusat di Yogyakarta, untuk melaporkan kondisi Pacitan. karena laporan gagal disampaikan lewat telepon, KH Hamid Dimyathi memutuskan berangkat ke Yogyakata. Sebanyak 14 orang, ikut bersamanya. Di antara mereka adalah Djoko, Abu Naim, Yusuf, dan Qosim. Mereka adalah para kakak dan adik ipar KH Hamid Dimyathi, serta ada juga Soimun.

Dengan berjalan kaki, mereka menyusuri jalan pintas. Agar tak diketahui PKI, mereka menyamar seperti penduduk biasa. Namun na’as, saat rombongan ini berhenti untuk beristirahat di sebuah warung di wilayah Pracimantoro (selatan Wonogiri), Jawa Tengah, penyamaran mereka terbongkar oleh gerombolan PKI yang telah menguasai daerah itu. Pracimantoro saat itu merupakan rute perjalanan yang harus ditempuh dari Pacitan menuju Yogyakarta.

Mereka ditangkap, disekap, dan disiksa di Baturetno, wilayah yang cukup tersembunyi di Wonogiri dan memiliki jalur yang cukup strategis karena dekat dengan Madiun dan Ponorogo. Satu minggu kemudian, mereka dipindah ke Tirtomoyo, Wonogiri. Di daerah ini, KH Hamid Dimyathi dan rombongan dihabisi. Tak cuma itu, jasad mereka dimasukkan ke dalam satu lubang semacam sumur.

Satu orang yang ada dalam rombongan ini, yaitu Soimun, dibiarkan hidup. Soimun sengaja dibiarkan hidup karena PKI berharap peristiwa itu dikabarkan ke keluarga dan orang terdekat, dengan harapan umat Islam yang kontra PKI lebih merasa ketakutan. Situasi kacau saat itu berhasil membuat takut para masyarakat. Namun pemberontakan tersebut akhirnya berhasil dihentikan oleh pemerintah. Setelah situasi aman, pelacakan dilakukan berdasarkan petunjuk yang disampaikan Soimun. Kuburan massal di bekas sumur tua akhirnya ditemukan. Namun, ketika dilakukan evakuasi dari dalam lubang sumur tersebut ada 13 mayat yang kondisinya mengenaskan dan sangat sulit dikenali. Jenazah para syuhada ini kemudian dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Jurug Surakarta.

Itulah salah satu peristiwa kekejaman PKI Madiun yang menyebabkan meninggalnya salah satu petinggi Pondok Pesantren tremas. Sama halnya dengan korban PKI lainnya, mereka terlebih dahulu disiksa  lalu kemudian dibunuh dengan sadis. Kekejaman yang dilakukan oleh anggota PKI bukanlah sebuah misteri, melainkan sebuah kejadiannya nyata. Setiap korban kekejaman anggota PKI menjadi peristiwa memilukan bagi bangsa Indonesia yang saat itu belum lama merdeka.

Kekejaman yang dilakukan oleh anggota PKI semoga menjadi pengingat agar kejadian tersebut tidak terulang kembali. Dan semoga para syuhada yang meninggal secara syahid ditempatkan di tempat terbaik di sisi Allah SWT. Dan kita doakan agar tidak terjadi lagi peristiwa kelam yang terjadi di negara kita.

Sumber Referensi :     daerah.sindonews.com

pacitanku.com

 

1 komentar: