Sejarah berdirinya Kota Pontianak
Pontianak, ketika kita mendengar
kata Pontianak maka yang ada dalam gambaran kita adalah tugu khatulistiwa.
Karena memang kota Pontianak adalah kota yang dilalui garis lintang nol atau
garis khatulistiwa. Kota Pontianak adalah ibukota provinsi Kalimantan Barat.
Kota Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie pada hari rabu
tanggal 23 oktober 1771 M, bertepatan dengan tanggal 14 radjab 1185 H. Awalnya,
tempat tersebut bernama Khun Tien yang banyak dihuni oleh etnis tionghoa di
sepanjang pesisir Sungai Kapuas. (nationalgeographic.grid.id)
Seperti pada umumnya daerah-daerah
di Indonesia, Pontianak juga memiliki kisah legenda tentang berdirinya kota
Pontianak. Ketika itu Syarif Abdurrahman Alkadrie menyisiri sungai Kapuas untuk
mencari lokasi pembangunan istana. Syarif Abdurrahman Alkadrie sering di ganggu oleh hantu kuntilanak yang memang
menjadi penghuni di hutan sepanjang Sungai Kapuas. Syarif Abdurrahman
Alkadrie menembakkan meriam ketiga
tempat yang kemudian menjadi titik pembangunan Pontianak. Ketiga titik tersebut adalah Istana Kadariah, Masjid
Jami’ (kini bernama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman) dan pemakaman anggota
keluarga Kesultanan Pontianak. Karena suara tembakan meriam yang memiliki suara
kencang, kuntilanak yang menghuni hutan pun pergi. (travel.detik.com)
Asal-usul
penamaan Pontianak adalah karena dahulu banyak hantu kuntilanak yang mendiami
tempat ini. Warga lokal sering menyebutnya dengan nama puntianak. Sebagian
masyarakat juga percaya bahwa asal-usul Pontianak berasal dari legenda
masyarakat melayu dengan mengambil nama
dari kata pohon-pohon punti, yang berarti pohon-pohon tinggi. Karena pada masa
itu, wilayah Pontianak memang dikelilingi pohon-pohon tinggi. Hal ini diperkuat
dengan bukti sebuah surat antara Husein bin Abdul Rahman Al-idrus
(rakyat negeri Pontianak) kepada sultan Syarief Yusuf Al-Kadrie. Selain itu ada
pula yang mengatakan bahwa Pontianak berarti “pintu anak” karena daerah
tersebut menjadi gerbang pembatas antara
Sungai Kapuas dan Sungai Landak. (NusaDaily.com)
Seorang
sejarawan Belanda, V.J. Verth memiliki pendapat yang berbeda dari cerita yang
beredar dikalangan masyarakat. Menurutnya, Belanda mulai masuk ke Pontianak
tahun 1194 H (1773 M) dari Batavia. Verth menulis bahwa Syarif Hussein bin
Ahmed Alqadrie meninggalkan kerajaan Mempawah dan mulai merantau. Ia menikah
dengan adik Sultan Banjar Sunan Nata Alam dan dilantik menjadi pangeran di
Banjarmasin. Ia mempersenjatai kapal pencalang dan perahu lancangnya dan mulai
melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Dengan bantuan Sultan Pasir
berhasil membajak kapal belandadi dekat Bangka, juga kapal inggris dan perancis
di pelabuhan pasir. Ia kemudian mencoba mendirikan pemukiman di sebuah pulau di
sebuah pulau di Sungai Kapuas. Ia menemukan percabangan sungai landak dan
Kapuas kemudian mengembangkan daerah itu menjadi pusat perdagangan. (V.J.
Verth, Borneos Wester Afdeling)
Itulah beberapa pendapat tentang penamaan kota Pontianak yang kita kenal sekarang. Memang bagi kita sebuah hal mistis adalah sesuatu yang di luar nalar. Namun cerita tersebut menjadi cerita turun-temurun dari dulu hingga sekarang. Asal-usul kota Pontianak yang masih diyakini masyarakat kota Pontianak.
Sistem Pemerintah Kota Pontianak
Pada Hijriah
Sanah delapan hari bulan sja’ban hari
isnen, Syarif Abdurrahman Alkadrie
dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Pontianak. Dua tahun setelah Sultan
kerajaan Pontianak dinobatkan, maka pada Hijriah Sanah 1194 atau tahun 1778 M
masuk dominasi kolonialis Belanda dari Batavia (Betawi) utusan Petor (asistent
resident) dari Rembang bernama Willem Ardinpola. Mulai pada masa ini Bangsa
Belanda berada di Pontianak. Bangsa Belanda di tempatkan di seberang keraton
Pontianak yang terkenal dengan nama Tanah Seribu (Verkendepaal).
(Pontianakkota.go.id)
Pada tanggal 5
juli 1779, Belanda membuat perjanjian dengan Sultan mengenai penduduk tanah
seribu agar dapat dijadikan daerah kegiatan bangsa Belanda yang kemudian menjadi kedudukan pemerintah Resident
het Hoofd Westeraffieling van Borneo (kepala daerah keresidenan Borneo
Barat) dan Resident het Hoofd der Affleeling van Pontianak (asisten
residen kepala daerah kabupaten Pontianak). (Wikipedia.org)
Berdasarkan besluit
pemerintah kerajaan Pontianak tanggal 14 agustus 1946 No. 24/1/1940 PK yang
disahkan menetapkan status Pontianak sebagai Stadsgemeente. R. Soepardan
ditunjuk menjadi syahkota atau pemimpin kota saat itu. Jabatan Soepardan
berakhir pada awal 1948 dan kemudian digantikan Ads. Hidayat. Pembentukan stadsgermeente
bersifat sementara, maka besluit pemerintah kerajaan Pontianak diubah dan
digantikan dengan undang-undang kerajaan Pontianak tanggal 16 september 1949
No. 40 /1949/KP. Walikota pertama ditetapkan oleh pemerintah kerajaan Pontianak
adalah Rohana Muthalib. Ia adalah seorang wanita pertama yang menjadi walikota.
Sesuai
perkembangan tata pemerintahan, maka dengan Undang-Undang darurat No. 3 tahun
1953, bentuk pemerintahan ditingkatkan menjadi kota praja Pontianak. Pemerintah
kota praja kembali diubah berdasarkan Undang-Undang No. 1 tahun 1957, Penetapan
Presiden No. 6 tahun 1959 dan Penetapan Presiden No. 5 tahun 1960, Intruksi
Menteri dalam Negeri No. 9 tahun 1964 dan Undang-Undang No. 18 tahun 1965, maka
berdasarkan surat keputusan DPRD-GR kota praja No. 021/KPTS/DPRD-GR/65 tanggal
31 desember 1965, nama kota praja Pontianak diganti menjadi Kotamadya
Pontianak. (pontianakkota.go.id)
Dengan
Undang-Undang No. 5 tahun 1974 nama
Kotamadya Pontianak berubah menjadi Kotamadya Daerah tingkat II Pontianak. Dan
berdasarkan Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah mengubah
sebutan untuk Pemerintah Tingkat II Pontianak menjadi sebutan Pemerintah Kota
Pontianak.
Hal menarik
dari kota Pontianak
1. Kota Pontianak
berada di garis lintang 0 derajat sehingga kita dapat melihat peristiwa
kulminasi.
2.
Kota Pontianak
memiliki sungai terpanjang di Indonesia, sungai inilah yang menjadi lambang
kota Pontianak.
3.
Memiliki lebih
dari 1 asal-usul penamaannya.
4.
Pada tahun 1988
kota Pontianak merayakan tahun baru 2 kali. Hal ini di karenakan pada tahun
1963, berdasarkan Keppres No. 243 tahun 1963 kota Pontianak dimasukkan ke zona
WITA. pada keppres RI No.41 tahun 1987, kota Pontianak beralih menjadi zona
WIB.
5.
Menembakkan
meriam menjelang idul fitri. Cerita rakyat tentang penembakkan meriam oleh
Syarif Abdurrahman Alkadrie menjadi tradisi kota Pontianak yang berlangsung
hingga sekarang.
6.
Kota Pontianak
berkali-kali berganti tata pemerintahan. Mulai dari pemerintahan kerajaan
hingga menjadi kota Pontianak.
Demikianlah
gambaran singkat tentang kota Pontianak yang menjadi ibukota provinsi
Kalimantan Barat. Mulai dari berdirinya hingga sekarang menjadi kota yang terus
berkembang. Dari yang dahulunya hutan belantara kini menjadi kota yang telah ramai penduduknya. Walau kami tidak dapat
menceritakan secara detail, semoga tulisan ini dapat menambah wawasan kita.
Penulis : Rizky Arisandi
Editor : Argha Sena
Sumber :
Wikipedia.org,
Pontianakkota.go.id,
NusaDaily.com,
travel.detik.com,
nationalgeographic.grid.id