F (EP 02) PENGARUH PETA KEKUATAN POLITIK DUNIA TERHADAP PENYEBARAN ISLAM DI NUSANTARA : DINASTI JENGIS KHAN MONGOLIA ABAD 13 M ~ PEGAWAI JALANAN

Jumat, 26 November 2021

(EP 02) PENGARUH PETA KEKUATAN POLITIK DUNIA TERHADAP PENYEBARAN ISLAM DI NUSANTARA : DINASTI JENGIS KHAN MONGOLIA ABAD 13 M

  


Peta kekuatan politik Negara-negara dunia dari abad 13 hingga menjelang abad 15 M sangat penting dijelaskan disini, meskipun secara sekilas untuk mengetahui latar belakangnya. Sebab, nusantara yang merupakan bagian dari sejarah internasional, tidak akan mungkin lepas dari berbagai pengaruh-pengaruh kekuasaan politik dunia saat itu.

Ibarat dunia adalah sebuah pohon, maka Negara-negara diberbagai belahan bumi ini seperti batang, cabang, ranting, daun, bunga, dan buahnya. Sedangkan akarnya adalah Negara super power yang berupaya keras memperluas pengaruh ideologi, sistem politik, militer, hukum, ekonomi serta peradabannya ke Negara-negara lainnya. Nusantara sebagai bagian dari dunia ini, tidak akan pernah lepas pula dari berbagai pengaruh perubahan-perubahannya. Misalnya adalah banyaknya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-buddha di nusantara akibat pengaruh peradaban Hindu sekte Syiwo maupun Buddha di India sejak sebelum abad 7 M.

Oleh karenanya, tumbuhnya kekuasaan politik Islam di nusantara tidak dapat dilepaskan pula dari sebab timbulnya kekuasaan politik di luar nusantara. Tumbuhnya kekuasaan politik Islam di Timur Tengah: Khulafaur Rasyidin, Khilafah Umayah, Khilafah Abbasiyah dan Khilafah Turki Utsmani, diikuti runtuhnya pengaruh Hindu dan Buddha di India oleh kekuatan Mongol.

Di benua Asia, menjelang abad 13 hingga abad 15 terdapat beberapa kekuasaan besar seperti Khilafah Abbasiyah, Turki Bani Seljuk, Jengis Khan di Mongolia, dan dinasti Ming di China. Timbulnya kekuasaan politik Islam yang dibangun oleh kaisar Jengis Khan, besar pengaruhnya terhadap perubahan kebijakan politik kaisar Kubilai Khan dan kaisar Ming di China yang lebih cenderung berpihak kepada Islam. (Prof. Dr. Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 1)

Meskipun dalam buku ke-2 serial Trilogi Revolusi Islam Jawa membahas sekilas sejarah perluasan wilayah kekuasaan politik Islam hingga nusantara, dalam bab 1 ini membahas sekilas kekuasaan politik Islam masa dinasti Jengis Khan di Mongolia, dinasti Ming di China, kerajaan Champa dan munculnya kekhilafan di Turki Utsmani yang pengaruhnya sampai ke Jawa di masa kekuasaan akhir kerajaan Hindu Syiwo- Buddha Singosari dan awal berdirinya kerajaan Majapahit di Mojokerto hingga keruntuhannya.

DINASTI JENGIS KHAN MONGOLIA ABAD 13 M

Di Mongolia, telah berdiri kerajaan di bawah kekuasaan Jengis Khan. Dia memilikin semboyan: “hanya ada satu Tuhan di surge dan hanya satu penguasa di bumi”, sehingga Jengis Khan ingin menguasai seluruh bumi. Kerajaan Mongolia memperluas daerah jajahannya kea rah barat sampai Eropa. Seluruh Eropa gentar menghadapi kekuasaan Jengis Khan. Seluruh daratan Asia dia kuasai. Penguasaan daratan Asia mengakibatkan penguasaan mutlak atas lautan, dari tiongkok hingga Arabia.

Ketika Kubilai menjadi raja bergelar Khan di kekaisaran Mongolia (1260-1294 M) dan kaisar Cina dinasti Yuan (1279-1294 M), ia menginginkan agar seluruh Negara di sepanjang Asia mengakui kekuasaannya. Barangsiapa tidak mau mengakui kekuasaannya dengan menyerahkan upeti ke Syang, akan diperangi dengan kekerasan.(Prof. Dr. Slamet Muljana, Menuju Puncak Kemegahan)

Kubilai Khan pernah menghancurkan kekhilafahan Abbasiyah di Baghdad pada tahun 1258 M. lalu Kubilai Khan hendak memperluas pengaruh dinasti Mongolia dengan melanjutkan perang untuk menguasai Tiongkok Cina. Dalam tahun yang sama Kubilai Khan berhasil menguasai Korea pada 1258M. dilanjutkan menyerang Jepang pada 1274 M tetapi tidak berhasil. Upaya menguasai dunia terus menerus dilakukan Kubilai Khan hingga memerangi Negara-negara di Asia Tenggara, yaitu Jawa, Vietnam, dan Kamboja, termasuk daerah Champa. Pada tahun 1280 M raja Annam (Vietnam Utara) dan raja Champa pada tahun 1287 M menyerah kepada Kubilai Khan. Pada tahun 1287 M Kubilai Khan juga berhasil menghancurkan pasukan gajah dari Burma (Myanmar).

Saat Kubilai Khan berusaha memperluas pengaruhnya di Asia Tenggara, di Jawa telah berdiri kerajaan Singosari di bawah raja Kertonegoro. Pusat kerajaannya berada di Jawa sebelah timur, diperkirakan di daerah Singosari. Wilayah kekuasaan Singosari cukup besar meliputi Jawa, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura. Raja Kertonegoro ingin mencegah penerapan politik Kubilai Khan yang juga memaksa agar kekuasaan di nusantara tunduk kepadanya. Pada tahun 1275 M Kertonegoro mengirimkan ekspedisi tentara Singosari ke Melayu. Kemudia pada tahun 1286 M, dia mengirimkan arca Amoghapaca ke Melayu agar mereka tetap tunduk di bawah kekuasaan Singosari, bukan tunduk kepada Kubilai Khan.

Kubilai Khan mengetahui kekuasaan raja Kertonegoro atas beberapa kepulauan nusantara dan Melayu berikut pelabuhan serta perniagaannya. Menurut Kubilai Khan, salah satu hal yang akan mengurangi kewibawaannya dan menurunkan kemuliaannya adalah jika Prabu Kertonegoro tidak mau tunduk kepadanya. Oleh karenanya, pada tahun 1289 M Kubilai Khan mengutus Meng Ki menghadap Prabu Kertonegoro agar kerajaan Singosari tunduk kepada putra langit dengan menyerahkan upeti. Akan tetapi prabu Kertonegoro sadar akan keagungannya dengan luasnya wilayah kerajaannya, sehingga ia tidak sudi untuk tunduk kepada Kubilai Khan. Bahkan Meng Ki telah dipermalukan oleh prabu kertonegoro, penguasa kerajaan Hindu Syiwo- Buddha Singosari.

Setelah Meng Ki kembali menghadap Kubilai Khan, ia marah besar atas penghinaan prabu Kertonegoro kepadanya. Pada akhir tahun 1292 M angkatan perang bangsa Mongol di kirim ke Jawa. Mereka sampai dirembang tahun 1293 M, lalu mereka menuju ke arah Jawa bagian timur. Akan tetapi, pasukan Tartar yang dipimpin Shin Pi dan Iki Mese tidak mengetahui bahwa prabu Kertonegoro sudah tidak berkuasa lagi akibat serangan Joyokatwang, penguasa Daha Kediri. Sehingga pasukannya dimanfaatkan oleh Wijoyo untuk menghancurkan kerajaan Syiwo- Buddha Kediri yang dipimpin oleh Joyokatwang pada 1293 M.

Sejarah serangan bangsa Tartar Mongol atas Jawa tahun 1293 M adalah penting untuk memahami sebab berdiri (1294 M) dan puncak runtuhnya Majapahit masa Brawijoyo V tahun 1478 M. sesungguhnya runtuhnya Majapahit di bawah raja Brawijoyo V yang berpusat di Trowulan, Mojokerto bukanlah karena serangan kerajaan Islam Demak masa sultan Fattah yang merupakan putranya. Akan tetapi, lebih disebabkan oleh karena serangan balasan Girindho Wardhono, penerus Joyokatwang sebagai penguasa di Kediri yang runtuh akibat serangan Raden Wijoyo dengan memanfaatkan pasukan Kubilai Khan ini. Sedangkan raden Wijoyo sendiri adalah menantu raja Kertonegoro yang pernah mempermalukan utusan Kubilai Khan, Meng Ki.

Prof. Dr. Ahmad Mansur Suryanegara menuliskan, “Didongengkan keruntuhan keradjaan Hindoe madjapahit akibat serangan Kesoeltanan Demak pada 1400 Saka atau 1478 M. akibat serangan ini maka sang Praboe mengutuk Soenan Fattah dari kesultanan Demak sebagai putra yang tidak tahu hormat kepada orang tuanya. Kemudian, Sang Praboe terbang ke langit. Ketika laskar Demak membanjiri halaman Kraton Madjapahit, dalam dongeng tersebut dikatakan sinar matahari terkalahkan oleh kilauan cahaya ribuan pedang laskar Demak. Dongeng ini dimanfaatkan oleh sementara sejarawan Barat untuk menguatkan teori dan analisis sejarahnya bahwa Islam di nusantara dikembangkan dengan pedang. Artinya dikembangkan melalui pemaksaan dan penindasan.” (Op. Cit., Api Sejarah 1).

Sumber : Buku Wali Songo, Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa           Karya Ustadz Rachmad Abdullah, S.Si, M.Pd


0 komentar:

Posting Komentar