F Kisah Syekh Quro Menyebarkan Agama Islam di Tanah Pasundan I Pegawai Jalanan ~ PEGAWAI JALANAN

Senin, 11 Februari 2019

Kisah Syekh Quro Menyebarkan Agama Islam di Tanah Pasundan I Pegawai Jalanan

Syekh Quro adalah ulama penyebar agama Islam pertama dan paling sepuh di tanah Pakuan Pajajaran Sunda, makamnya terletak di Pulo Bata, Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Nama aslinya adalah Syekh Hasanuddin atau Syekh Qurotul Ain atau Syeh Mursahadatillah. Asal-usul dipanggil Syekh Quro karena beliau hafal Alquran (hafidz), sekaligus memiliki kelebihan atau karomah dengan suara qori’ yang sangat merdu.
Dari kata-kata qori’ inilah asal-usul Syekh Quro dipanggil. Beliau adalah peletak pertama bibit-bibit ajaran Rasulullah Muhammad SAW di Tanah Sunda, setara dengan Peran Sunan Ampel yang meletakkan dasar-dasar ajaran Islam di Jawa atau Majapahit.
Jika Sunan Ampel mendapatkan restu dari Prabu Brawijaya atau Bhre Kertabhumi untuk mendirikan pasreman (pesantren) di Ngampeldhenta (Surabaya sekarang) dan menyebarkan agama Rasul di bumi Majapahit, berbeda halnya dengan Syekh Quro. Beliau ditentang oleh Raja Pajajaran waktu itu, yaitu Prabu Angga Larang.
Bahkan, penguasa Pajajaran waktu itu mengirim utusan untuk mengusir Syekh Quro dan pengikutnya karena banyak warga Pajajaran yang mulai tertarik dan mengikuti ajaran Syekh Quro.
Namun melalui karomah yang dimilikinya, Syekh Quro lantas mengatakan bahwa kelak keturunan Prabu Anggalarang akan masuk Islam dan menjadi penyebar agama Islam di Tanah Sunda Galuh. Dan ucapan sang waliyullah pada akhirnya terbukti.

Untuk cerita terbuktinya ucapan Syekh Quro bahwa keturunan Raja Sunda Galuh kelak akan menyebarkan agama Islam di Kerajaan Pakuan Pajajaran Pasundan.
Karomah Syekh Quro
Karomah utama Syekh Quro adalah kelebihannya dalam melantunkan ayat-ayat suci Alquran. Kemampuan itu ditularkan kepada santri-santrinya, salah satunya Nyai Subang Larang.

Beliau juga hafal Alquran. Dan karomah Syekh Quro yang tercatat dalam naskah Purwaka Caruban Nagari, di antaranya ucapan beliau yang menjadi kenyataan ketika misi penyebaran agama Islam yang dilakukan ditentang oleh Raja Sunda Galuh waktu itu, yaitu Prabu Angga Larang.
Ucapan tersebut terbukti. Anak Prabu Anggalarang, Prabu Siliwangi masuk Islam saat menikah dengan Dewi Subang Larang, serta cucu-cucunya menjadi tokoh penting dalam penyebaran agama Rasul Muhammad SAW di tanah Pasundan, yakni Pangeran Walangsungsang (Cakrabuana), Rara Santang (Ibu Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati), dan Kian Santang atau Raja Sangara.

Karomah Syekh Quro selanjutnya, konon kabarnya, beliau membangun masjid agung yang megah kemudian dipindahkan secara gaib ke Gunung Sembung Cirebon. Masjid itu diberi nama Mangal Mangil Mangup. Wallahualam bishawab, hanya Allah yang tahu.
Nasab, keturunan, silsilah Syekh Quro
Ayah Syekh Quro adalah ulama besar di Negeri Champa (China Muslim) yang bernama Syekh Yusuf Siddik. Beliau masih ada garis keturunan dengan Syekh Jamaluddin Akbar al Husaini dan Syekh Jalaluddin, seorang ulama dari Mekkah.

Dari garis nasab ibunya yang bernama Dyah Kirana, Syekh Quro juga masih ada garis silsilah dari Sayidina Husein, putra Sayidina Ali bin Abi Thalib, menantu Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, beliau masih keturunan Rasulullah SAW.
Beliau juga masih saudara seketurunan dengan Syekh Nurjati Cirebon, yaitu dari generasi keempat Amir Abdullah Khanudin.
Syekh Quro menikah dengan Ratna Sondari memiliki anak bernama Syekh Ahmad yang meneruskan perjuangan ayahnya menyebarkan agama Islam di Pesantren Quro Karawang. Saat ini, pesantren itu menjadi Masjid Agung Karawang.


0 komentar:

Posting Komentar