F PEMIMPIN MUSLIM TERBURUK DALAM SEJARAH!!! ~ PEGAWAI JALANAN

Senin, 27 Juni 2022

PEMIMPIN MUSLIM TERBURUK DALAM SEJARAH!!!

 


Umat islam pasti pernah mendengar tentang terbunuhnya Husein pada tragedi karbala. Sebuah peristiwa pembantaian cucu rasulullah oleh Yazid bin Muawiyah. Seorang pemimpin yang dibutakan oleh kekuasaan yang sementara. Karena kerakusannya dengan kekuasaan, dia dengan sengaja membunuh cucu Rasulullah yang tidak mau membai’atnya menjadi khalifah. Ia bahkan membunuh siapa saja yang menolak dirinya menjadi khalifah. Yazid bin muawiyah menjadi salah satu sosok terkejam yang pernah tercatat namanya dalam sejarah umat islam.

Yazid bin Muawiyah adalah seorang Quraisy dari bani Umayyah. Ia satu kabilah dengan Amirul Mukminin Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu. Hubungan kekerabatannya dengan Husein bin Ali radhiallahu ‘anhuma sangatlah dekat. Kedudukannya sebagai khalifah tidak diakui beberapa tokoh Muslim lantaran dianggap menyalahi perjanjian yang dilakukan antara Muawiyah dan Hasan pada tahun 661 M. Ketika Ali terpilih sebagai khalifah banyak pihak yang berselisih, termasuk Muawiyah yang ingin menjadi Khalifah dan juga mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Maka terjadilah perpecahan antara kubu Muawiyah bin Abu Sofyan dan Ali bin abi Thalib.

Saat Ali terbunuh, Maka Muawiyah berusaha untuk menjadi khalifah menggantikan Ali. tetapi Hassan bin Ali berpendapat, jika ayahnya meninggal ia yang meneruskannya. Terjadi kembali dualisme kepemimpinan antara Hassan dan Muawiyah. Hingga terjadilah jalan damai, dengan kesepakatan bahwa Muawiyah membiayai kehidupan fakir miskin dan Hassan menyerahkan Khalifah kepada Muawiyah tanpa pertumpahan darah. Pada saat itu Muawiyah juga berjanji akan memberikan tahta kepada penerus Hassan setelah ia berkuasa.

Namun Muawiyah mengingkari janji dengan memberikan tahtanya kepada anaknya Yazid. Yazid meraih kekuasaan lewat penunjukkan ayahnya, Khalifah Mu’awiyah. Tindakan ini tentu melanggar kesepakatan antara Mu’awiyah dan Sayyidina Hasan dimana seharusnya dibentuk semacam dewan syura seperti yang sebelumnya dilakukan Khalifah Umar bin Khattab untuk memilih Khalifah. Yazid yang berjiwa keras telah menjadi penguasa,  pada saat itu terdapat tiga oposisi yaitu Abdullah bin Umar(Ibnu Umar) , Abdullah bin Zubair (Ibnu Zubair) dan Husein bin Ali.

Yazid kemudian menemui Ibnu Umar, apakah Ibnu Umar menerimanya sebagai khalifah. Jawaban Abdullah bin Umar diplomatik, jika seluruh penduduk Madinah menerima, maka dia akan menerimanya. Sedangkan Ibnu Zubair dan Husein tidak setuju karena sudah menyalahi perjanjian. Kedua cucu Rasulullah, dilaporkan menerima surat dukungan dari penduduk Kufah yang meminta beliau datang ke Kufah dan akan didukung menjadi Khalifah. Sahabat Nabi Ibn Abbas mencegahnya, sementara Abdullah bin Zubair mendukung rencana Sayyidina Husein beranjak dari Mekkah ke Kufah. Akhirnya Husein tetap bersikukuh untuk pergi ke kufah. Pergerakan ini tercium oleh Yazid yang kemudian memerintahkan pasukannya menghadapi Sayyidina Husein dan keluarganya. ketika itu Husein membawa keluarga dan pendukungnya terdiri dari wanita, lansia dan anak-anak namun di tengah jalan beliau di hadang oleh ribuan tentara dari Syam yaitu pasukan Yazid.

Saat itu Yazid memerintahkan pada pengawalnya untuk membunuh Husein bila ia tidak mau membai’at dirinya, tapi yang terjadi mereka semua dibantai dengan cukup keji. Hanya satu yang selamat yaitu Ali Zainal Abidin putra Husein, sedangkan ayahnya Husein jenazahnya hancur, bahkan kepalanya di tendang kesana kemari, lalu kepala Husein diserahkan kepada Yazid. sedangkan Tubuhnya dibiarkan tanpa kepala ditinggalkan di Karbala.

Imam al-Thabari dalam kitab Tarikhnya menceritakan dengan detil berpuluh-puluh halaman apa yang terjadi di Karbala, dan mencatat siapa saja keluarga Sayyidina Husein yang terbunuh lengkap dengan menyebutkan siapa pembunuh masing-masing, pada 10 Muharram di Karbala. Sejarah mencatat dengan pilu, jika sebelumnya demi politik kekuasaan terjadi perang saudara antara Siti Aisyah dan Ali bin Abi Thalib (perang jamal), dan antara Khalifah Ali dengan Mu’awiyah (perang shiffin), maka sejarah kembali mencatat dengan air mata dan darah bagaimana cucu Rasulullah dibunuh secara tragis.

Imam Suyuthi menulis: “Yazid mengirim surat kepada Ubaidillah bin Ziyad untuk membunuh Husein. Maka dikirimlah 4 ribu pasukan di bawah pimpinan Umar bin Sa’d bin Abi Waqqash.” Imam Suyuthi melanjutkan: “Husein dibunuh dan kepalanya diletakkan di bejana dan dibawa ke hadapan Ibn Ziyad. Semoga Allah melaknat mereka yang membunuhnya, begitu juga dengan Ibn Ziyad dan Yazid. Husein telah dibunuh di Karbala. Dalam peristiwa pembunuhan ini terdapat kisah yang begitu memilukan hati yang tidak sanggup kita menanggungnya. Inna lilahi wa inna ilaihi raji’un. Terbunuh bersama Husein 16 orang lainnya dari anggota keluarganya.”

Sekitar dua tahun setelah pembantaian di Karbala, yaitu tepatnya pada tahun 63 H, sebagian penduduk Madinah diundang ke istana Yazid di Negeri Syam. Di sana mereka melihat sendiri tabiat dan kelakuan Yazid yang tidak menjalankan syariat Islam. Maka penduduk Madinah banyak yang hendak mencabut ba’iat yang telah mereka berikan kepada Khalifah Yazid. Pada saat ini, sekali lagi belum ada mekanisme pemakzulan khalifah yang sikapnya menyimpang dari ajaran Islam. Tindakan penduduk Madinah di bawah pimpinan Abdullah bin Hanzhalah yang hendak mencabut ba’iat membuat Khalifah Yazid meradang.

Khalifah Yazid mengirimkan 10 ribu pasukan di bawah pimpinan Muslim bin Uqbah al-Murri. Terjadilah peristiwa al-Harrah, area sebelah timur laut Madinah. Sekali lagi, kita merujuk kepada Imam Suyuthi dalam Tarikh al-Khulafa: “Apakah yang disebut peristiwa Harrah itu? Hasan al-Bashri menyebutkan: “Demi Allah, hampir saja tidak ada satupun yang selamat dari peristiwa itu. Sejumlah sahabat Rasulullah dibunuh, kota Madinah dihancurkan, seribu perawan dirusak kegadisannya, inna lilahi wa inna ilaihi raji’un.” Panglima Perang Muslim bin Uqbah sampai dijuluki sebagai Musrif alias orang yang melampaui batas, mengingat kekejaman yang dia lakukan. Ibn Katsir dalam kitab Bidayah wa Nihayah juga mengonfirmasi kisah-kisah kekejian yang dilakukan Muslim bin Uqbah dalam peristiwa al-Harrah ini.

Semua lelaki yang ada di Madinah langsung dibunuh, dari pembantaian ini Sekitar 80 sahabat nabi ikut terbunuh. Kekejaman ini membantai banyak penghapal Qur’an dan sahabat-sahabat Rasulullah. Tidak hanya itu, dia juga berusaha melenyapkan Abdullah bin Zubair, keponakan Aisyah yang saat itu berada di Makkah. Setelah peristiwa al-Harrah, Yazid kemudian menyerang kota Mekkah. Mekkah berada dalam pengepungan pada September 683 setelah 'Abdullah bin Zubair menolak untuk menyerah.

Dalam pengepungan selama beberapa pekan ini, pihak Umayyah menggunakan ketapel untuk membombardir Mekkah. Pada 31 Oktober, Ka'bah terbakar dan Hajar Aswad pecah. Sebagian berpendapat bahwa penyebab kebakaran dikarenakan lontaran katapel pihak Umayyah, sedangkan yang lain menyatakan bahwa api berasal dari obor pengikut 'Abdullah bin Zubair yang terkena angin. Pengepungan Mekkah berakhir setelah Yazid meninggal mendadak pada November 683 dan pasukan Umayyah mundur ke Syria. Dengan meninggalnya Yazid, 'Abdullah bin Zubair kemudian menyatakan dirinya sebagai khalifah. Ia menjadi khalifah pesaing bagi Umayyah yang berpusat di Syria. Di Syria sendiri, kedudukan khalifah diwariskan pada putra Yazid, Muawiyah bin Yazid, yang tidak begitu tertarik dengan urusan pemerintahan.

Itulah kisah kekejaman pemerintahan Yazid bin Muawiyah yang hanya berlangsung singkat. Kekejaman itu antara lain Pembunuhan Husain di Karbala, penjarahan Madinah setelah Perang Al-Harrah, dan rusaknya Ka'bah pada pengepungan tahun 683 dipandang sebagai tanggung jawab dari Yazid. Secara kepribadian, Yazid juga dipandang buruk lantaran akhlak dan perilakunya yang tidak mencerminkan pemimpin umat Islam, seperti gemar mabuk, berburu, dan memelihara hewan seperti kera dan anjing.

 

Sumber referensi :      

id.wikipedia.org

kaskus.co.id

panrita.id

0 komentar:

Posting Komentar